Jerawat Hormonal, Penyebab dan Cara Mengatasi Tanpa Berbekas

13 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Jerawat bukan hanya masalah kulit yang muncul saat pubertas, orang dewasa juga masih bisa berhadapan dengan kondisi ini. Salah satu jenis yang paling sering dialami adalah jerawat hormonal.

Jerawat hormonal berkaitan erat dengan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang memicu produksi sebum atau minyak alami kulit secara berlebihan. Ketika minyak yang dihasilkan melebihi kebutuhan kulit, pori-pori dapat tersumbat dan memicu peradangan.

Meski sering dipengaruhi oleh faktor internal yang sulit dihindari, jerawat hormonal tetap dapat dikendalikan dengan perawatan yang tepat.

Berdasarkan data, jerawat hormonal umumnya terjadi pada kelompok usia 20 hingga 50 tahun. Di Amerika Serikat, hampir 80 persen populasi dilaporkan pernah mengalami jerawat sepanjang hidupnya seperti mengutip Cleveland Clinic pada Selasa, 23 Desember 2025.

Pria dan wanita sama-sama bisa mengalami jerawat hormonal. Namun, memang jumlah kasus lebih banyak ditemukan pada perempuan. Perubahan hormon yang signifikan, seperti saat kehamilan atau menjelang menopause, menjadi pemicu utama kondisi ini.

Faktor Pemicu Jerawat Hormonal

Munculnya jerawat hormonal dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari sisi yang masih bisa dikendalikan, gaya hidup memegang peranan penting. Tingkat stres yang tinggi dapat memicu peningkatan hormon tertentu yang merangsang produksi minyak kulit.

Kemudian, kurangnya kualitas tidur juga berpengaruh terhadap keseimbangan hormon tubuh.

Selain itu, pemilihan produk perawatan kulit perlu diperhatikan. Kosmetik dengan kandungan berminyak atau bersifat komedogenik dapat menyumbat pori-pori dan memperparah kondisi jerawat.

Di luar faktor gaya hidup, terdapat pula pemicu yang sulit dihindari. Pada wanita, siklus menstruasi, kehamilan, serta perubahan hormon akibat penggunaan atau penghentian alat kontrasepsi kerap menjadi pemicu jerawat hormonal.

Faktor genetik juga berperan, di mana riwayat jerawat dalam keluarga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi serupa.

Beberapa kondisi medis, seperti PCOS (Polycystic Ovary Syndrome), serta penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk steroid dan terapi hormon, juga diketahui dapat memicu munculnya jerawat hormonal.

Langkah Penanganan Jerawat Hormonal yang Tepat

Diagnosis jerawat hormonal umumnya dilakukan melalui pemeriksaan langsung oleh dokter spesialis kulit. Dokter akan meninjau riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari, pola tidur, serta gaya hidup pasien untuk menentukan penyebab utama jerawat dan perawatan yang paling sesuai.

Penanganan jerawat hormonal disesuaikan dengan tingkat keparahan. Pada kasus ringan seperti komedo, perawatan topikal seperti tretinoin biasanya sudah cukup untuk membantu regenerasi kulit dan mencegah penyumbatan pori.

Untuk jerawat yang meradang, dokter dapat meresepkan kombinasi retinoid topikal, antibiotik, atau benzoyl peroxide guna mengurangi bakteri dan peradangan. Pastikan sudah konsultasi ke dokter kulit untuk hal ini. 

Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup juga berperan besar dalam proses pemulihan. Menjaga kebersihan kulit, mengatur pola makan dengan membatasi konsumsi gula dan karbohidrat olahan, serta memanfaatkan terapi cahaya dapat membantu memperbaiki kondisi kulit.

Para ahli menekankan pentingnya penanganan sejak dini ketika jerawat mulai muncul. Langkah ini tidak hanya bertujuan memperbaiki kondisi kulit, tetapi juga mencegah terbentuknya bekas luka permanen dan menjaga rasa percaya diri dalam jangka panjang.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |