Fenomena Hujan Darah Bikin Tepi Pantai Pulau Hormuz Iran Menjadi Merah Menyala

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena yang disebut hujan darah menjadi sorotan di dunia maya setelah sebuah video merekam suasana sebuah pantai di Iran beredar viral di Instagram. Video yang direkam seorang pemandu wisata yang berakun @hormoz_omid itu bahkan salah satunya disukai lebih dari 1 juta penggemar.

"Kemarin, pantai berdarah ini membuat semua orang terkejut," tulis hormoz_omid, dalam salah satu video fenomena tersebut yang terjadi di Pantai Silver dan Red di Pulau Hormuz, Teluk Persia, seperti dilaporkan CNN.

Unggahan itu sebenarnya beredar sejak akhir Februari 2025. Dikutip dari NYPost, Jumat, 14 Maret 2025, rekaman tersebut menunjukkan pantai yang berada di sebuah pulau di Iran berubah menjadi merah cerah setelah diguyur hujan deras.

Terlihat bahwa air berwarna merah yang disebut crimson tide terlihat mengalir dari tebing pantai ke laut di tengah hujan lebat, sementara wisatawan yang mengenakan jas hujan berkumpul untuk menyaksikan fenomena tersebut. Video lain menunjukkan seorang pria berjalan di ombak yang berwarna merah pekat dan terlihat seperti hasil pemrosesan AI.

"Ini benar-benar pulau yang unik," komentar seorang warganet. Ada pula yang menulis, "Kekuatan Tuhan... Betapa indah dan menakjubkan."

Fenomena tersebut bukanlah hal supranatural. Tanah yang dikenal sebagai gelak, dilaporkan mengandung oksida besi dalam kadar tinggi, sehingga menghasilkan warna yang menyerupai plasma darah.

Saat berjalan di sepanjang pantai, Anda akan menemukan bagian-bagian di mana pasir berkilauan dengan senyawa logam, terutama memukau saat matahari terbenam atau terbit, tulis Organisasi Pariwisata dan Perjalanan Iran, seperti dilaporkan Daily Mail. Warna tanah di sekitar terus berubah saat kita berjalan atau berkendara.

Promosi 1

Tanah Merah Hormuz nan Kaya Manfaat

Sementara menurut The Times of India, fenomena hujan darah terjadi di pegunungan Iran saat 'hujan deras mengguyur tanah yang mengandung oksida besi tinggi dan mengendapkannya, sehingga sungai-sungai menjadi merah karena mineral-mineral tersebut bercampur dengan air hujan'.

Meskipun dapat terjadi sepanjang tahun, fenomena ini tetaplah termasuk kejadian langka karena kandungan mineral khusus di tanah pegunungan, terutama kadar oksida besi yang tinggi, yang dibutuhkan untuk memberi warna merah pada air. Badan Pariwisata Iran menyatakan di situs webnya bahwa "tanah merah Hormuz memiliki nilai ekonomi tinggi dan mengekspornya selama beberapa tahun untuk digunakan dalam berbagai industri seperti pewarnaan, kosmetik, kaca, dan keramik."

Pasir yang kaya mineral ini juga dapat dimakan. Penduduk setempat menambahkan bumbu alami ini ke dalam saus seperti sooragh, pasta ikan asam dan asin yang dimakan dengan roti, nasi, dan makanan lokal lainnya.

Sementara, Pulau Hormuz yang menjadi lokasi fenomena terjadi dikenal sebagai pulau pelangi karena "70 mineral berwarna-warni" yang ditemukan di dalamnya, selain tanah merah. Hal ini disebabkan oleh lapisan "tanah liat, karbonat, serpih, dan batuan vulkanik kaya zat besi" yang tertanam di dalamnya yang "telah berubah warna menjadi merah, kuning, dan jingga terang saat bergerak ke atas dan berinteraksi dengan air dan mineral dari lapisan batuan lainnya," jelas NASA Earth Observatory.

Pantai Pulau Merah di Banyuwangi

Jika Iran memiliki Pulau Hormuz dengan fenomena hujan darah, beda lagi dengan Banyuwangi yang memiliki Pantai Pulau Merah.  Pantai itu menawarkan keindahan alam yang memukau hingga menarik banyak wisatawan.

Ada pasir putih yang lembut, air laut yang jernih dan aksen pulau yang menjulang ke angkasa dengan tekstur tanah berwarna merah. General Manager Geopark Ijen Abdillah Baraas, mengungkapkan semua yang ada di kawasan Geopark Ijen itu berawal dari pantai Pulau Merah.

Sejarahnya dimulai dari adanya tumbukan lempeng Indo-australia yang berada di selatan dengan lempeng Eurasia yang ada di sebelah utara sekitar 66 juta tahun yang lalu. "Sebelumnya wilayah selatan Banyuwangi diperkirakan adalah sebuah lautan luas. Setelah adanya tumbukan, perlahan baru muncul daratan hingga jajaran pegunungan di kawasan pantai selatan waktu itu," ujar Abdillah, Jumat, 8 Desember 2023, dikutip dari kanal Surabaya Liputan6.com.

Sementara bagian utara dari kawasan utara Banyuwangi masih tetap menjadi danau yang luas hingga sekitar empat juta tahun lalu, pegunungan yang terus tumbuh dan berkembang di selatan Jawa tersebut. Hal itu, sambung Abdillah, membuat wilayah pantai Pulau Merah menjadi daratan pertama di kawasan Geopark Ijen.

Erupsi Pegunungan

Proses pembentukan dilanjutkan adanya proses erupsi pegunungan. Itu juga mengakibatkan kawasan pantai yang terletak di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, itu, menjadi tempat yang ideal untuk memulai kehidupan. Pasalnya, setelah erupsi adalah sebuah berkah bagi wilayah sekitarnya, flora dapat tumbuh dengan subur, fauna pun bisa tinggal dengan nyaman dengan dukungan lingkungan yang penuh sumber pakan.

"Sayangnya lambat laun, aktivitas pegunungan di selatan itu terhenti. Hal ini diperkirakan sekitar empat juta tahun yang lalu, bersamaan dengan mulainya tumbuh batu gamping di kawasan tersebut," tandasnya.

Abdillah menerangkan berhentinya aktivitas gunung berapi itu disebabkan oleh pasokan magma yang berasal dari dapur magma semakin berkurang bahkan habis di kala itu. Akibatnya, arah pembentukan gunung berpindah ke kawasan utara Geopark Ijen.

"Saat ini bagian tubuh gunung yang tersisa itu adalah Pulau Merah yang menjadi salah satu jejak batuan terobosan, dan sekarang dikenal jadi ikon dari Pantai Pulau Merah," tuturnya. Dari pulau berwarna merah yang berada di tengah laut itulah, para pengunjung dapat menyaksikan batuan tertua di kawasan Geopark Ijen yang kala itu menjadi alas gunung.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |