Liputan6.com, Jakarta - Praktik belajar fisika di sekolah bisa dilakukan dengan berbagai cara. BINUS School Bekasi menghadirkan proyek solar panel agar siswanya bisa mempelajari langsung prinsip kerja panel surya dan penerapan energi terbarukan. Proyek tersebut ternyata direspons positif siswa.
Bryan, perwakilan siswa kelas 12 dari BINUS School Bekasi, mengaku senang terlibat dalam proyek solar panel yang bekerja sama dengan guru di sekolah. Ia mengaku bahwa minatnya terhadap energi terbarukan dan listrik dimulai SD.
"Sejak kelas 2 SD, saya mulai melakukan riset tentang energi panas matahari dan tenaga nuklir. Namun, saya menyadari bahwa sumber energi yang lebih realistis adalah tenaga surya dan tenaga angin. Di sekolah, saya merasa masih kurang penerapan energi terbarukan, akhirnya mencoba mengimplementasikan lampu tenaga surya di sini, karena kondisi iklim mendukung," kata Bryan dalam jumpa pers di Bekasi pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Abdul Khalim, mentor Bryan, menjelaskan proyek solar panel mengajak siswa untuk tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga mempraktikkan cara menghemat penggunaan listrik secara nyata. Proyek itu juga mendukung program pemerintah, yaitu SDGs, berkaitan dengan lingkungan.
"Kami di BINUS dihimbau selalu memiliki inisiatif dan proyek inisiatif. Kebetulan di sekolah kami sedang digalakkan program pemerintah, yaitu SDGs, berkaitan dengan lingkungan. Setelah berdiskusi dengan kepala sekolah, kami sepakat untuk mengembangkan energi terbaru. Ide yang muncul adalah memanfaatkan energi surya melalui pemasangan solar panel," kata Khalim.
"Alhamdulillah, sekarang kami tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Dengan energi yang lebih murah, kami bisa mencari kualitas yang baik," tambahnya.
Kendala Mengerjakan Proyek Solar Panel
Khalim menjelaskan bahwa proyek tersebut disiapkan selama empat bulan dengan biaya kurang dari Rp30 juta. Persiapan proyek dimulai dengan membuat jadwal mencakup timeline pengajuan proposal, sumber anggaran, daftar barang yang dibeli, hingga rencana pemasangan.
"Semua informasi tersebut dirangkum dalam sebuah timeline yang mempertimbangkan durasi kerja. Setelah anggaran disetujui, kami merencanakan segala hal mulai dari pemesanan hingga peluncuran, target kami, yaitu 23 Oktober 2024, kami pun berhasil," kata Khalim.
Dia menjelaskan kendala yang dihadapi selama mewujudkan proyek tersebut. Salah satunya pemesanan material yang memakan waktu. Ketika mereka memesan barang dengan spesifikasi yang salah, terpaksa harus memesan ulang. Hal ini menjadi salah satu penyebab proyek ini berjalan lebih lama.
"Sebenarnya, jika semuanya berjalan lancar, proyek ini bisa diselesaikan dalam waktu 2 bulan. Jika kami diminta untuk mengulangi prosesnya, kami yakin bisa melakukannya dalam waktu sekitar 1 hingga 2 bulan," ujarnya.
Ia berharap proyek ini dapat menjaga keberlanjutan lingkungan dan dapat diterapkan dalam kurikulum di sekolah. "Kami menyadari bahwa dampak lingkungan akan berpengaruh langsung kepada kami, terutama siswa-siswa di BINUS School Bekasi," ucapnya.
Bikin Lupa Waktu
Bryan mengungkapkan bahwa solar panel merupakan proyek pertama yang ia jalankan. Ia sering menggarapnya hingga tengah malam dan melakukan berbagai uji coba barang bersama guru.
"Saking asyiknya proyek ini, saya sampai lupa waktu. Saya berkomunikasi dengan mentor dan kami juga melakukan uji coba barang, menghadapi banyak tantangan, termasuk pemasangan di tiang yang memakan waktu setengah hari. Meskipun sulit, saya sangat menikmati prosesnya," kata Bryan. "Kami benar-benar memulai dari nol, namun ini sangat seru bagi saya."
Dia juga menyampaikan bahwa proyek ini membuat siswa-siswa kelas 7 mulai menyadari pentingnya melakukan sesuatu untuk menjaga lingkungan. Bryan siap membantu teman-teman yang ingin berkontribusi mengembangkan solar panel.
"Banyak yang sadar, tetapi belum semua berinisiatif melakukan sesuatu seperti ini. Namun, anak-anak kelas 7 mulai menyadari pentingnya menjaga lingkungan. Jadi, saya rasa kesadaran siswa sudah cukup tinggi," kata Bryan.
"Ada beberapa siswa yang tertarik. Saya bilang jika mereka mau melanjutkan solar panel, saya siap membantu agar bisa meneruskan proyek ini dan proyek-proyek lainnya di masa depan," tambahnya.
Pemasangan Solar Panel
Khalim menjelaskan bahwa pemasangan solar panel di sekolah ditargetkan dengan 15 titik lampu, tetapi saat ini mencoba 4 titik lampu terlebih dahulu. Apabila hasilnya baik, akan dikembangkan di seluruh sekolah.
Bryan menambahkan bahwa lampu dari solar panel dapat dikelola melalui ponsel. Sistem solar panel dilengkapi dengan SIM card yang menghubungkannya ke jaringan internet, sehingga seseorang bisa memantau dari jarak jauh.
"Hal terpenting adalah ponsel terhubung dengan internet. Kita bisa mendapatkan berbagai data, seperti berapa banyak listrik yang dihasilkan, voltase, arus ampere, serta kondisi lampu apakah menyala atau mati dan status baterainya, apakah penuh atau kosong," kata Bryan.
"Selain itu, kita juga bisa menyalakan dan mematikan lampu secara manual. Banyak proyek pemerintah menggunakan sistem pintar. Sistem ini juga memungkinkan pengaturan kecerahan, jadi lampu bisa dinyalakan pada 50 persen atau 70 persen dari kapasitasnya. Mengenai jarak pengendalian, kita bisa mengontrol dari mana pun kita berada," tambahnya.