5 Mitos Skincare yang Berisiko Merusak Kulit Selama Musim Hujan

2 weeks ago 31

Liputan6.com, Jakarta - Musim hujan sering kali membawa tantangan tersendiri bagi kulit kita. Banyak orang percaya mitos-mitos tertentu yang justru bisa berdampak buruk pada kesehatan kulit di kondisi ini. Pemahaman yang keliru ini berpotensi menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kulit kering, produksi minyak berlebih, hingga risiko infeksi.

"Kelembapan tinggi dan suhu yang berfluktuasi selama musim hujan sering menyebabkan ketidakseimbangan kulit," kata dokter kulit bersertifikat Dr. Karen Grace Gavino-Dionisio dari Philippine Dermatological Society, melansir Manila Bulletin, Senin, 29 September 2025.

"Anda mungkin menyadari zona T Anda berminyak, sementara area lain seperti pipi atau leher masih terasa kering atau kencang," imbuhnya. Dari sekian banyak, berikut lima mitos skincare yang bisa menyebabkan kulit rusak selama musim hujan:

1. Kulit Berminyak Tidak Butuh Moisturizer di Cuaca Lembap

Banyak yang beranggapan bahwa kelembapan udara sudah cukup menghidrasi kulit, atau justru khawatir pelembap akan membuat kulit semakin berminyak. Namun, pandangan ini justru bisa jadi bumerang bagi kesehatan kulit Anda.

Pastikan Kulit Terhidrasi

Faktanya, kulit berminyak tetap membutuhkan hidrasi yang cukup, bahkan di musim hujan. Jika melewatkan penggunaan pelembap, kulit akan secara otomatis memproduksi lebih banyak minyak untuk mengompensasi kurangnya kelembapan, yang akhirnya dapat memperburuk kondisi kulit berminyak dan memicu masalah, seperti jerawat atau pori-pori tersumbat.

Untuk kulit berminyak, disarankan memilih pelembap yang ringan, bebas minyak, atau berbasis gel. Bahan-bahan, seperti asam hialuronat, lidah buaya, dan niacinamide sangat direkomendasikan karena dapat membantu menjaga kelembapan tanpa meninggalkan rasa lengket atau berat pada kulit.

2. Cuaca Lembap Menjaga Kulit Tetap Terhidrasi

Lingkungan yang lembap memang terasa menyejukkan, tapi kelembapan eksternal saja tidak cukup menjamin hidrasi kulit secara internal. Tanda-tanda kulit dehidrasi meliputi rasa kencang, sensitif, munculnya bercak kasar atau bersisik, kulit terlihat kusam, dan aplikasi riasan yang tidak merata.

Mengatasi Dehidrasi

Untuk mengatasi dehidrasi, sangat disarankan menggunakan toner atau esens yang menghidrasi dengan kandungan humektan, seperti asam hialuronat atau gliserin. Penting juga untuk menghindari produk perawatan kulit berbasis alkohol yang keras, karena dapat menghilangkan kelembapan alami kulit dan memperparah kondisi dehidrasi.

3. Air Hujan dan Kelembapan Tidak Memengaruhi Kulit Anda

Air hujan saat ini sering kali tidak murni, bisa bercampur dengan debu, polusi, dan mikroba dari atmosfer, yang semuanya dapat mengiritasi kulit dan kulit kepala. Karena itu, penting membersihkan kulit setelah terpapar hujan.

4. Tabir Surya Tidak Penting di Hari Berawan

Faktanya, sinar ultraviolet (UV) memiliki kemampuan menembus awan, bahkan pada hari paling mendung. Paparan sinar UV, meski tidak terasa terik, dapat menyebabkan penuaan dini, kerusakan sel kulit, dan meningkatkan risiko kanker kulit.

5. Tidak Ada Jerawat Jamur di Musim Hujan

Faktanya, kelembapan tinggi yang jadi ciri khas musim hujan secara signifikan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur. Infeksi ini sering muncul di area lipatan tubuh, seperti ketiak, selangkangan, dan di antara jari-jari kaki, tapi juga bisa memengaruhi wajah dalam bentuk jerawat jamur.

Untuk kulit yang rentan terhadap jerawat, termasuk jerawat jamur, disarankan mencari produk perawatan kulit yang mengandung asam salisilat atau benzoil peroksida. Penting juga untuk menghindari pembersihan berlebihan atau penggunaan scrub yang keras, karena dapat merusak lapisan pelindung kulit. Jika Anda kehujanan, segera mandi dan bersihkan tubuh untuk membilas potensi iritan dan mencegah pertumbuhan jamur.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |