Liputan6.com, Jakarta - Fenomena menarik tengah melanda generasi muda dengan banyak dari mereka, khususnya Gen Z, menunjukkan keengganan untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi berkencan. Pergeseran ini bukan tanpa alasan, melainkan didorong berbagai tekanan ekonomi dan perubahan prioritas hidup yang signifikan.
Melansir VICE, Kamis, 4 September 2025, menurut laporan Kebiasaan Uang Lebih Baik 2025 dari Bank of America, 53 persen Gen Z tidak menghabiskan uang sepeser pun per bulan untuk kencan. Bahkan untuk makan makanan pembuka bersama pun tidak.
Studi ini juga menemukan bahwa 28 persen lebih membatasi anggaran bulanan mereka untuk berkencan di bawah 100 dolar AS (sekitar Rp 1,6 juta). Kecemasan finansial, utang biaya kuliah, dan biaya hidup yang absurd memicu para pencari jodoh muda untuk menjauh dari kencan makan malam.
Mereka beralih ke alternatif yang "terjangkau," seperti tidak pergi keluar sama sekali. Romantisme kini berarti makan di rumah, jalan-jalan di dekat tempat tinggal, atau berbagi belanjaan untuk makanan yang dimasak bersama.
Fokus Romansa Gen Z
Fokus Gen Z adalah pada hubungan yang santai dan murah, bukan gestur yang muluk-muluk. Di TikTok, para kreator berbagi kiat menemukan teman kencan tanpa perlu "menggeser layar."
Tipsnya, yakni menghindari aplikasi kencan, cobalah restoran hotel atau tampil ramah di toko buku lokal. Sebagaimana yang diliput MarketWatch dalam laporan tersebut, pergeseran ini mencerminkan meningkatnya rasa jenuh dengan kencan online secara keseluruhan.
Sekitar 75 persen Gen Z mengaku bosan menggunakan aplikasi, menurut sebuah studi yang dikutip Fortune, yang menggambarkan aplikasi-aplikasi tersebut menguras emosi dan sebagian besar bersifat transaksional. Sebaliknya, lebih banyak anak muda yang tertarik pada titik koneksi di dunia nyata, seperti klub makan malam, acara toko buku, dan acara pertemanan.
Biaya kencan memang bertambah, tapi kekecewaan juga bertambah. Gen Z sudah muak membayar keduanya.
Menyaring Calon Pasangan
Pragmatisme tersebut juga berlaku pada cara Gen Z menyaring calon pasangan. Mayoritas mengatakan, tanggung jawab finansial adalah prioritas saat memilih seseorang untuk diajak berkencan, tepatnya 78 persen.
Angka itu bahkan meningkat lebih tinggi di kalangan perempuan, dengan 81 persen di antaranya mengatakan, mereka menginginkan pasangan yang tahu cara mengelola uang.
Laporan Bank of America juga mengungkap bahwa Gen Z tidak merasa tertekan oleh teman sebaya untuk berbelanja berlebihan dan semakin nyaman menolak acara yang di luar bujet mereka. Pola pikir yang sama juga merasuk ke dalam kehidupan kencan mereka.
Aplikasi kencan mulai memperhatikan hal ini. Mereka bereksperimen dengan fitur-fitur yang menonjolkan pengalaman bersama dan pertemuan di dunia nyata, alih-alih hanya kecocokan algoritmik dan emoji rayuan.
Dukung Survei Tahun Lalu
Laporan baru ini mendukung survei AppsFlyer tahun lalu. Jajak pendapat itu menyebut, 65 persen pengguna menghapus aplikasi kencan online hanya dalam waktu satu bulan. Mengutip Newsweek, 21 Februari 2024, 90 persen responden, yang dipimpin Gen Z, bahkan menghapus aplikasi tersebut dalam waktu seminggu.
Gen Z tumbuh dalam budaya kencan online, tapi banyak yang merasa aplikasi tersebut hanya membuang-buang waktu dan tidak penting saat ini. Kelompok itu juga mengaku malas memulai obrolan karena jangkauan audiensnya terlalu luas.
Selain itu, Gen Z mengeluhkan soal profil palsu di aplikasi tersebut. Lainnya memutuskan menghapus aplikasi karena frustasi akibat janji temu mereka sering kali diabaikan.
Orang-orang di aplikasi yang sama disebut "saling berlomba menemukan pasangan." Lebih buruk lagi, ketika memulai obrolan, pengguna harus menyiapkan diri menjalani sebuah hubungan yang bisa saja dibuat-buat.