Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, tren liburan di Bali dikabarkan telah bergeser dari hotel dan resor menjadi pilihan akomodasi yang lebih personal seperti vila yang menawarkan privasi lebih dan fleksibilitas yang lebih tinggi. Tren yang menonjol bagi wisatawan kalangan Gen Z dan milenial itu tidak hanya didominasi oleh wisatawan domestik, tetapi juga para turis asing.
Situasi itu menimbulkan kekhawatiran kalangan perhotelan di Bali karena tingkat hunian kamar berkurang drastis. Ditambah lagi, sejumlah acara pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang kerap diadakan di hotel juga jauh berkurang karena penghematan anggaran kementerian.
Menanggapi tren wisatawan yang kini lebih gemar memilih vila atau homestay sebagai akomodasi selama liburan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) ikut angkat bicara. Menurut Deputi Bidang Pemasaran Kemenpar Ni Made Ayu Marthini, perilaku tersebut merupakan salah satu hal yang wajar karena setiap wisatawan memiliki preferensi dan jumlah dana yang berbeda-beda.
Apapun pilihan mereka, wisatawan perlu lebih cermat memilih penginapan untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan dari oknum tidak bertanggung jawab. Selain menghindari penipuan, Made menyebut wisatawan perlu memastikan pelayanan yang tersedia sesuai dengan apa yang dijanjikan kedua belah pihak. Pastikan harga yang dicantumkan transparan dan sesuai dengan dana yang dimiliki.
"Jangan lupa, pastikan vila itu atau yang lainnya terdaftar sebagai unit usaha yang legal dan sebagainya. Asal seperti itu tidak apa-apa karena pada akhirnya mereka bayar pajak, itu kan masuknya ke pemerintah juga yang digunakan untuk pembangunan nantinya," kata Made dalam konferensi pers Tiket |Hari Raya (THR) Termeriah dari tiket.com di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Senin, 17 Maret 2025.
140 Juta Orang Bakal Mudik di 2025
Hal lain yang disorot adalah adanya tren yang menunjukkan wisatawan saat ini lebih gemar pergi ke suatu tempat secara bersama-sama karena tidak ingin ketinggalan suatu tren baru (FOMO). Biasanya, perjalanan ditujukan ke tempat yang sedang terkenal saat itu.
"Semuanya punya segmen, jadi, kita mendorong gitu ya dari sini dan yang penting adalah semuanya memberikan sumbangsih atau dampak positif terhadap ekonomi, budaya, dan dia menjaga juga alam dan sebagainya," terangnya.
Kementerian Pariwisata memperkirakan pergerakan wisatawan nusantara pada musim libur Lebaran tahun ini, yang berlangsung mulai 28 Maret hingga 7 April 2025 mencapai lebih dari 140 juta jiwa atau lebih dari 52 persen penduduk Indonesia akan melakukan perjalanan di periode libur Lebaran 2025. Menurut Kementerian Perhubungan, puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada 28 Maret 2025 dan diprediksi 12,1 juta orang mudik pada tanggal tersebut.
Bagi sektor pariwisata, hal tersebut sangat membantu untuk memutar ekonomi dan meningkatkan pendapatan suatu daerah. "Pergerakannya memang di sekitar itu ya, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, itu yang paling banyak. Jadi setelah Hari Raya, mereka bergerak di destinasi-destinasi yang populer dan Jakarta biasanya adalah penyumbang pergerakan itu," kata Made.
Meski demikian, banyak pula masyarakat yang datang ke Jakarta untuk menikmati destinasi wisata yang menurutnya menarik dikunjungi. Misalnya, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan Ancol.
Kota Paling Banyak Dicari Saat Liburan
Made menilai kedatangan wisatawan dari luar daerah juga didorong oleh adanya akses ke Jakarta yang cenderung lebih mudah. Masyarakat dapat dengan mudah datang melalui jalan tol ataupun pesawat. Sementara, Online Travel Agent (OTA), Tiket.com, menghadirkan program THR Termeriah pada 17--31 Maret 2025 guna merayakan libur Lebaran bersama masyarakat.
Menurut Co-Founder & Chief Marketing Officer Tiket.com Gaery Undarsa, program itu diadakan karena antusiasme masyarakat yang sangat tinggi dalam bepergian di momen libur panjang Lebaran. Program tersebut, kata Gaery, menawarkan diskon hingga 50 persen ditambah ekstra cashback hingga Rp600 ribu untuk semua kebutuhan perjalanan, baik domestik maupun internasional sepanjang bulan ini.
Pada mesin pencarian terkait akomodasi, kota yang paling banyak dicari yakni Bali, Bandung, dan Yogyakarta. Kawasan Jabodetabek, Bali, dan Malang dikatakannya menjadi destinasi yang paling diminati untuk mengisi waktu liburan bersama keluarga.
Menanggapi kebijakan efisiensi yang diterapkan pemerintah, data dari Tiket.com mencatat pertumbuhan pemesanan menjelang periode libur Lebaran tahun ini, dengan kenaikan tiket transportasi sebesar 27 persen, akomodasi sebesar 41 persen, dan aktivitas wisata sebesar 69 persen dibandingkan dengan periode Lebaran tahun lalu. Bagi transportasi udara, destinasi seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya masih menjadi pilihan utama.
Solusi Transportasi Mudik
Gaery melanjutkan program tersebut memiliki diskon hingga 50 persen ditambah ekstra cashback hingga Rp600 ribu untuk semua kebutuhan perjalanan, baik domestik maupun internasional sepanjang bulan ini. Ada pula permainan interaktif selama Ramadan, “Belah Ketupat” di aplikasi tiket.com dengan berbagai hadiah menarik, termasuk kesempatan memenangkan grand prize di akhir periode yang bisa digunakan untuk perjalanan mudik Lebaran.
Pihaknya juga menawarkan solusi transportasi mudik yang lengkap, mulai dari pesawat, kereta api, ferry, bus dan shuttle, rental mobil, hingga antar jemput bandara.
"Sebagai salah satu kebutuhan perjalanan yang paling banyak dicari menjelang momen libur panjang, tiket.com berkomitmen mengakomodasi permintaan terhadap transportasi dengan menjadi mitra pembelian tiket Whoosh, sehingga masyarakat semakin mudah merencanakan perjalanan," ujarnya.
Di sisi lain, Tiket.com ikut berperan aktif dalam mendukung inisiatif pemerintah, termasuk “Mudik Tenang Menyenangkan”. Lewat THR Termeriah, tiket.com mendorong masyarakat merealisasikan perjalanan impian di momen libur panjang Lebaran, baik dengan mengeksplorasi keindahan destinasi lokal di sekitar kampung halaman atau menjelajahi beragam tempat wisata di ibu kota.