Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian yang baru diterbitkan di jurnal Human Reproduction, para ilmuwan mengungkapkan temuan yang mengkhawatirkan tentang keberadaan mikroplastik dalam sistem reproduksi manusia. Penemuan ini menambah panjang daftar organ tubuh yang telah diketahui terkontaminasi oleh partikel plastik berukuran di bawah 5 milimeter ini, termasuk paru-paru, hati, ginjal, darah, dan bahkan otak.
Melansir New York Post, Senin (7/7/2025), pada penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Masyarakat Eropa untuk Reproduksi dan Embriologi Manusia, para peneliti menganalisis cairan folikel dan air mani dari 29 wanita dan 22 pria. Hasilnya, mikroplastik terdeteksi pada 55 persen sampel pria dan 69 persen sampel wanita.
Temuan ini memicu kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap kesuburan dan kesehatan reproduksi manusia. Peneliti utama, Dr. Emilio Gomez-Sanchez, menyatakan bahwa meskipun temuan ini tidak terlalu mengejutkan mengingat mikroplastik telah ditemukan di berbagai organ manusia, tingkat prevalensinya dalam sistem reproduksi tetap mengejutkan.
Mikroplastik yang paling umum ditemukan dalam air mani adalah PTFE, yang dikenal sebagai Teflon, terdeteksi dalam 41 persen sampel. Selain itu, polistirena, polietilena tereftalat, poliamida, dan poliuretana juga ditemukan dalam berbagai tingkat.
Dampak Mikroplastik pada Reproduksi
Dampak dari mikroplastik ini terhadap kesehatan reproduksi masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, berdasarkan penelitian pada hewan, mikroplastik dapat menyebabkan peradangan, pembentukan radikal bebas, kerusakan DNA, penuaan sel, dan gangguan endokrin.
"Mungkin saja mereka dapat merusak kualitas sel telur atau sperma pada manusia, tetapi kami belum memiliki cukup bukti untuk mengonfirmasinya," kata Gomez-Sanchez.
Meskipun temuan ini mengkhawatirkan, Gomez-Sanchez menekankan agar masyarakat tidak panik sepenuhnya. Mikroplastik hanyalah salah satu dari banyak elemen yang mungkin berperan dalam kesuburan.
Kendati demikian, ia menyarankan langkah-langkah sederhana untuk mengurangi paparan mikroplastik, seperti menggunakan wadah kaca untuk menyimpan dan memanaskan makanan serta membatasi konsumsi air dari botol plastik.
Sebuah penelitian terpisah di Italia juga menemukan mikroplastik dalam cairan folikel ovarium pada 14 dari 18 wanita yang diteliti. Penulis utama, Luigi Montano, menyatakan bahwa temuan ini sangat mengkhawatirkan, terutama karena penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menurunkan jumlah dan kualitas sperma.
Mikroplastik di Mana-mana
Mikroplastik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, dengan perkiraan 10 hingga 40 juta metrik ton terlepas ke lingkungan setiap tahunnya. Mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui inhalasi udara atau konsumsi makanan. Diperkirakan, orang mengonsumsi sekitar 5 gram mikroplastik per minggu, setara dengan satu sendok sup, dan dalam setahun, jumlahnya bisa mencapai sekitar 250 gram, atau setara dengan setumpuk piring makan.
Penemuan ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk penelitian lebih lanjut mengenai dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia dan langkah-langkah efektif untuk mengurangi paparan kita terhadap partikel-partikel ini. Sementara itu, masyarakat diimbau untuk lebih sadar akan pilihan sehari-hari yang dapat meminimalkan paparan mikroplastik demi kesehatan reproduksi dan keseluruhan mereka.
Mengutip kanal Global Liputan6.com, limbah mikroplastik adalah partikel plastik atau serat dengan ukuran kurang dari 5 mm yang mencemari lingkungan. Melansir laman NOAA pada Kamis, 21 November 2024, limbah ini berasal dari limbah plastik yang mengalami proses penguraian oleh lingkungan, termasuk dari sinar matahari.
Proses ini membuat plastik menjadi rapuh dan pecah. Meski tidak terurai sepenuhnya, materi ini akan berubah menjadi potongan-potongan kecil yang disebut mikroplastik.
Mikroplastik pada Makanan
Selain berasal dari penguraian plastik besar, mikroplastik juga sengaja dibuat oleh manusia, seperti bahan abrasif untuk prosedur sandblasting hingga butiran mikro (microbeads) dalam pembersih wajah. Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, salah satunya melalui makanan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan Environmental Research pada Februari 2024, mengungkapkan bahwa sederet makanan ditemukan mengandung mikroplastik. Dalam studi pada 2024, para peneliti menemukan sembilan puluh persen sampel protein hewani dan nabati dinyatakan positif mengandung mikroplastik.
Fragmen polimer kecil yang ukurannya berkisar antara kurang dari 0,2 inci (5 milimeter) hingga 1/25.000 inci (1 mikrometer). Selain itu, udang yang dilapisi tepung roti dan jenis lainnya, dada ayam, nugget, daging babi, makanan laut, tahu, dan beberapa alternatif daging nabati juga tercemar mikroplastik. Hasilnya, udang yang dilapisi tepung roti mengandung plastik paling kecil, dengan rata-rata lebih dari 300 potongan mikroplastik per porsi.