Pendiri House of Raminten Yogyakarta Hamzah Sulaiman Meninggal Dunia di Usia 75 Tahun

6 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Ikon budaya dan kuliner Yogyakarta, yang dikenal luas sebagai pemilik House of Raminten, Hamzah Sulaiman, meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir pada Rabu malam, 23 April 2025, di usia 75 tahun.

Akun Instagram House of Raminten berbagi, Kamis, 24 April 2025, "Selamat jalan, kanjeng. Terima kasih banyak atas segalanya, engkau tidak hanya pemimpin bagi kami, tapi juga guru kami, panutan kami, dan seseorang yang telah berjasa bagi kami 😭 Semoga di sana bahagia ya kanjeng ❤️."

Selain House of Raminten, mendiang Hamzah juga dikenal melalui bisnis Hamzah Batik, rangkum Merdeka.com. Ia juga dikenal sebagai seorang seniman serba bisa semasa hidupnya. Hamzah kerap tampil dalam pementasan di dunia akting, tari, dan ketoprak.

Bisnis kuliner yang sekarang jadi salah satu ikon Kota Gudeg itu dirintisnya pada 1979, rangkum kanal Regional Liputan6.com per 20 Agustus 2024. Nama Raminten diambil dari karakter yang diperankan Hamzah di acara komedi sebuah stasiun televisi lokal.

Raminten merupakan karakter Jawa berkebaya tradisional, lengkap dengan kain batik, sanggul, dan kacamata khas. Sosoknya menginspirasi sutradara Nia Dinata untuk membuat film dokumenter yang digarap bersama Kalyana Shira Films.

Film dokumenter itu bakal mengupas warna-warni dunia Raminten, memotret perjalanan sang pendiri dalam membina dan membesarkan Raminten. Tidak hanya sebagai sebuah bisnis kuliner maupun pertunjukan, tapi juga menyangkut "keluarga pilihan," termasuk para karyawan dan penampil.

Ruang Aman untuk Berekspresi

Hamzah membangun Raminten sebagai ruang aman untuk berekspresi, khususnya lewat pertunjukan Raminten Cabaret. Nia mengungkap, ide pembuatan film dokumenter sebenarnya sudah tercetus sejak lama. Ia mengaku melihat Raminten sebagai sosok luar biasa dan berperan dalam menghidupkan budaya Yogyakarta.

"Dengan tokoh alter ego Raminten, sosok ini membawa kebaikan luar biasa, ketulusan, dan inklusivitas," kata Nia di Yogyakarta, Senin, 19 Agustus 2024. Menurutnya, film dokumenter ini akan menampilkan banyak detail dengan lebih leluasa.

Tidak sendirian, Nia menggandeng Melissa Karim dan Dena Rachma. Film dokumenter Raminten akan menjadi proyek layar lebar pertama mereka. Dena mengaku bersemangat bisa mendalami sosok Hamzah Sulaiman yang menginspirasi. "Fakta bahwa Raminten dengan segala warna-warninya benar-benar menarik untuk diceritakan," ujar dia.

Pembuatan film dokumenter Raminten telah dimulai sejak April 2024, disusul proses pengambilan gambar dimulai Juli 2024. Proyek ini semula diharapkan rampung pada akhir 2024. Namun, merujuk unggahan Instagram Kalyana Shira Films, beberapa waktu lalu, film dokumenter tersebut baru akan dirilis tahun ini.

Tidak Hanya Seputar Raminten

Selain mendokumentasikan sosok ikonis Raminten, film dokumenter ini juga ingin mempromosikan Yogyakarta yang kaya akan budaya, sekaligus seni modern kontemporer. Film ini juga mengangkat pesan moral bahwa nilai-nilai kebaikan memiliki dampak nyata terhadap hidup orang banyak tanpa memandang perbedaan.

Mengutip laman Raminten, film ini bersifat nonprofit. Dana produksi film yang rencananya akan tayang di bioskop secara terbatas ini berasal dari donasi. "Film ini juga bakal dibawa ke festival film internasional. Bangga banget kan, budaya Jogja bisa dikenal dunia?" sebut mereka.

Raminten, sebagaimana telah disebut, juga identik dengan pertunjukan kabaretnya. Kanal Regional Liputan6.com melaporkan per 11 April 2022, Raminten Cabaret Show telah menggelar pertunjukan sejak 2009. Pementasan mereka salah satunya dapat disaksikan di gedung Hamzah Batik Malioboro, atau yang dulunya dikenal sebagai Oyot Godhong.

Namun, karena terkenal dengan pertunjukan kabaret, kebanyakan wisatawan mulai menyebut Oyot Godhong sebagai Raminten 3. Pertunjukan yang berlangsung kurang lebih 110 menit ini dimulai dengan lima nyanyian kroncong yang dibawakan band Teras Yogyakarta, yang dilanjutkan tarian tradisional sebagai suguhan selamat datang.

Pertunjukan Kabaret sampai Pusat Oleh-Oleh

Uniknya, meski memakai kemben batik, dua dari tiga penari tradisional ini berjenis kelamin laki-laki. Sebagai penanda dimulainya pertunjukan utama segera akan dimulai, cahaya lampu pada panggung utama meredup.

Sepanjang pertunjukan, para pemain kabaret akan melakukan lipsync lagu sejumlah artis besar, seperti Krisdayanti, Nicki Minaj, Celine Dion, dan Lady Gaga. Sebagai buntuk totalitas, para penampil juga berusaha meniru kostum, mimik, serta gerak tubuh mereka.

Pertunjukan kabaret semakin seru dan meriah dengan adanya aksi akrobat di atas panggung dan interaksi antara pemain dan penonton. Bahkan, di beberapa kesempatan, penonton juga diajak bernyanyi dan menari bersama di atas panggung. Meski cross-dresser jadi daya tarik utama, tidak semua pemain jadi cross-dresser.

Tidak sampai di situ, karena Olah-Oleh Raminten Yogyakarta juga jadi peninggalan lain mendiang Hamzah. Pusat buah tangan yang buka 24 jam itu menjual berbagai jajanan lawas sarat nostalgia, bakpia premium, teh racik, serta produk fesyen batik untuk segala usia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |