Turis China Takut Liburan ke Thailand Saat Imlek 2025, Indonesia Bakal Kejatuhan Durian Runtuh?

23 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Imlek, yang merupakan hari libur tahunan terbesar di China, dapat dilihat sebagai barometer perekonomian negara tersebut. Saat lebih dari satu miliar orang bepergian, berbelanja, makan, dan memberi hadiah pada keluarga dan teman, preferensi dan kebiasaan mereka menggambarkan konsumsi negara tersebut selama beberapa minggu perayaan.

Setelah insiden turis China hilang di Thailand, wisatawan Tiongkok disebut "khawatir akan keselamatan mereka" saat mengunjungi Negeri Gajah Putih. Ini kemudian berdampak pada minat mengunjungi negara tersebut saat libur Imlek 2025. Secara tidak langsung, ini membuka kesempatan bagi destinasi lain. Apakah Indonesia termasuk dalam prediksi?

Melansir SCMP, Rabu (29/1/2025), sementara Indonesia diperkirakan belum masuk radar, Jepang dan Malaysia diperkirakan jadi alternatif tujuan pelancong China yang enggan ke Thailand. Jumlah pemesanan turis China untuk Thailand menurun sebesar 15,6 persen untuk periode 13 hingga 20 Januari 2025 dibandingkan minggu sebelumnya, menurut perusahaan pemasaran dan teknologi perjalanan China, Trading Desk.

Di sisi lain, Jepang dan Malaysia memperlihatkan peningkatan pemesanan dengan sangat cepat tahun ini, memimpin pilihan populer lain, menurut data perusahaan tersebut. Pemesanan untuk Jepang hingga 20 Januari 2025 telah tumbuh sebesar 86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan Malaysia mengalahkan angka tahun lalu sebesar 79,2 persen.

Penculikan aktor Wang Xing oleh jaringan perdagangan manusia Thailand membuat wisatawan China waspada. Tendensi ini cukup untuk mendorong Perdana Menteri (PM) Thailand berjanji memastikan keselamatan wisatawan Tiongkok.

Rayuan Thailand sampai Korea Selatan

Thailand telah merayu mereka yang khawatir akan keamanan perjalanan dengan meluncurkan aplikasi Polisi Pariwisata. Itu didukung fitur bahasa Mandarin, berbagi lokasi secara langsung, dan pelaporan darurat, kata juru bicara firma analisis perjalanan, ForwardKeys.

Data Trading Desk juga menunjukkan bahwa pemesanan untuk Korea Selatan naik sebesar 9,7 persen pada minggu pertama penuh bulan ini dibandingkan tujuh hari sebelumnya. Tapi, permintaan itu melambat jadi hanya 3,9 persen pada minggu berikutnya.

Di Negeri Ginseng, kekacauan politik selama berminggu-minggu akibat pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk-yeol dan kecelakaan fatal pesawat Jeju Air pada 29 Desember 2024 telah mengurangi minat terhadap destinasi yang biasanya populer tersebut, kata analis perjalanan.

"Permintaan perjalanan mulai menurun setelah deklarasi darurat militer oleh Yoon pada 3 Desember (2024)," kata juru bicara ForwardKeys. "Situasi memburuk setelah kecelakaan Jeju Air yang tragis. Hal ini berdampak besar pada sentimen wisatawan."

Dibandingkan jangka waktu yang sama tahun 2024, data ForwardKeys menunjukkan pemesanan tiket pesawat dari China untuk semua perjalanan luar negeri telah meningkat 48 persen selama sebulan yang mencakup libur Imlek. Periode liburan tahun ini berlangsung pada 28 Januari hingga 4 Februari 2025.

Pergerakan Pelancong Tiongkok

"Pemulihan" kursi maskapai penerbangan yang tersedia dan penerbangan langsung yang didukung pelemahan yen telah mengarahkan wisatawan China ke Jepang, kata Yoko Hayano, kepala konsultan di JTB Tourism Research & Consulting di Tokyo. Perusahaannya telah melacak "tren peningkatan" pemesanan dari Tiongkok.

Sebagian besar pelancong berusia 30-an atau lebih muda, katanya, sering kali datang sebagai pasangan atau keluarga. Mereka khususnya menikmati pameran seni modern dan mengunjungi "restoran kasual" yang populer di kalangan warga lokal.

Malaysia menempati peringkat sebagai "pemain yang menonjol" dalam perbandingan perjalanan ke luar negeri ForwardKeys antara tahun 2024 dan 2025 untuk periode dari 13 Januari hingga 16 Februari. Perjalanan ke negara Asia Tenggara tersebut naik 41 persen, peningkatan yang dikaitkan perusahaan analitik tersebut dengan kebijakan masuk bebas visa untuk turis China.

Malaysia menarik minat karena makanannya, harga yang cukup terjangkau, dan populasi etnis Tionghoa yang besar, kata CEO China Trading Desk Subramania Bhatt. "Malaysia memiliki diaspora Tionghoa yang signifikan, sehingga secara budaya tidak asing bagi wisatawan Tiongkok," katanya. "Bahasa Mandarin dan berbagai dialek Tiongkok digunakan secara luas, sehingga mudah dijelajahi."

Populernya Malaysia

Lokasinya juga menguntungkan, kata analis, karena pelancong Tiongkok yang keluar negeri biasanya lebih suka mengunjungi negara-negara Asia di dekatnya, terutama tempat-tempat dengan aturan visa yang longgar. Tanpa Indonesia di dalam daftar, Malaysia sebelumnya dinobatkan sebagai destinasi paling aman di Asia, menurut survei yang dilakukan platform retret kesehatan dan meditasi, bookretreats.com.

Akhir tahun lalu, mereka merilis Laporan Relaksasi Liburan yang menyoroti destinasi-destinasi terbaik di dunia bagi para pelancong yang mencari kedamaian dan ketenangan. Menurut situs tersebut, dilansir dari Says, Selasa, 24 Desember 2024, Negeri Jiran  berada di peringkat ke-8 di antara 10 destinasi liburan teraman di dunia berdasarkan Indeks Perdamaian Global (GPI). Posisi ini membuat Malaysia jadi satu-watunya wakil Asia di daftar 10 teratas.

Tidak berhenti di situ saja, karena negara tetangga Singapura ini juga mendapat peringkat tinggi dalam berbagai aspek kedamaian, sebagaimana ditetapkan GPI. Menurut Institut Ekonomi & Perdamaian, GPI mempertimbangkan 23 indikator kualitatif dan kuantitatif di tiga domain penting.

Ini termasuk keselamatan dan keamanan masyarakat, konflik domestik dan internasional yang sedang berlangsung, serta militerisasi. Malaysia memperoleh GPI sebesar 1,427 dan diakui sebagai tujuan utama di Asia untuk kedamaian, ketenangan, dan keamanan.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |