Liputan6.com, Jakarta - Puluhan desa di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah dilanda banjir akibat tanggul Sungai Tuntang yang jebol. Selain rumah, banjir juga menggenangi akses jalan hingga jalur rel kereta api Semarang-Surabaya.
Mengutip laman Geologi Universitas Gajah Mada (UGM), Kamis, 30 Januari 2025, Sungai Tuntang merupakan salah satu sungai bersejarah yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Sungai ini tidak hanya menjadi sumber air bagi pertanian, tetapi juga menyimpan cerita panjang tentang masa kejayaan kerajaan-kerajaan di Jawa.
Konon, sungai ini menjadi jalur transportasi penting pada era Kerajaan Mataram Kuno dan memiliki hubungan erat dengan Danau Rawa Pening di hulu. Sepanjang alirannya, Sungai Tuntang menawarkan pemandangan alam yang memukau, dengan hamparan sawah hijau dan pepohonan rindang di tepiannya.
Selain terkait dengan Mataram Kuno, Sungai Tuntang juga terkait dengan Kerajaan Demak. Mengutip Jurnal Teknik PWK V berjudul "Arahan Perancangan Ruang Publik dengan Pendekatan Konsep Riverfront di Sungai Tuntang Kabupaten Demak", Sungai Tuntang merupakan saksi bisu sejarah yang pernah terjadi di Demak.
Lebar sungai yang pernah menjadi jalur pelayaran dan sumber kehidupan tersebut kini menyempit hingga hanya tujuh meter. Pemerintah setempat mengembangkan area tersebut sebagai objek wisata. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah konsep taman, yaitu legenda Baru Klinting, Jaka Tingkir, sebagai jalur perdagangan dan lainnya.
Terkait dengan Pembangunan Masjid Demak
Keberadaan Sungai Tuntang juga terkait dengan Masjid Agung Demak sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Demak yang dibuat oleh Raden Patah dan Wali Songo. Kabarnya bangunan itu dibuat dalam waktu sehari semalam dengan bantuan dari Kerajaan majapahit yang dialirkan melalui Sungai Tuntang.
Selain itu, Demak juga menjadi pusat perdagangan yang paling berpengaruh di Nusantara dengan komoditas pertanian dan rempah-rempah. Pelabuhan Tuban, Gresik, Jepara, Semarang, Sedayu, Tegal, Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, Palembang dan Jambi merupakan wilayah kekuasaan Demak.
Di Demak sendiri terdapat dermaga terbesar kedua setelah Jepara yang letaknya di hilir Sungai Tuntang. Demak didatangi pedagang Islam dari seluruh penjuru dunia, seperti China, Gujarat, dan Arab.
Di pusat kota Demak, yaitu di antara Masjid Agung Demak, Alun-alun, Kadipaten Demak, Kawasan Kauman, Pecinan, dan Sitinggil, terdapat Sungai Tuntang berasal dari mata air Gunung Merbabu mengalir di sebelah selatan Gunung Ungaran menuju ke Demak dan bermuara di Laut Jawa.
Dulunya Sungai Tuntang Dapat Dilalui Kapal Besar
Menurut ahli sejarah, Sungai Tuntang berkaitan dengan legenda Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang merupakan pendiri Kerajaan Demak. Ketika itu, Jaka Tingkir datang melamar menjadi prajurit Kerajaan Demak dari Desa Tingkir Salatiga melalui Sungai Tuntang.
Sungai Tuntang dahulu memiliki lebar 30 meter yang dapat di lewati oleh kapal-kapal dagang besar dari seluruh penjuru dunia. Pada zaman kolonial Belanda, Sungai Tuntang sering meluap di kala musim kemarau, sehingga wilayah perkotaan Demak sering kebanjiran.
Karenanya, dibangunlah tanggul di daerah Ploso, Kecamatan Wonosalam, sehingga aliran Sungai Tuntang membelok ke Kecamatan Bonang kemudian dialirkan ke laut. Dengan memindahkan aliran tersebut, sekarang Kota Demak tidak pernah banjir lagi.
Sungai Tuntang yang ada di sepanjang perkotaan Demak dinamakan "Kali Tuntang Lama" karena alirannya mati dan terjadi sedimentasi. Sungai itu akhirnya menjadi daratan dan hanya tersisa 6--7 meter yang saat ini digunakan sebagai aliran drainase dari warga sekitar.
Sungai Tuntang Lama konon memiliki keajaiban yang dapat menyembuhkan penyakit. Saat Pemberontakan G30S/PKI, korban-korban pembantaian PKI sembuh lagi ketika mandi di Sungai Tuntang.
Taman Kali Tuntang Sebagai Ruang Terbuka Hijau
Pemerintah Kabupaten Demak telah meningkatkan ruang terbuka hijau, salah satunya membuat taman aktif di sempadan Sungai Tuntang yang diberi nama "Taman Kali Tuntang Lama'. Pembangunan taman tersebut telah berlangsung sejak 2012.
Tak hanya menyuguhkan keindahan alam, Taman Kali Tuntang Lama pun jadi sarana edukasi bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah Demak. Di kawasan taman terdapat beberapa papan informasi yang menjelaskan sejarah Sungai Tuntang, peran pentingnya dalam perdagangan, serta kontribusinya terhadap perkembangan Kesultanan Demak.
Para pemandu lokal siap memberikan penjelasan lebih lanjut tentang sejarah sungai dan area sekitarnya. Hal ini membuat kunjungan ke Taman Kali Tuntang Lama menjadi pengalaman yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menambah wawasan sejarah.
Selain fungsi rekreasi dan edukasi, Taman Kali Tuntang Lama pun ikut menjadi pusat pelestarian lingkungan. Pemerintah daerah dan komunitas setempat sering mengadakan program penghijauan dan kebersihan di sekitar sungai. Upaya-upaya ini bertujuan menjaga ekosistem sungai tetap lestari dan bebas dari pencemaran, agar generasi mendatang bisa menikmati keindahan dan manfaat Sungai Tuntang seterusnya.