Pengalaman Belajar Bahasa Isyarat untuk Menjalin Pertemanan dengan Teman Tuli

Liputan6.com, Jakarta - Dalam memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional, yang jatuh pada 23 September 2025, Grab Indonesia resmi meluncurkan program "Teman Setara" di Jakarta Selatan, Rabu (1/10/2025). Ini merupakan inisiatif keberlanjutan yang hadir sebagai bagian dari rangkaian komitmen GrabForGood untuk mewujudkan dampak sosial lebih luas.

Program ini memiliki misi utama membangun ekosistem lebih inklusif bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Melalui "Teman Setara," Grab menghadirkan serangkaian kegiatan yang memberi ruang untuk saling mengenal, belajar, dan berkolaborasi tanpa batasan. 

Salah satu pengalaman yang sangat berkesan dari kegiatan ini adalah sesi belajar bahasa isyarat. Tidak hanya sebagai pengetahuan baru, kegiatan ini membuka cara pandang yang berbeda tentang bagaimana komunikasi dapat jadi jembatan untuk membangun hubungan yang lebih setara.

Selama ini, banyak orang mungkin belum terbiasa berinteraksi langsung dengan teman Tuli, padahal bahasa isyarat bisa jadi solusi sederhana untuk menciptakan ruang kebersamaan. Belajar bahasa isyarat bukan sekadar alat bertukar kata, melainkan sarana menumbuhkan empati, rasa hormat, dan kebersamaan.

Director of Digital and Sustainability Grab Indonesia, Rivana Mezaya, mengatakan pada Lifestyle Liputan6.com, "Bahasa isyarat itu sangat penting untuk kita ketahui bersama, karena kalau kita memang ingin membangun suatu ekosistem yang inklusif, tentunya kita semua harus bisa memberanikan diri untuk bisa jadi teman komunikasi dan teman berkolaborasi untuk teman-teman penyandang disabilitas.”

"Contohnya kalau di sini adalah teman Tuli. Kita juga harus bisa dong mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi yang baik dengan mereka dengan salah satunya bahasa isyarat yang baik."

Pesan ini mengingatkan, inklusivitas tidak hanya berhenti pada sikap menerima perbedaan, tapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Belajar bahasa isyarat berarti memberi kesempatan pada diri sendiri untuk hadir secara setara dalam interaksi sehari-hari. Dengan begitu, hambatan komunikasi bisa dipatahkan, dan jembatan pertemanan bisa dibangun lebih kokoh.

Para hadirin belajar mulai dari hal sederhana, seperti alfabet dan angka, hingga kalimat praktis yang bisa digunakan sehari-hari. Misalnya, "Nama saya…," "Saya mau pesan…," dan "Alamat saya." Semua materi itu juga dikaitkan dengan kebutuhan sehari-hari, termasuk hal-hal yang relevan dengan layanan Grab.

Tidak hanya itu, para hadirin juga mempraktikkan ucapan dasar, seperti "Terima kasih," "Tolong," dan "Maaf." Hal-hal kecil ini ternyata sangat bermakna, karena bisa membantu membangun interaksi yang ramah dan penuh pengertian.

Hal yang membuat pengalaman ini semakin berkesan adalah kesempatan untuk langsung berkomunikasi dengan teman Tuli. Mereka sangat ramah, aktif, bahkan ikut membantu memperbaiki gerakan tangan yang kurang tepat. Dari situ, para hadirin merasa bahasa isyarat bukan sekadar keterampilan tambahan, melainkan kunci menjalin pertemanan dengan cara lebih tulus dan setara.

Program "Teman Setara" dari Grab memperlihatkan bagaimana sebuah perusahaan bisa ikut mendorong perubahan sosial yang nyata. Tidak hanya memberi ruang belajar, program ini juga jadi wadah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menciptakan ekosistem yang terbuka untuk semua kalangan.

Grab ingin mengajak masyarakat lebih peduli, lebih berempati, dan lebih aktif membangun ruang kolaborasi bersama penyandang disabilitas. Kegiatan seperti belajar bahasa isyarat hanyalah salah satu langkah kecil, tapi berdampak besar untuk kehidupan sehari-hari.

Lewat inisiatif ini, diingatkan bahwa penggabungan adalah tanggung jawab bersama. Dengan belajar bahasa isyarat, kita tidak hanya menambah keterampilan baru, tapi juga menjalankan tugas untuk membangun hubungan yang lebih adil dan setara.