Liputan6.com, Jakarta - Pemilik The House of Raminten, Hamzah Sulaiman, meninggal dunia. pada Rabu malam, 23 April 2025, di usia 75 tahun. Selama ini The House of Raminten banyak disebut sebagai ikon budaya dan kuliner Yogyakarta,
Akun Instagram The House of Raminten berbagi, Kamis, 24 April 2025, "Selamat jalan, kanjeng. Terima kasih banyak atas segalanya, engkau tidak hanya pemimpin bagi kami, tapi juga guru kami, panutan kami, dan seseorang yang telah berjasa bagi kami 😭 Semoga di sana bahagia ya kanjeng ❤️."
Selain The House of Raminten, mendiang Hamzah juga dikenal melalui bisnis Hamzah Batik, rangkum Merdeka.com. Ia juga dikenal sebagai seorang seniman serba bisa semasa hidupnya. Hamzah kerap tampil dalam pementasan di dunia akting, tari, dan ketoprak.
Bisnis kuliner yang sekarang jadi salah satu ikon Kota Gudeg itu dirintis mendiang Hamzah Sulaiman pada 1979.. Nama Raminten diambil dari karakter yang diperankan Hamzah di acara komedi sebuah stasiun televisi lokal.
Dikutip dari laman resmi The House of Raminten, nama Raminten mulai dikenal setelah Hamzah memerankan karakter tersebut dalam acara komedi situasi di sebuah stasiun televisi lokal yaitu Jogja TV. Ia memerankan sosok perempuan Jawa lengkap dengan busana Jawa; berkebaya, memakai jarik dan berkonde.
Dari peran itulah Hamzah memulai nama Raminten yang kemudian makin dikenal masyarakat dan bahkan menjadi ikon di Hamzah Batik dan Raminten Group. The House of Raminten Kotabaru berdiri pada 26 Desember 2008 dan beralamat di JL.FM Noto No.7 Kotabaru Yogyakarta.
Di awal berdirinya, restoran ini hanya berjualan aneka jamu saja. Ada jamu beras kencur, kunir asem, jamu kolesterol, asam urat, dan berbagai jamu lainnya. Dalam perkembangannya selain jamu mereka juga menjual sego kucing atau nasi kucing dengan harga Rp1.000.
Tujuan Hamzah Mendirikan The House of Raminten
Rupanya dengan menjual sego kucing dengan harga yang sangat murah itu, nama Raminten mulai dikenal orang. Para pengunjung mulai berdatangan sampai rela mengantre untuk dapat tempat duduk. Sego kucing seribu rupiah inilah yang sampai sekarang tetap menjadi ikon di The House of Raminten.
Tujuan lain Hamzah mendirikan The House of Raminten adalah memberikan lapangan kerja, dalam hal ini bergerak di dunia kuliner yang diharapkan meningkatkan kesejahteraan keluarga besar House of Raminten dalam semangat kekeluargaan. Misinya turut serta memajukan pariwisata terutama wisata kuliner di Yogyakarta dan konsisten mempertahankan budaya tradisional khususnya Jawa.
The House Of Raminten disebut tempat makan yang sangat unik dan menonjolkan tema tradisional Jawa, Penataan tempat beserta pakaian seragam waiternya pun sangat menarik. Pertama masuk pengunjung akan menjumpai bangunan yang semi permanen dengan menonjolkan unsur kayu sebagai bangunannya.
Pengunjung juga akan menjumpai tatanan bunga setaman disudut-sudut ruangan, dan wewangian dupa yang akan menambah kentalnya suasana tradisional sebagaimana yang sering kita jumpai dirumah-rumah Jawa.
Budaya Tradisional Jawa di The House of Raminten
Selain itu, pengunjung akan disambut dengan ramah oleh para pelayan pria dan wanita yang berbusana tradisional Jawa lengkao dengan busana kemben dan kain jarik yang dikenakan waitris (pegawai perempuan) Mengadopsi dari busana para abdi dalem Keraton Yogyakarta yang sudah dimodifikasi ala Raminten, sedangkan pakaian pegawai laki-laki atau waiternya mengenakan kain jarik dan modifikasi rompi dan kaus.
Di area resepsionis pada pintu masuk kita akan melihat dua kereta kencana yang menambah kesan kentalnya kebudayaan Jawa khususnya Jogjakarta. Di dalam restoran kita juga bisa melihat proses pembuatan kain batik tulis, setiap hari Jumat pada jam makan siang. Bangunan The House of Raminten terdiri dari tiga lantai yang rata-rata menggunakan tempat duduk lesehan yang nyaman.
Untuk menu yang disajikan, ada berbagai macam pilihan menu makanan dan minuman khas Indonesia, mulai dari makanan pembuka, hidangan utama, camilan, aneka minuman hangat dan dingin sampai berbagai jus dan smoothies. Semua menu dan makanan harganya diklaim sangat terjangkau.
Selain itu, mendiang Hamzah juga punya usaha Olah-Oleh Raminten Yogyakarta yang merupakan pusat buah tangan yang buka 24 jam. Tempat itu menjual berbagai jajanan lawas sarat nostalgia, bakpia premium, teh racik, serta produk fesyen batik untuk segala usia.
Jenazah Hamzah akan Dikremasi
Raminten merupakan singkatan dari Ora Sepinten" yang artinya "tidak seberapa" atau "sederhana" tapi selalu ingin berbuat baik dalam bahasa Jawa. Kata itu sepertinya sangat dihayati oleh Hamzah hingga dia memberi nama usahanya dengan kata Raminten.
Terbukti usahanya pun sukses baik di bidang kuliner maupun pakaian. Kini setelah kepergian Hamzah, usaha yang dirintisnya tentu akan terus berjalan tapi tak akan sama lagi dengan kepergian sosok pria yang berbakat di berbagai bidang ini.
Kini jenazah Hamzah Sulaiman disemayakan di Perkumpulan Urusan Kematian Jogjakarta (PUKJ) I setelah dibawa dari RS Sardjito. Berdasarkan iinformasi dari berbagai sumber, salah satunya di akun Instagram @ratrikepsii. Lewat Insta Story di akun Instagran pengusaha yang sepertinya cukup dekat dengan mendiang Hanzah, jenazah disemayamkan mulai Kamis (24/4/2025) sampai Sabtu, 26 April 2025 dan akan dikremasi Sabtu, 26 April 2025. .
Rencananya, kremasi akan dilakukan di Pemakaman Krematorium Madurejo Prambanan, Sleman. Selama disemayamkan di PUKJ Yogyakarta banyak peziarah datang silih berganti. Karangan bunga juga banyak berdatangan, baik dari perorangan, relasi, maupun pejabat pemerintah.