Liputan6.com, Jakarta - Lebaran tak lengkap tanpa ketupat, tapi memasak sajian yang satu ini memakan waktu berjam-jam lamanya. Tapi masih ada cara untuk bisa membuat ketupat lebih cepat, yaitu dengan presto.
Ketupat presto meski matangnya lebih cepat, namun tetap bisa menghasilkan nasi lontong yang padat. Penasaran ingin membuatnya di rumah? Simak resep ketupat presto yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari laman Cookpad pada Jumat, 28 Maret 2025.
Bahan-bahan:
20 anyaman ketupat ukuran kecil-sedang (sesuai selera)
1.750 liter - 2 liter beras (tergantung ukuran ketupat)
6-7 liter air atau secukupnya (tergantung besar panci)
Cara Membuat:
- Rendam ketupat yang masih kosong sekitar 15 menit, biar bersih dan nanti warna ketupatnya tidak warna daun, lalu sisihkan.
- Cuci beras, tiriskan. Bila ingin ketupatnya menul menul seperti saya, nanti diisinya 3/4 dari ketupat daunnya.
- Mulai isi beras kedalam ketupat. Tekan 3/4 dari ketupat, bila sudah, sisihkan. Untuk memudahkan merebusnya, ikat ketupat per 4 bagian atau 5 bagian.
- Cara ini nanti juga akan memudahkan kita saat mengangkat ketupat pas sudah matang.
- Masukkan ketupat yang sudah diisi ke panci presto. Isi air hingga semua ketupat terendam dengan air. Tutup panci presto.
- Nyalakan api, tunggu hingga panci presto berdesis heboh, mulai set waktu 30 menit. Setelah 20 menit, matikan api. Biarkan hingga uap dari dalam presto habis, baru buka sekitar 30-40 menitan, lalu angkat.
- Begitu diangkat, segera cari tempat untuk menggantung ketupat. Bila tidak ada bisa ditiriskan di tempat yang berongga agar ketupat cepat kering dan tidak basah berlendir.
Makna Ketupat Lebaran
Mengutip dari kanal Islami Liputan6.com, 25 Maret 2025, ketupat dan Idulfitri merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam budaya masyarakat Indonesia. Ketupat bukan hanya makanan khas Lebaran, tapi juga memiliki filosofi mendalam, khususnya dalam tradisi Jawa.
Simbolisasi ketupat ini sudah diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari perayaan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Di filosofi Jawa, ketupat dikenal dengan sebutan "kupat," yang merupakan kependekan dari "ngaku lepat" atau mengakui kesalahan serta "laku papat" yang berarti empat tindakan.
Filosofi ini mengajarkan pentingnya introspeksi diri dan memohon maaf kepada sesama di hari yang suci. Tradisi sungkeman menjadi implementasi dari "ngaku lepat" dalam masyarakat Jawa.
Sungkeman dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua atau orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan dan permohonan maaf. Prosesi ini melambangkan sikap rendah hati dan rasa syukur atas bimbingan serta kasih sayang yang telah diberikan oleh orang tua.
Makna Simbolis Ketupat
Adapun "laku papat" mencakup empat aspek dalam perayaan Idul Fitri, yakni Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan. Keempat aspek ini memiliki makna simbolis yang memperkaya makna perayaan Lebaran di kalangan masyarakat Jawa.
Lebaran artinya berakhir, merujuk pada selesainya ibadah puasa yang dijalankan selama sebulan penuh. Makna lain dari Lebaran adalah terbukanya pintu maaf selebar-lebarnya di hari kemenangan ini, di mana setiap individu diharapkan untuk saling memaafkan.
Luberan bermakna melimpah, yang mengacu pada anjuran untuk bersedekah, terutama bagi kaum fakir miskin. Tradisi ini diwujudkan dalam bentuk zakat fitrah yang wajib dibayarkan sebelum pelaksanaan sholat Idul Fitri. Dengan zakat ini, diharapkan tidak ada yang merasa kekurangan saat merayakan hari kemenangan.
Dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (www.piss-ktb.com), Leburan memiliki arti melebur, yang mencerminkan esensi Idul Fitri sebagai momen melebur dosa dan kesalahan melalui saling memaafkan. Konsep ini memperkuat nilai-nilai kebersamaan serta persaudaraan di antara sesama.
Laburan berasal dari kata "labur" atau kapur, bahan yang digunakan untuk membersihkan atau memutihkan sesuatu. Dalam konteks Lebaran, laburan melambangkan kesucian lahir dan batin yang harus senantiasa dijaga setiap individu usai sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.