Setelah Taylor Swift, Singapura Dirumorkan Teken Kontrak Konser Eksklusif Lady Gaga di Asia Tenggara

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah publikasi asing mengabarkan bahwa Lady Gaga dirumorkan akan menggelar "konser eksklusif" di Singapura, menjadikan Negeri Singa satu-satunya perhentian di Asia Tenggara. Skenario ini mengingatkan publik pada konser Taylor Swift, tahun lalu.

Melansir World of Buzz, Selasa (4/3/32025), berdasarkan laporan Lianhe Zaobao, orang dalam industri diduga mengungkap bahwa Gaga, yang baru-baru ini memenangkan Grammy Award ke-14 untuk kolaborasinya dengan Bruno Mars "Die With a Smile," mungkin akan menggelar empat hingga enam pertunjukan di Stadion Nasional Singapura pada Mei 2025.

Jika benar, mengingat belum ada konfirmasi resmi dari otoritas Singapura, ini akan jadi kali keempat Gaga tampil di negara pulau tersebut. Ia menggelar konser pertamanya di Singapura di Fort Canning Park pada 2009, diikuti pertunjukan di Marina Bay Sands pada 2011.

Pada 2012, penyanyi berusia 38 tahun itu menggelar tiga pertunjukan untuk Born This Way Ball di Singapore Indoor Stadium sebagai bagian dari tur Asia-nya. Selama tur tersebut, ia juga tampil di Korea Selatan, Hong Kong, Jepang, Taiwan, Filipina, Thailand, dan Indonesia.

Kegembiraan seputar konser Lady Gaga di Singapura terasa nyata, lapor Dimsum Daily HK. Sementara timnya belum mengumumkan tur dunia, Live Nation sebelumnya telah mengisyaratkan rencana untuk itu. Selain itu, Lady Gaga telah menjadwalkan konser gratis berskala besar di Brasil pada 3 Mei 2025, yang menyebabkan beberapa orang berspekulasi bahwa pertunjukan di Singapura mungkin bukan bagian dari tur yang lebih luas.

Promosi 1

Investasi Singapura untuk Hak Eksklusif

Anggota Dewan Legislatif Daerah Adrian Ho mencatat bahwa pemerintah Singapura telah berinvestasi besar dalam mengamankan hak eksklusif, sebuah strategi yang saat ini tidak dimiliki negara-negara lain, termasuk Indonesia. Tahun lalu, usai Perdana Menteri (PM) Thailand saat itu, Srettha Thavisin, menuduh Singapura memonopoli konser Taylor Swift, narasi serupa juga disampaikan anggota parlemen Filipina, Joey Salceda.

Ia mengecam Negeri Singa atas dugaan kesepakatan eksklusivitas yang mencegah bintang pop itu membawa "Eras Tour" ke negara-negara lain di Asia Tenggara. Saat pelantun lagu Bad Blood itu bersiap jadi bintang utama dalam enam pertunjukan yang tiketnya terjual habis di Singapura mulai Sabtu, 2 Maret 2024, Salceda meminta Departemen Luar Negeri Filipina memprotes secara resmi perjanjian yang dilaporkan kubunya dengan Singapura.

"Ini bukanlah tindakan yang dilakukan tetangga yang baik," katanya dalam sebuah pernyataan, menurut The Straits Times, dikutip dari NY Post, Senin, 4 Maret 2024.

Laporan mengenai kesepakatan eksklusivitas muncul setelah Thavisin mengaku, promotor konser Anschutz Entertainment Group mengatakan padanya bahwa pemerintah Singapura menawarkan hingga 3 juta dolar AS (sekitar Rp4,7 miliar) pada Taylor Swift untuk setiap konser di sana selama ia tidak melakukan tur ke negara-negara Asia Tenggara lain.

Singapura Mengorbankan Negara-Negara Tetangga

"Hibah sekitar 3 juta dolar AS diduga diberikan pemerintah Singapura pada AEG untuk menyelenggarakan konser di Singapura. Masalahnya, mereka tidak menyelenggarakannya di tempat lain di wilayah tersebut," kata Salceda, menurut GMA Network.

Anggota Parlemen Filipina itu mencatat bahwa meski konser tersebut meningkatkan perekonomian Singapura, kesepakatan tersebut dilakukan dengan "mengorbankan negara-negara tetangga, yang tidak dapat menarik penonton konser asing dan penggemarnya harus pergi ke Singapura."

Salceda mengatakan, Filipina tidak seharusnya "membiarkan hal-hal seperti ini berlalu begitu saja." Ia menyebut, negaranya harus "secara resmi menyatakan" penolakan terhadap kesepakatan Singapura, yang menurutnya bertentangan dengan nilai-nilai negara ASEAN.

"Negara kita adalah teman baik. Makanya tindakan seperti itu menyakitkan," kata Salceda. Anggota parlemen tersebut mengakui bahwa Filipina seharusnya lebih agresif dalam melakukan usaha terkait konser untuk mendorong aktivitas ekonominya.

PM Singapura saat itu, Lee Hsien Loong, sempat buka suara soal ramai protes terhadap negaranya terkait "kontrak eksklusif" konser Swift. Saat konferensi pers di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia di Melbourne, Lee mengakui memberikan dana subsidi pada Swift dan timnya demi menjadikan Singapura sebagai perhentian satu-satu turnya di Asia Tenggara.

Kata Mantan PM Singapura

"Agensi (kami) menegosiasikan perjanjian dengan dia (Swift) datang ke Singapura untuk tampil dan menjadikan Singapura satu-satunya tempat singgah turnya di Asia Tenggara," kata Lee dilansir dari CNN, Selasa, 5 Maret 2024.

Lee menambahkan, "insentif tertentu" dari dana pemerintah itu ditujukan untuk mendukung industri pariwisata setelah terdampak COVID-19, dengan tujuan menjadikan Singapura sebagai satu-satunya destinasi wisata di ASEAN. Namun, Lee tidak memberikan perincian mengenai biaya kesepakatan tersebut.

Meski kesepakatan ini menuai kontroversi, ia menegaskan tidak ada niat untuk merugikan negara-negara tetangga di ASEAN. Menurutnya, kesepakatan semacam itu adalah hal biasa dalam industri hiburan. "Ternyata skema ini sangat sukses. Saya tidak melihatnya sebagai tindakan yang tidak bersahabat," sambungnya.

Dewan Pariwisata Singapura (STB), serta Kementerian Komunitas, Kebudayaan dan Pemuda negara itu (MCCY) mengaku memang memberi hibah untuk membantu membawa tur dunia Swift ke Singapura, lapor CNA, dikutip 21 Februari 2024.

Namun, mereka semula tidak mengonfirmasi apakah kesepakatan eksklusif telah dicapai untuk mencegah pelantun lagu My Tears Ricochet itu menggelar konser "Eras Tour" di tempat lain di Asia Tenggara, menurut pernyataan pada Selasa, 20 Februari 2024.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |