Liputan6.com, Jakarta - Kehati-hatian memang perlu, tapi jangan sampai sok tahu. Pesawat American Airlines tujuan Amerika Serikat terpaksa kembali ke San Juan, Puerto Rico, gara-gara pesan duka yang masuk ke ponsel salah satu penumpang.
Penumpang di sebelahnya yang ikut membaca pesan itu melihat tulisan R.I.P -akronim umum yang berarti 'beristirahatlah dengan tenang'. Ia kemudian berasumsi bahwa pesan itu adalah ancaman bagi penerbangan, menurut Kantor Bahan Peledak dan Keamanan Publik Puerto Rico.
Media lokal Primera Ahora yang pertama melaporkan berita tersebut. Mengutip People, Jumat (4/7/2025), juru bicara American Airlines mengonfirmasi berita tersebut. "Penerbangan American Airlines 1847, dengan layanan dari San Juan (SJU) ke Dallas Fort Worth (DFW), kembali ke SJU tak lama setelah keberangkatan karena kemungkinan masalah keamanan," katanya.
Penerbangan American Airlines 1847 lepas landas dari Bandara Internasional Luis Muñoz Marín di Isla Verde, San Juan. Penerbangan menuju Dallas, Amerika Serikat itu harus kembali ke San Juan setelah diduga menerima ancaman penerbangan sekitar 30 menit setelah lepas landas.
Penumpang Penerima Pesan Diinterogasi
"Pesawat mendarat dengan selamat di SJU, dan penegak hukum memeriksa dan mengizinkan pesawat untuk berangkat lagi. Keselamatan dan keamanan adalah prioritas utama kami dan kami mohon maaf kepada pelanggan kami atas ketidaknyamanan ini," lanjut pernyataan tersebut.
Wakil direktur keamanan Aerostar, Félix Alvarado, menilai pesan tersebut sebagai potensi ancaman. Tapi, penumpang yang menerima pesan tersebut membuktikan bahwa seorang kerabat telah meninggal sehari sebelumnya, menambahkan bahwa mereka berada di dalam pesawat setelah meninggalkan liburan mereka lebih awal, menurut Primera Hora.
"Itu adalah kekacauan yang ditangani sesuai =protokol keselamatan. Tidak ada ancaman nyata bagi penerbangan atau penumpang," kata Nelman Nevárez, direktur operasi Aerostar, dalam sebuah wawancara yang diterjemahkan dari bahasa Spanyol ke bahasa Inggris. Pesawat yang membawa 193 penumpang itu melanjutkan rutenya dan bersiap lepas landas pada pukul 10 pagi, waktu setempat.
Insiden penerbangan mendarat darurat juga terjadi di Bandara Kualanamu Sumatra Utara (Sumut), beberapa waktu lalu. Hal itu terjadi dua kali dalam pekan yang sama. Kasus paling anyar terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025, setelah sebuah pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SVA5688 mendarat darurat akibat ancaman bom dalam penerbangan tersebut.
Sumber Ancaman Diinvestigasi
Mengutip kanal News Liputan6.com, pesawat tersebut membawa 376 penumpang yang merupakan rombongan jemaah haji asal Surabaya, serta 13 kru. Rinciannya, 196 penumpang laki-laki dan 180 perempuan.
Begitu pesawat mendarat, proses evakuasi penumpang langsung dilakukan dengan cepat dan hati-hati. Seluruh penumpang diminta turun dan menjauh dari pesawat untuk memastikan keselamatan.
Pasca-pendaratan darurat, tim penjinak bom (Jibom) dari Satuan Brimob Polda Sumut langsung diterjunkan ke lokasi untuk menyisir menyeluruh terhadap bagian dalam pesawat, termasuk kabin dan bagasi. "Tim sudah dikerahkan untuk melakukan pengecekan dan memastikan tidak ada benda mencurigakan yang membahayakan," sambung Kapolda.
Informasi ancaman bom diterima otoritas penerbangan saat pesawat dalam perjalanan dari Jeddah menuju Jakarta. Demi keselamatan seluruh penumpang, pilot memutuskan mendarat darurat di Bandara Kualanamu.
Situasi saat ini dalam kondisi terkendali. Penumpang telah dievakuasi ke area aman dan menjalani pemeriksaan sesuai prosedur. Pihak keamanan bandara dan aparat gabungan masih menginvestigasi sumber ancaman yang diterima dalam bentuk email misterius yang diteruskan ke otoritas penerbangan.
BSSN Sebut Mudah Deteksi Pengancam
Sementara, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Purn. Nugroho Sulistyo Budi menyebut ancaman bom terhadap maskapai Saudia Airlines di pertengahan Juni lalu sebenarnya tidak sulit untuk dideteksi. Saat ditemui di kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Senin, 30 Juni 2025, Nugroho menjelaskan bahwa pola komunikasi pelaku tidak melalui jaringan berbasis IP (internet protocol) yang umum dalam komunikasi terbuka di internet sehingga sistem pemantauan siber mudah mengenalinya.
"Itu 'kan tidak melalui jaringan IP, ya, itu by call, ya. Ternyata mudah sebetulnya kalau mengindikasi ancaman yang seperti itu," ujar dia, dikutip dari Antara.
Meski demikian, Nugroho menegaskan bahwa BSSN tetap memperlakukan semua ancaman secara serius dan tidak mengabaikan kemungkinan risiko. Menurut dia, dalam sejumlah insiden teror, ancaman yang diumumkan terlebih dahulu justru tidak pernah benar-benar terjadi.
Namun karena dampaknya dapat mengguncang sektor transportasi dan keamanan nasional, lembaganya tetap menanganinya bersama pihak terkait. "Pernah enggak kejadian peledakan bom yang sudah kejadian, yang kasih tahu sebelumnya? Akan tetapi, itu tetap diatasi, diwaspadai karena kita zero tolerance terhadap kemungkinan ancaman," katanya.