Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran yang melanda Katedral Notre-Dame di Paris pada April 2019 tidak hanya mengguncang dunia, tetapi juga membuka pintu bagi penemuan arkeologi yang luar biasa. Selama pekerjaan restorasi yang dilakukan setelah kebakaran, para arkeolog menemukan berbagai artefak yang mencakup rentang waktu hampir dua ribu tahun.
Mengutip dari laman France24, Sabtu (7/12/2024), mulai dari patung abad pertengahan hingga fragmen layar rood, penemuan ini mengungkap cerita tersembunyi dari masa lalu. Salah satu penemuan paling mencolok adalah patung dada wajah Kristus yang disalibkan dan tubuh seorang pria dengan tunik.
Artefak-artefak ini kini dipamerkan di Musée de Cluny, museum seni abad pertengahan di Paris. Pameran ini memungkinkan pengunjung untuk menyaksikan dan merenungkan sejarah panjang yang terukir dalam batu dan patung.
Penggalian yang dilakukan sebelum pembangunan kembali katedral setelah kebakaran berhasil menemukan sekitar seribu keping artefak, termasuk 700 fragmen dengan jejak polikrom yang terpelihara baik. Polikromi ini, yang merupakan hiasan berwarna pada permukaan, memberikan wawasan tentang bagaimana patung-patung ini terlihat pada masa lalu sebelum warnanya memudar.
Damien Berné, kurator pameran Making Stones Speak, menjelaskan bahwa warna-warna halus seperti merah, biru, oker, dan emas menghiasi artefak-artefak ini. "Layar rood adalah penemuan yang luar biasa; yang seperti itu hanya Anda dapatkan sekali setiap seratus tahun," kata Christophe Besnier dari Institut Nasional Prancis untuk Penelitian Arkeologi Preventif (INRAP).
Menggali Sejarah yang Terlupakan
Sebelum kebakaran, kesempatan untuk mempelajari bangunan keagamaan bergengsi ini dari dekat sangat terbatas. Namun, penggalian setelah kebakaran mengungkapkan banyak informasi baru.
Salah satu penemuan penting adalah fondasi katedral yang ditemukan untuk pertama kalinya. Ini benar-benar menggambarkan tingkat aktivitas di situs tersebut sejak abad pertama hingga era kita, kata Besnier.
Selain itu, penggalian juga mengungkapkan sisa-sisa dari Abad Pertengahan sebelum pembangunan katedral, termasuk bangunan besar bergaya Carolingian. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang sejarah arsitektur dan kehidupan sosial di kawasan Île de la Cité, tempat katedral berdiri.
Setiap temuan dari penggalian ini memiliki nilai sejarah yang unik. Bagi Besnier, menemukan koin Galia dari akhir abad ke-1 SM sama mengharukannya dengan penemuan layar rood. Dorothée Chaoui-Derieux, kepala kurator warisan, menambahkan bahwa meskipun beberapa penemuan mungkin kurang spektakuler, seperti lapisan Merovingian di sisi selatan katedral, mereka tetap memiliki kepentingan ilmiah yang besar.
Upaya Penemuan Belum Selesai
Penemuan dua peti mati di bawah bagian tengah Gereja Notre-Dame pada tahun 2022 dipublikasikan secara khusus dalam laporan media Prancis. Sementara identifikasi Kanon Antoine de La Porte dimungkinkan oleh batu nisan di peti matinya, identitas penghuni lainnya masih diselimuti misteri.
Pada September, arkeolog Éric Crubézy akhirnya mengumumkan bahwa itu bisa jadi adalah penyair Joachim du Bellay, yang dimakamkan di katedral tersebut pada abad ke-16, menurut analisis yang dilakukan di Institut Forensik Rumah Sakit Universitas Toulouse.
Namun, keraguan tetap ada, menurut Chaoui-Derieux. "Penelitian masih jauh dari selesai. Ada tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa ini bukan Joachim du Bellay, tetapi individu lain," katanya.
Notre-Dame belum selesai mengungkap rahasianya. Meskipun proyek restorasi telah selesai, tim arkeolog masih sibuk. "Pekerjaan belum selesai. Masih ada analisis penting yang harus dilakukan selama dua atau tiga tahun ke depan," kata Besnier.
Upaya selama setahun untuk menstabilkan semua fragmen layar atap dan polikrominya saat ini sedang berlangsung. Penemuan ini juga akan menghasilkan rekonstruksi 3D.
Tragedi yang Memperkaya Pengetahuan
Selama pengerjaan, puing-puing yang tertinggal setelah kebakaran juga dikumpulkan dan diinventarisasi dengan saksama. "Ini dianggap sebagai sisa arkeologi yang kini dapat diakses oleh komunitas ilmiah," kata Chaoui-Derieux.
Ia mengatakan ada spesialis kayu, batu, dan logam yang datang ke cagar alam tersebut untuk mengambil sampel material ini. "Mereka akan dapat memberi tahu kami lebih banyak, terutama tentang konstruksi rangka, atau tentang berbagai fase restorasi. Ini adalah sumber data yang nyata," sambungnya.
"Kebakaran yang menghancurkan katedral dan mengguncang seluruh dunia secara tidak langsung akan membantu memajukan penelitian," kata Chaoui-Derieux. "Jelas tidak seorang pun menginginkan bencana ini, tetapi begitu terjadi, kami mencoba mencari hikmahnya. Ini adalah tragedi yang membantu kami memperkaya pengetahuan."
Sebelumnya, usai renovasi, pada Jumat pagi, 8 November 2024, lonceng Katedral Notre Dame di Paris akhirnya berbunyi kembali sejak kebakaran menghancurkan sebagian besar bangunan itu lebih dari lima tahun lalu. Proyek pemasangan lonceng itu memakan waktu 1,5 tahun.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence