Liputan6.com, Jakarta - Revalina S. Temat kembali aktif di dunia film. Setelah film layar lebarnya berjudul 1 Imam 2 Makmum dirilis awal tahun ini, kini giliran film pendek berjudul Mengusahakan Pertolongan Ilahi diputarkan di Youtube. Ia memerankan sosok pendiri Wardah, Nurhayati Subakat, di masa dewasa muda.
Di film berdurasi sekitar 45 menit itu, Reva dikisahkan merintis usaha kosmetik yang menjadi cikal bakal Wardah. Nurhayati diceritakan mulai berjualan produk perawatan rambut dengan label Putri dari salon ke salon. Saat itu, ia telah memiliki tiga anak, yakni Harman, Salman, dan Sari, yang juga ikut dibawanya saat menjajakan sampo dan kondisioner.
Memerankan sosok yang dihormati, Reva menyadari bahwa Nurhayati adalah orang yang hangat tapi tegas. "Beliau enggak pernah marah ke anak-anaknya dari mereka kecil, katanya. Makanya aku juga agak kaget karena aku menerapkan itu tuh enggak berhasil," ujarnya saat ditemui seusai pemutaran film di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2025.
Reva berkaca pada diri sendirinya. Ia mengaku kesulitan mengontrol anak-anaknya bila nada suaranya tidak tinggi. "Kalau aku enggak marah, rasanya anak-anak tuh enggak ngerasa itu sesuatu yang harus dikerjakan... Jadi, kaya aku menaikkan nada, agak keras gitu," sambungnya.
Namun, ia merasa perlu instrospeksi diri soal caranya mendidik anak-anaknya selama ini. Pasalnya, Nurhayati dengan gentle parenting-nya ternyata bisa mendidik ketiga anaknya dengan baik. "Jadi, aku berkaca lagi gitu sama gaya parenting aku. Ini kayaknya ada yang salah nih," kata Reva.
Ia berniat untuk belajar dari cara Nurhayati yang dinilainya berhasil mendidik anak. "Memang harus pelan-pelan karena kan anak-anak juga udah mulai gede, kan. Udah 9 dan 6 tahun. Jadi, ya harus lebih ekstra sih," katanya.
Layak Jadi Idola
Menurut Reva, setelah memerankan Nurhayati, ia merasa perempuan dari Padang Panjang itu layak dijadikan idola oleh banyak orang, terutama di Indonesia. Menurutnya, Nurhayati tidak sekadar baik, tetapi juga memiliki nilai kehidupan yang layak untuk disebarluaskan.
"Kalau rata-rata sih kita pasti ya udah, kalau baik mah baik aja gitu. Tapi ini (Nurhayati) baik, terus peduli sama orang banyak. Enggak cuma mikirin diri sendiri dan keluarga, tetapi orang-orang yang perlu dibantu. Ini tuh yang kayak wow," puji Reva.
Ia menyebut ia dan sekelilingnya perlu untuk belajar dari sosok pendiri Paragon. Utamanya tentang bagaimana ia membangun usahanya dan membuat orang-orang yang bekerja di dalamnya merasa memiliki usaha tersebut. Ia mengagumi sosok Nurhayati begitu dicintai oleh karyawannya.
"Hubungan ibu dengan Paragonian itu begitu dekat, begitu lembut, dan mereka tuh semua sayang sama ibu," ujarnya.
"Dan memang, memperlakukan Paragon itu seperti punya sendiri. Nah, itu kan yang susah ya. Kadang-kadang kita kerja sama orang, tapi orang itu enggak ada sense of belonging-nya," sambungnya lagi. Ia pun berharap lewat film tersebut, banyak orang terinspirasi dan bisa mengambil nilai-nilai yang ditanamkan Nurhayati dan suaminya, baik dalam membina keharmonisan rumah tangga maupun mengelola bisnis.
Merayakan Ulang Tahun Paragon ke-40
Sari Chairunisa, produser film sekaligus Wakil Presiden bidang Riset dan Teknologi Paragon Corp, mengemukakan alasannya membuat film pendek tersebut adalah sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-40 perusahaan yang didirikan ibunya. Dengan karyawan yang semakin banyak dan tersebar di Indonesia dan Malaysia, pihaknya merasa perlu memahamkan nilai-nilai yang dijadikan landasan oleh ibu dan perusahaannya selama ini kepada seluruh karyawan.
"Awalnya kita buat novel bareng Mas Anwar Fuadi. Terus kita terpikir, agar lebih mudah dipahami oleh orang banyak juga, media film tuh kita rasa lebih universal gitu kan. Bergerak, ada lagunya. Jadi, kita connect ke Mbak Gina (Gina S. Noer, sutradara), connect ke Mbak Reva. Jadi, ada film ini, Mengusahakan Pertolongan Illahi," ia menerangkan.
Proses pembuatan film itu dari praproduksi sampai pasca-produksi memakan waktu sekitar tiga bulan. Proses syuting dilakukan di Jakarta dan Sumatera Barat, tempat kelahiran Nurhayati Subakat.
Film mengambil alur maju mundur yang menceritakan sosok Nurhayati dari tiga era, masa remaja, masa dewasa muda, dan masa tuanya. Jika Reva memerankan Nurhayati di masa dewasa muda, sosok Widiawati menampilkan Nurhayati di masa tua, dan masa remaja diperankan oleh Nafiza Fatia Rani.
Profil Singkat Nurhayati Subakat
Nurhayati Subakat yang lahir pada 27 Juli 1950 itu menghabiskan masa kecil di Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia merupakan pelopor kosmetik halal di Indonesia melalui merek Wardah yang kini menjadi salah satu brand kecantikan lokal paling terkemuka.
Ia memulai kariernya sebagai apoteker hingga memutuskan menjadi pengusaha. Melalui kerja keras dan inovasi, ia berhasil mengembangkan usahanya dari skala rumahan hingga menjadi perusahaan besar dengan lebih dari 14.000 karyawan. Filosofi bisnisnya yang berfokus pada kebermanfaatan dan kualitas telah membawa Paragon Corp menjadi pemimpin pasar kosmetik di Indonesia.
Nurhayati menempuh pendidikan menengahnya di Pondok Pesantren Diniyyah Puteri, Padang Panjang, sebelum melanjutkan sekolah di Kota Padang. Kecerdasannya membawa ia diterima di jurusan Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB). Di kampus inilah, ia bertemu dengan Subakat Hadi, pria asal Kebumen yang kemudian menjadi suaminya pada 1978.
Setelah menyelesaikan pendidikan farmasi, Nurhayati bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang. Kehidupannya berubah saat ia pindah ke Jakarta mengikuti sang suami. Setelah sempat bekerja di perusahaan kosmetik Wella sebagai staf pengendalian mutu, Nurhayati memutuskan berhenti bekerja untuk fokus mengurus keluarga. Namun, keinginannya untuk berwirausaha mulai tumbuh karena ingin mengaplikasikan ilmu farmasinya.