Liputan6.com, Jakarta - Hamdan Ballal Al-Huraini adalah sosok yang tidak hanya dikenal sebagai pembuat film, tetapi juga sebagai fotografer, petani, dan aktivis hak asasi manusia Palestina. Lahir di Susiya, sebuah desa di Tepi Barat pada 1989, Hamdan berkontribusi signifikan dalam mendokumentasikan pengalaman komunitas Palestina melalui karya-karyanya.
Mengutip dari laman AP, Selasa, 25 Maret 2025, salah satu film dokumenternya yang paling terkenal adalah 'No Other Land' (2024), yang berhasil meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Piala Oscar untuk Film Dokumenter Fitur Terbaik di Academy Awards ke-97. Film No Other Land yang disutradarai bersama Basel Adra, Yuval Abraham, dan Rachel Szor, mengisahkan tentang kehidupan masyarakat Palestina di bawah pendudukan Israel.
Karya ini tidak hanya mengangkat suara komunitas yang terpinggirkan, tetapi juga berhasil menarik perhatian dunia internasional terhadap isu-isu yang mereka hadapi. Dengan keberhasilan film tersebut, Hamdan Ballal menunjukkan bahwa seni dapat menjadi 'senjata' dan alat yang kuat untuk perubahan sosial.
Di balik kesuksesan karya sinematik tersebut, Hamdan Ballal kini menghadapi konsekuensi besar. Berdasarkan berita terbaru pada 25 Maret 2025, ia dilaporkan telah diculik oleh tentara Israel setelah diserang oleh sekelompok orang bersenjata di Susiya. Ia dalam keadaan terluka saat ditangkap. Sampai saat ini, belum ada informasi terbaru mengenai kondisinya, dan hal ini menambah keprihatinan terhadap keselamatan para aktivis hak asasi manusia di wilayah konflik tersebut.
Karya dan Aktivisme Hamdan Ballal
Selain film 'No Other Land', Hamdan juga aktif dalam berbagai inisiatif yang bertujuan untuk mengangkat isu hak asasi manusia. Ia tergabung dalam proyek 'Humans of Masafer Yatta', yang berfokus pada kisah-kisah pribadi warga Palestina di daerah tersebut.
Melalui proyek ini, Hamdan berusaha memberikan suara kepada mereka yang sering kali terabaikan dalam narasi media mainstream. Hamdan juga berperan sebagai peneliti lapangan untuk organisasi hak asasi manusia, termasuk B'Tselem.
Dalam perannya ini, ia mendokumentasikan berbagai insiden yang terjadi akibat pendudukan Israel, memberikan data dan informasi yang penting untuk advokasi hak asasi manusia. Keterlibatannya dalam dunia perfilman dan aktivisme menunjukkan komitmennya yang kuat terhadap keadilan dan kebenaran.
Salah seorang rekannya, Basel Adra, yang juga menjadi sutradara film politik tersebut, mengungkapkan Ballal diserang oleh sekelompok pemukim di Tepi Barat yang diduduki pada Senin, 24 Maret 2025, sebelum ditahan oleh militer Israel.
"Kami kembali dari Oscar dan setiap hari sejak itu ada serangan terhadap kami," kata Adra kepada AP. "Ini mungkin balas dendam mereka kepada kami karena membuat film tersebut. Rasanya seperti hukuman."
Dugaan Penculikan dan Reaksi Internasional
Rekan-rekan Hamdan di media sosial juga menyampaikan keprihatinan mereka tentang kondisi Hamdan, melaporkan bahwa ia mengalami cedera di kepala dan perutnya. Kejadian ini menyoroti situasi yang semakin memburuk di Tepi Barat, di mana serangan terhadap warga Palestina semakin meningkat.
Selama operasi militer Israel di Gaza, banyak warga Palestina yang menjadi korban, dan situasi ini semakin memperburuk ketegangan di wilayah tersebut. Sayangnya, informasi mengenai latar belakang pendidikan Hamdan Ballal tidak tersedia.
Begitu juga informasi mengenai penghargaan lain yang diterima Hamdan tidak tersedia. Tapi jelas bahwa karya terbarunya dalam "No Other Land" telah memberikan dampak yang signifikan dalam memperjuangkan hak-hak warga Palestina.
Diketahui Hamdan Ballal adalah seorang ayah yang memiliki seorang putra berusia tujuh tahun. Kehadirannya di dunia perfilman dan aktivisme memberikan harapan bagi generasi mendatang bahwa keadilan dan hak asasi manusia dapat diperjuangkan meskipun dalam keadaan yang sulit.
Kronologi Penculikan
"Mereka mulai melemparkan batu ke arah warga Palestina dan menghancurkan tangki air di dekat rumah Hamdan," kata Joseph, salah seorang aktivis dari Center for Jewish Nonviolence, yang meminta untuk tidak menggunakan nama lengkapnya karena alasan keamanan, dikutip dari The Guardian, Selasa (25/3/2025).
Para saksi mengungkap bahwa sekelompok tentara tiba di tempat kejadian bersama dengan penjajah Israel yang berseragam militer. Mereka mengejar Hamdan hingga ke rumahnya dan menyerahkannya kepada militer.
"Para pemukim menghancurkan mobilnya dengan batu dan mengiris salah satu bannya," ungkap saksi lain, Raviv, kepada The Guardian. "Semua jendela dan kaca depan pecah."
Ballal yang terluka setelah penyerangan para pemukim dibawa pergi tentara Israel. Anggota kelompok aktivis Amerika Yahudi yang merekam serangan itu dan kemudian memasuki rumah dan melihat darah di lantai. Menurut anggota keluarga, darah itu mengucur saat kepala Hamdan dipukul.
Sang sutradara serta seorang pria lain yang hanya diidentifikasi sebagai Nasser kemudian ditangkap militer dan dibawa ke kantor polisi. Alasannya belum diketahui. Saat dihubungi The Guardian, Angkatan Pertahanan Israel mengatakan sedang menyelidiki insiden tersebut. Itu menjadi salah satu aksi kekerasan Israel terhadap warga Palestina yang belakangan meningkat.