Koper Bekas Disulap Jadi Panel Peredam Suara, Ciptakan Ruang Kelas Ramah Anak Sesuai Standar WHO

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Suara bising kerap dianggap sebagai gangguan kecil dalam kehidupan sehari-hari. Namun bagi anak-anak, kebisingan bukan sekadar soal kenyamanan. Paparan suara yang tidak diinginkan dan terjadi secara berulang dapat berdampak serius terhadap kesehatan, pendengaran, hingga kualitas hidup secara keseluruhan.

Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan. Intensitas suara diukur dalam satuan desibel (dB). Semakin tinggi angka desibel, semakin besar potensi bahayanya bagi telinga.

Kondisi ini dialami murid-murid SDN Cipeujeh Wetan 03 di Cirebon, Jawa Barat. Berlokasi tepat di sisi jalur kereta api, aktivitas belajar-mengajar di sekolah tersebut terpapar kebisingan hingga 92 db. Ini setara dengan suara kereta melintas atau lalu lintas padat.

Risiko mulai muncul ketika kebisingan mengganggu aktivitas normal anak, seperti tidur, berbicara, dan belajar. Kondisi tidak mengenakkan ini dapat menghambat proses belajar anak.

Dari persoalan inilah lahir sebuah inovasi berkelanjutan yang memanfaatkan koper bekas dari salah satu jenama menjadi panel peredam suara atau Scholar Panel, guna menciptakan ruang kelas ramah anak yang sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Inisiatif ini berawal dari program trade-in koper tahunan yang mengumpulkan 1.792 koper preloved dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh koper yang terkumpul kemudian melalui proses penyortiran dan pengolahan material secara bertanggung jawab.

Material Koper Jadi Bahan Utama Panel

Material yang layak pakai dimanfaatkan kembali sebagai bahan utama panel akustik, sehingga tidak berakhir sebagai limbah.

"Setiap koper bekas yang diserahkan dipastikan memiliki tujuan lanjutan yang bermakna dan tidak terbuang sia-sia," ujar Country Head Samsonite Indonesia, Nadya Pertiwi.

Dia mengatakan bahwa repurposing material ini dirancang untuk memberi dampak sosial nyata. "Material tersebut diubah menjadi panel peredam suara yang membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih tenang, fokus, dan nyaman bagi anak-anak," katanya.

Pemasangan panel dilakukan melalui kolaborasi teknis dengan SONE Acoustics. Hasilnya, tingkat kebisingan di ruang kelas berhasil ditekan drastis dari 92 dB menjadi sekitar 50 dB, angka yang sesuai dengan standar WHO untuk lingkungan belajar yang sehat.

Penurunan ini membuat suasana kelas jauh lebih kondusif bagi siswa maupun guru. "Fokus utama kami adalah kontrol kebisingan dan akustik arsitektur. Kami ingin menghadirkan dampak nyata bagi komunitas, khususnya menciptakan ruang kelas yang lebih tenang dan produktif," kata Founder SONE Acoustics, Jason Setiadi.

Ruang Kelas Ramah Pendengaran

Transformasi ruang belajar tidak berhenti pada pemasangan panel peredam suara. Tiga ruang kelas yang paling terdampak juga direnovasi secara menyeluruh, mulai dari pengecatan ulang hingga pemasangan mirror windows agar cahaya alami tetap masuk tanpa mengurangi kualitas akustik.

Struktur panel dirancang dengan inspirasi Candi Bentar yang melambangkan Gunung Mahameru, menghadirkan sentuhan budaya lokal dalam ruang belajar modern.

FFFAAARRR Architecture Company yang terlibat dalam perancangan menyebut proyek ini sebagai kolaborasi bermakna.

"Ruang belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk suara. Melalui desain, kami berupaya berkontribusi menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi siswa," kata Nadya.

Lebih dari sekadar inovasi desain, pemanfaatan koper bekas ini menunjukkan bahwa pendekatan berkelanjutan dapat menjawab persoalan lingkungan sekaligus sosial.

Ruang kelas yang sebelumnya bising kini berubah menjadi tempat belajar yang lebih sehat, ramah anak, dan mendukung tumbuh kembang siswa secara optimal.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |