Deretan Potret Bayi Gajah Sumatera yang Baru Lahir di Way Kambas, Beratnya 64 Kilogram

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Way Kambas (TNWK) kembali mencatat kelahiran bayi gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) pada Rabu malam, 4 Desember 2025, pukul 23.25 WIB. Bayi gajah betina itu merupakan anak pertama dari induk bernama Yulia, gajah berusia 12 tahun.

Kepala Balai TNWK MDH Zaidi menyampaikan bahwa kondisi anak gajah dan induknya dalam keadaan baik. "Alhamdulillah, kondisi anak dan induknya sehat. Anak gajah sudah bisa berdiri dan berjalan sendiri pada pukul 02.05," ujarnya dalam laporan resmi kepada Menteri Kehutanan dan Wakil Menteri Kehutanan, dikutip dari rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Sabtu (6/12/2025).

Ia menambahkan bahwa hingga pagi hari, anak gajah yang belum bernama itu tampak aktif dan mulai belajar menyusu pada induknya. "Sampai pukul 07.49 WIB, anak gajah terlihat terus berusaha menyusu. Dari pengukuran tinggi dan lingkar badan, beratnya diperkirakan 64 kilogram," tambahnya.

Kelahiran ini menjadi kabar baik bagi upaya pelestarian gajah Sumatera. Laporan kelahiran gajah Sumatera di Way Kambas terakhir kali adalah pada Jumat, 15 Agustus 2025, pukul 22.55 WIB, di Pusat Latihan Gajah (PLG).

Mengutip laman Krabi Elephant Shelter, induk gajah umumnya menjalani masa kehamilan sekitar 22 bulan. Proses persalinan hampir selalu terjadi di tengah malam atau dini hari, ketika hampir tidak ada manusia di sekitar, untuk menghindari aktivitas yang kritis dan berisik.

Di alam bebas, saat induk gajah akan melahirkan, kawanan gajah lainnya berkeliaran di sekitar dan siap untuk turun tangan dan membantu. Proses persalinan dilakukan dalam keadaan berdiri hingga akhirnya bayi gajah menyentuh tanah.

Bayi Gajah Berusaha Berdiri Sendiri Begitu Lahir

Begitu lahir, bayi gajah adalah spesies yang rentan, dia menjadi yang terlemah di antara kawanannya. Meski begitu, secara naluriah, hewan yang kini berstatus Critically Endangered menurut IUCN tersebut sudah langsung mencoba berdiri.

Anak gajah membutuhkan waktu 10--20 menit setelah lahir untuk mencoba bangun. Prosesnya dilalui dengan periode jatuh bangun beberapa kali. Kakinya juga belum langsung kokoh, tetapi bergoyang dan gemetar saat mencoba menyeimbangkan diri, persis seperti bayi manusia saat belajar berdiri.

Ketukan lembut pada belalai induknya atau panggilan kawanan gajah di dekatnya berperan sangat penting saat ini. Setelah satu jam berlalu, banyak bayi gajah sudah berdiri sendiri, mengambil langkah-langkah pertama yang ragu-ragu. Ini merupakan momen yang sangat penting, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional, karena ini menandai awal mereka berinteraksi dengan kawanan dengan cara yang sangat berbeda.

Beri Asa di Tengah Bencana Banjir Sumatera

Kelahiran bayi gajah dari induk Yulia bertepatan dengan bencana banjir yang melanda Sumatera. Sejauh ini, banjir bandang telah menyapu banyak daerah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan, dan belakangan juga melanda Lampung, provinsi tempat Taman Nasional Way Kambas berada.

Mengutip kanal Regional Liputan6.com, hujan deras yang mengguyur wilayah Lampung sejak Rabu sore, 3 Desember 2025, memicu bencana beruntun. Empat kabupaten dilanda  banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung. Daerah terdampak banjir di Lampung meliputi Pesisir Barat, Tanggamus, Lampung Utara, dan Lampung Selatan. Humas BPBD Provinsi Lampung, Wahyu Hidayat, melaporkan, sedikitnya 115 rumah dan 350 warga terdampak banjir di Tanggamus dan Pesisir Barat.

Hidup gajah Sumatera di alam Indonesia juga semakin terancam dengan aksi perambahan hutan oleh para pengusaha perkebunan kelapa sawit. Dalam beberapa waktu terakhir, areal pergerakan gajah semakin menyempit, terutama di Taman Nasional Tesso Nilo,, Bentang Alam Seblat, hingga PLG Sebanga.

Kondisi Gajah Sumatera di Way Kambas

TNWK selama ini dikenal sebagai rumah berbagai satwa langka, mulai dari gajah sumatera, harimau sumatera, hingga badak sumatera. Di kawasan seluas lebih dari 125 ribu hektare itu, konservasi bukan hanya soal melindungi, tetapi juga edukasi bagi masyarakat.

Hingga kini, populasi gajah jinak di TNWK tercatat sebanyak 62 ekor, 34 ekor berada di Pusat Latihan Gajah dan 28 ekor di Elephant Rescue Unit. Sementara, populasi gajah liar di hutan Way Kambas diperkirakan berkisar 160-180 ekor.

Meski jumlahnya bertambah, ancaman terhadap habitat gajah sumatera masih nyata, mulai dari konflik manusia dengan satwa, hingga kerusakan hutan. Menurut Kepala Balai TNWK MDH Zaidi, 11 kasus kematian gajah Sumatera terjadi di wilayahnya dalam kurun waktu 2020 hingga Agustus 2025.

Dari 11 kasus kematian tersebut, tujuh ekornya merupakan gajah jinak yang selama ini dirawat di lembaga konservasi. Adapun mayoritas kematian dipicu usia lanjut dan penyakit kronis. Sementara, empat ekor gajah liar ditemukan mati dengan penyebab berbeda-beda. Ada akibat luka jerat, dugaan keracunan, hingga faktor alamiah.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |