Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan asal Brasil, Jeniffer Castro, yang viral setelah menolak memberikan tempat duduk dekat jendela yang telah dipilihnya di pesawat pada seorang anak yang sedang menangis mengatakan bahwa dia telah resmi mengajukan tuntutan hukum terhadap maskapai penerbangan dan penumpang yang merekamnya.
Karyawan bank dari Belo Horizonte ini mendapati dirinya jadi pusat badai internet setelah insiden terkait anak kecil pada Desember 2024. Melansir NY Post, Rabu, 12 Maret 2025, video insiden tersebut, yang menurut Jeniffer sebenarnya direkam sesama penumpang dan bukan ibunya, seperti yang dilaporkan sebelumnya, menyebabkan dirinya dikritik keras oleh warganet.
Secara tidak terduga, perempuan berusia 29 tahun itu jadi terkenal di media sosial, dengan pengikut Instagram-nya meroket hingga 2,1 juta. Itu kemudian membuatnya mendapat banyak kerja sama dengan merek sebagai seorang influencer, katanya.
Jeniffer sekarang mengklaim bahwa dia telah mengajukan tuntutan hukum terhadap GOL Airlines untuk meminta kompensasi atas penderitaan yang disebabkan insiden tersebut. Mengutip "kerahasiaan peradilan," ia menolak mengungkap nominal dan tidak akan mengungkap dokumen hukumnya.
Ia mengaku ingin mencegah kritik serupa dari publik dan apa yang disebutnya sebagai paparan tidak sah di masa mendatang. Hal itu terjadi setelah dilaporkan pada bulan lalu bahwa ia "mempertimbangkan" tindakan hukum.
"Sejak kejadian itu, hidup saya berubah drastis, sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan," ujar si penumpang pesawat yang viral. "Apa yang seharusnya jadi penerbangan biasa berubah jadi situasi yang sangat memalukan, mengekspos saya secara tidak adil dan menyebabkan konsekuensi yang memengaruhi kehidupan pribadi dan profesional saya."
Kronologi Kejadian
Jeniffer menyambung, "Saya jadi sasaran kritik, serangan, dan spekulasi dari orang-orang yang bahkan tidak tahu cerita lengkapnya." Ia mengatakan, insiden itu bermula saat ia naik pesawat dan mendapati seorang anak duduk di tempat duduknya.
Karena dia telah memilih tempat duduk di dekat jendela terlebih dahulu, Jeniffer menduga anak tersebut akan pindah ke tempat duduk lain. "Saya menunggunya pindah ke kursinya, lalu saya duduk di kursi saya," kenangnya.
Situasinya memanas ketika seseorang mulai merekam Jeniffer tanpa izinnya, katanya. "Sepanjang penerbangan, anak itu banyak menangis, yang meski tidak mengenakkan, dapat dimengerti saat bepergian," sebut dia.
"Yang mengejutkan saya adalah kenyataan bahwa seseorang yang tidak ada hubungannya dengan situasi itu mulai merekam saya tanpa izin, menghina saya, dan mencoba mempermalukan saya di depan umum hanya karena saya tidak ingin pindah tempat duduk."
Video viral itu menyebabkan reaksi keras dari publik, yang menurut Jeniffer berdampak serius pada kesehatan mental dan karier profesionalnya. "Saya sangat syok," katanya.
Kejadian yang Mengubah Hidup
Jeniffer menyambung, "Saya tidak pernah membayangkan bahwa sesuatu yang begitu sederhana bisa jadi sebesar itu. Secara profesional, hidup saya banyak berubah, sedemikian rupa, sehingga hari ini saya tidak lagi berada di bidang yang saya tekuni sebelumnya."
"Saya adalah seorang bankir. Dalam kehidupan pribadi saya, pada puncak dampaknya, saya praktis tidak meninggalkan rumah. Selain dampak emosional, saya juga takut, karena kita tahu bahwa, sayangnya, ada banyak orang jahat di dunia ini."
Menanggapi sorotan publik dan perekaman yang tidak sah, Jeniffer mengatakan, dia memutuskan mengambil tindakan hukum. "Saya memutuskan menuntut maskapai karena apa yang terjadi pada saya sangat memalukan, dan situasi ini seharusnya tidak pernah mencapai titik ini," katanya.
"Tidak seorang pun pantas mengalami apa yang saya alami, difilmkan, dihina, dan diserang hanya karena menggunakan hak-hak dasar. Gugatan ini bukan hanya tentang ganti rugi, tapi juga menetapkan batasan pada jenis perilaku ini. Kita semua memiliki hak, dan hak tersebut harus dihormati, terlepas dari pendapat orang lain," tandasnya. Pihak maskapai belum merilis pernyataan resmi terkait tuntutan tersebut.
Kasus Serupa
Bukan kali ini saja kasus tuntutan ganti rugi penumpang terhadap maskapai penerbangan jadi sorotan. Pada 2022, seorang penumpang perempuan mengeluh karena harus duduk di antara dua penumpang kelebihan berat badan di pesawat dalam penerbangan tiga jam.
Melansir New York Post, Minggu (16/10/2022), Dr. Sydney Watson, yang mengaku sebagai komentator politik, menulis kekecewaannya melalui cuitan di Twitter. "Jika Anda membutuhkan pemanjang sabuk pengaman, Anda TERLALU GEMUK UNTUK BERADA DI PESAWAT," bunyi penggalan keluhannya yang dibagikan pada 10 Oktober 2022.
American Airlines selaku maskapai penerbangan yang ditumpangi kemudian membalas Watson, mengatakan bahwa perusahaan tidak mendiskriminasi tipe tubuh apapun. "Penumpang kami datang dalam berbagai ukuran dan bentuk. Kami minta maaf Anda merasa tidak nyaman dalam penerbangan Anda," jawab akun Twitter maskapai.
Dikutip dari Daily Mail, Watson sangat tidak puas dengan tanggapan perusahaan. "Ini benar-benar jawaban resmi mereka pada saya yang terjepit di antara dua manusia gemuk. Astaga. Jadi, saya diharapkan hanya memiliki seperempat kursi ketika saya terbang?" protesnya.