Riset Ilmiah 2025 Soroti Peran Zat Besi dan Kesehatan Pencernaan pada Tumbuh Kembang Anak

5 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Masalah kesehatan anak seperti anemia, stunting, dan gangguan pencernaan masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Berbagai riset ilmiah sepanjang 2025 kembali menegaskan bahwa pendekatan berbasis sains berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak, khususnya melalui pemenuhan zat besi dan pemeliharaan kesehatan pencernaan sejak dini.

Puluhan publikasi ilmiah yang dipresentasikan dalam forum nasional dan internasional sepanjang tahun ini menyoroti isu utama kesehatan ibu dan anak, termasuk anemia defisiensi besi, kesehatan saluran cerna, hingga peran mikrobiota usus. Temuan-temuan tersebut memperkuat bukti bahwa intervensi nutrisi yang tepat dapat memberikan dampak nyata bagi kesehatan anak di masa emas pertumbuhan.

Medical and Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH mengatakan bahwa riset ilmiah menjadi fondasi penting dalam memahami kebutuhan nutrisi anak Indonesia.

"Publikasi ilmiah bukan hanya pencapaian akademik, tetapi menjadi dasar untuk memastikan bahwa pendekatan nutrisi yang diterapkan relevan dengan tantangan kesehatan anak. Riset berbasis sains membantu memastikan manfaat nutrisi yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah," kata Ray.

Hasil Riset Terkait Kecukupan Zat Besi Harian

Salah satu riset yang menjadi perhatian adalah studi intervensi pada anak usia 1–3 tahun di Jakarta yang mengevaluasi dampak konsumsi susu pertumbuhan terfortifikasi terhadap kecukupan zat besi harian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang mengonsumsi susu terfortifikasi minimal dua kali sehari mampu mencapai 100 persen kecukupan zat besi harian, dibandingkan anak yang hanya mengandalkan makanan sehari-hari.

Dokter Gizi Medik, Dr. dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi, menjelaskan, kekurangan zat besi masih sering terjadi pada anak usia dini. Temuan ini dipresentasikan di 57th Annual Meeting of ESPGHAN pada 14 s.d 17 Mei 2025.

"Defisiensi zat besi dapat berdampak pada risiko anemia, gangguan perkembangan kognitif, penurunan daya tahan tubuh, hingga performa belajar anak. Intervensi nutrisi yang tepat, termasuk pangan terfortifikasi, terbukti membantu meningkatkan kecukupan zat besi sejak dini," katanya.

1.000 Hari Pertama Kehidupan untuk Kesehatan Saluran Cerna

Selain zat besi, riset ilmiah 2025 juga menekankan pentingnya kesehatan pencernaan sebagai fondasi tumbuh kembang anak. Saluran cerna yang sehat berperan besar dalam penyerapan nutrisi, pembentukan sistem imun, serta perkembangan fungsi kognitif.

Dokter Spesialis Anak, Dr. dr. Andy Darma, Sp.A(K), menegaskan bahwa kesehatan pencernaan pada awal kehidupan memiliki dampak jangka panjang. Dalam 1.000 hari pertama kehidupan, kata Andy, apa yang terjadi di saluran cerna sangat menentukan perkembangan anak ke depan.

"Kesehatan pencernaan berkaitan erat dengan perkembangan otak, sosial-emosional, dan imunitas. Dukungan nutrisi seperti prebiotik berperan membantu pematangan saluran cerna sejak dini," kata Andy.

Pendekatan kolaboratif ini memastikan setiap inovasi produk dikembangkan berdasarkan landasan keilmuan yang kuat.

Komitmen tersebut tercermin melalui berbagai publikasi ilmiah yang dipresentasikan dalam konferensi internasional, seperti European Society for Paediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition (ESPGHAN) dan International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR).

Di tingkat nasional, hasil riset juga dipaparkan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak (PIT IKA) yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Selain itu, sejumlah publikasi nasional dan internasional yang mengangkat isu kesehatan utama. Mulai dari anemia, stunting, kesehatan pencernaan, breastfeeding, hingga kesehatan maternal.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |