Asesor UNESCO Kunjungi Geopark Danau Toba, Bakal Jadi Penentu Kembali Berstatus Green Card

1 day ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2023, kawasan Taman Bumi atau Geopark Kaldera Toba di Sumatera Utara mendapat kartu kuning dari UNESCO. Kartu kuning merupakan peringatan dari badan PBB kepada Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BP TCUGGp) karena tidak memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan.

UNESCO lalu meminta badan pengelola untuk memperbaiki segala kekurangan sebelum direvalidasi dua tahun kemudian. Pada Juli 2025, sejumlah asesor UNESCO langsung mendatangi Toba untuk merevalidasi status kawasan tersebut.

Sedikitnya empat geosite dikunjungi tim asesor UNESCO, yakni Sipinsur yang merupakan kawasan wisata alam di tepian Danau Toba dan Hutaginjang adalah satu desa dataran tinggi terbentuk dari debu vulkanik. Kemudian Taman Eden, yakni taman seluas 40 hektare yang ditanami 100 jenis tanaman dilengkapi air terjun dan Hutan Sibaganding merupakan taman wisata primata.

"Hari ini juga ada kunjungan dari perwakilan UNESCO. Saya rasa penilaiannya cukup bagus karena rekan-rekan di BP TCUGGp bilang mereka cukup optimistis dan tentunya kita semua berharap hasilnya positif, dan kita dapat kembali green card (kartu hijau)," jelas Wahyu Dito Galih Indharto, Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba (BPODT) di Kaldera Toba, Selasa, 22 Juli 2025.

Kartu Kuning Bukan Ancaman

Dito menambahkan, kartu kuning yang dilayangkan UNESCO pada 2023 terjadi karena dampak dari pandemi Covid-19 yang membuat pemeliharaan Kaldera Toba kurang maksimal. Minimnya jumlah wisatawan yang berkunjung karena terjadi pembatasan di masa pandemi membuat kawasan wisata tersebut kurang terurus.

"Kartu kuning dari UNESCO ini bukan sebuah ancaman tapi anggap saja sebagai teguran agar kita bisa memperbaiki berbagai kekurangan. Kita terus berusaha memperbaiki apa saja yang kurang dalam beberapa tahun belakangan sampai sekarang ini," terang Dito.

"Dengan kunjungan UNESCO ini kita menunjukkan pada mereka bawah kita sudah menjalankan apa saja yang mereka rekomendasikan untuk diperbaiki," lanjutnya.

Dua asesor yang ditunjuk UNESCO Global Geopark (UGGp), Prof Jeon Yongmun (Korea Selatan) dan Prof Jose Brilha (Portugal), tiba di Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada Senin, 21 Juli 2025, untuk memulai misi revalidasi untuk Toba Caldera UNESCO Global Geopark. Mereka berada di sana sampai 25 Juli 2025.

Dukungan Kemenpar untuk Kembalikan Status Green Card Danau Toba

Keduanya akan melewati rute revalidasi yang telah disetujui UNESCO sebelumnya untuk melihat secara faktual pemenuhan self assessment Dokumen A dan Dokumen B yang diserahkan BP TCUGGp pada akhir Februari 2025. Kedua dokumen itu wajib diisi oleh setiap anggota UGGp untuk menjalani validasi ulang atas pengelolaan geopark.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga berusaha agar Geopark Kaldera Toba kembali meraih green card. Salah satunya lewat pelaksanaan event The 1st International Conference: Geotourism Destination Toba Caldera UNESCO Global Geopark 2025.

Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengklaim keberadaan Geopark Kaldera Toba di Sumatra Utara menjadi bukti nyata bahwa pengembangan pariwisata Indonesia senantiasa menjaga keharmonisan dengan alam, budaya, dan ilmu pengetahuan.

"Geopark Kaldera Toba merupakan wujud nyata visi pariwisata Indonesia. Sebuah destinasi yang menghadirkan keharmonisan antara alam, budaya, dan ilmu pengetahuan," kata Menteri Pariwisata Widiyanti saat membuka "The 1st International Conference: Geotourism Destination Toba Caldera UNESCO Global Geopark 2025" di Simalungun, Sumatra Utara, Selasa, 8 Juli 2025, dilansir dari laman resmi Kemenpar.

Lanskap Alam Paling Ikonis

Menpar mengatakan, dunia mengenal Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keindahan alam bahari yang beragam. Tak hanya keindahan laut, keindahan alam Indonesia juga tersimpan dalam lanskap darat di dalamnya.

"Status geopark bukan hanya sebagai bentuk perlindungan, tetapi juga sebagai peluang untuk membuka ruang pembelajaran dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan," terangnya.

Menurut Menpar, kawasan Danau Toba merupakan salah satu lanskap alam paling ikonis di Indonesia yang lahir dari letusan vulkano-tektonik besar sekitar 7.400 tahun yang lalu dan menciptakan kaldera raksasa dengan luas lebih dari 7.000 kilometer persegi.

Tak hanya itu, kawasan Danau Toba juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati endemik serta tradisi dan budaya Batak yang kaya dan terus hidup di sekitarnya.

"Inilah contoh sempurna tentang bagaimana visi geopark hidup yakni menghubungkan ilmu pengetahuan, warisan budaya, dan kemanusiaan. Dengan nilai strategis tersebut, destinasi Danau Toba juga sebelumnya menyandang status Destinasi Super Prioritas (DPP) dan kini masuk dalam prioritas percepatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 dengan target mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Sumatra hingga 7,2 persen pada tahun 2029," kata Menpar Widi. (Henry)

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |