Tingkatkan Keamanan Operasi Skoliosis, Kini Ada Teknologi Neuronavigasi agar Presisi

5 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Operasi skoliosis merupakan prosedur yang membutuhkan ketepatan tinggi karena tulang belakang yang melengkung dan berputar membuat struktur anatomi sulit dikenali. 

Pada kondisi seperti ini, dokter tidak bisa hanya mengandalkan perkiraan, terutama saat memasang pedicle screw yang letaknya berdekatan dengan saraf dan pembuluh darah besar. 

Hadirnya teknologi neuronavigasi sebagai “GPS” untuk tubuh manusia, dapat membantu dokter menentukan arah koreksi, memetakan struktur tulang, hingga memastikan pemasangan pedicle screw berjalan akurat dan aman.

Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS(K), SpKP, AAK mengatakan bahwa teknologi ini memberi kejelasan perencanaan sebelum melakukan operasi.

“Adanya neuronavigasi itu akan sangat membantu sehingga dari awal sudah kita bikin planning. Ya arah daripada koreksinya seperti apa, pemasangan skrup-nya seperti apa ya,” ujarnya dalam seminar 'Role of Spinal Neuronavigation,' Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2025).

Apa Itu Skoliosis dan Kapan Perlu Operasi?

Wawan menjelaskan bahwa skoliosis terjadi ketika sudut kelengkungan lateral tulang belakang melebihi 10 derajat. 

“Skoliosis itu adalah adanya abnormal daripada sudut lateral dari tulang belakang. Umumnya dianggap sudah ada kecenderungan akan menjadi skoliosis ketika sudutnya sudah lebih dari 10 derajat,” jelasnya. 

Menurutnya, banyak pasien datang bukan karena rasa sakit, melainkan karena perubahan bentuk tubuh yang dianggap mengganggu kepercayaan diri. 

“Kasus skoliosis itu memang mayoritas itu awalnya tanpa keluhan. Jadi umumnya yang datang itu adalah karena memang penampilannya merasa kurang meyakinkan,” katanya.

Wawan juga menyebut, operasi skoliosis umumnya dilakukan untuk mengoreksi postur tubuh. Pada beberapa kasus, tindakan koreksi ini juga memberikan perubahan fisik yang cukup signifikan.

Ia mencontohkan seorang pasien muda dengan sudut Cobb sekitar 70 derajat. Setelah operasi, pasien tersebut mengalami penambahan tinggi badan hingga 7 cm karena tulang belakang yang sebelumnya melengkung berhasil diluruskan.

Peran Neuronavigasi dalam Operasi Skoliosis

Operasi skoliosis sangat bergantung pada pemasangan pedicle screw yang tepat. Kesalahan kecil dapat menyebabkan skrup menembus ke arah saluran saraf atau pembuluh darah besar. 

Pada prosedur konvensional, akurasi sering terhambat karena rotasi tulang dan hilangnya anatomi normal.

“Akurasinya ada tapi tidak persis. Sehingga ada risiko bahwa kemungkinan untuk miss place dari skrup itu ada,” katanya.

Dalam hal ini, neuronavigasi dapat membantu memandu trajektori skrup agar berada tepat di dalam pedicle, sehingga risiko miss placement dapat ditekan secara signifikan.

Concern utama kita adalah jangan sampai skrup yang kita pasang itu miss placed,” tegasnya.

Mengurangi Komplikasi dan Mempercepat Pemulihan

Teknologi ini juga berperan besar dalam menekan risiko komplikasi. “Komplikasinya benar-benar bisa jadi nol dengan neuronavigasi,” katanya.

Wawan menambahkan bahwa komplikasi yang muncul pada operasi tanpa navigasi dapat memperpanjang pemulihan.

“Misalnya, tanpa neuronavigasi dikerjakan, kemudian terjadi komplikasi. Komplikasinya ini kemudian menjadi problem yang harus dihadapi oleh dokter dan pasiennya, dan memengaruhi masa recovery,” tuturnya.

Dengan neuronavigasi, operasi dapat dilakukan lebih aman, luka lebih minimal, risiko cedera saraf berkurang, dan pemulihan lebih cepat, terutama ketika dikombinasikan dengan intraoperative monitoring (IOM).

“Kombinasi dari neuronavigasi dengan intraoperative monitoring itu membuat angka keberhasilannya itu akurasinya menjadi sangat tinggi. Saya tidak mengatakan 100 persen, tapi mungkin 99,9 persen itu bisa dicapai,” ungkapnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |