Raja Charles III dan Ratu Camilla Mengemas Kurma Jelang Ramadan, Disindir Tuntutan Bebaskan Palestina

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Aksi Raja Charles III dan Ratu Camilla membantu mengemas kurma untuk donasi menjelang Ramadan di salah satu restoran Suriah paling populer di London, Inggris, Rabu, 26 Februari 2025, berbuah kritik publik. Pasangan bangsawan ini dianggap semata pencitraan, alih-alih mendukung komunitas Muslim secara nyata.

Di video yang dibagikan kanal YouTube Middle East Eye, Kamis, 27 Februari 2025, ayah Pangeran William dan Pangeran Harry itu dipuji karena mengemas kurma dengan sangat cepat. Namun di kolom komentar, warganet menolak "tertipu," dengan salah satunya berkomentar, "Tidak tahu harus berkata apa. Keluarga kerajaan diam saat genosida Palestina."

"Bagaimana dia bisa disebut sebagai Raja rakyatnya ketika sebagian besar rakyatnya memprotes genosida dan dia tetap diam?" kata yang lain, merujuk pada aksi mengutuk genosida di Palestina oleh Israel yang berlangsung dari waktu ke waktu di Inggris Raya.

"Mungkin itu (kurma) dicuri dari Palestina juga," sindir yang lain. "Beberapa kurma itu bisa menyelamatkan nyawa orang-orang Palestina yang sengaja dibiarkan kelaparan hingga mati. Tulang-tulang dipajang, kekurangan gizi, haus, lapar, memohon belas kasihan, berharap pada kemanusiaan."

"Di antara mereka ada anak-anak. Orang sakit. Bayi prematur dan bayi baru lahir. Orangtua yang tenggelam ke laut karena mereka meninggalkan rumah mereka di bawah pemboman, mengambil paket (makanan) kedaluwarsa yang dijatuhkan dari langit, sengaja ke laut, sehingga orang-orang yang putus asa akan berusaha mencarinya. Diamnya keluarga kerajaan selama ini benar-benar memalukan," beber warganet lain.

Seruan Bebaskan Palestina

Pengguna lain menyerukan, "Bebaskan Palestina!" "Berhentilah mengemas kurma sebelum Ramadan dan mulailah mengemas Netanyahu dan masukkan dia ke penjara sebelum Ramadan," tuntut yang lain.

Di agenda yang dikritik, melansir The New Arab, Jumat (28/2/2025), Charles dan Camilla mengunjungi restoran Inggris-India yang terkenal di London, Darjeeling Express, dan disambut pemiliknya, koki Asma Khan. Mereka juga mengunjungi Imad's Syrian Kitchen, sebuah restoran yang didirikan Imad Alarnab, seorang pengusaha yang melarikan diri dari perang dan tiba di London pada 2015, kemudian mendirikan restoran tersebut pada 2020.

Pasangan ini bergabung dengan staf di Darjeeling Express, yang berterima kasih atas bantuan mereka. Kurma dan kotak biryani yang mereka bantu kemas akan disumbangkan ke masyarakat setempat.

Para bangsawan diklaim ingin berpartisipasi dalam lebih banyak acara amal dan mempromosikan inklusivitas, serta menunjukkan dukungan mereka pada berbagai komunitas agama di Inggris Raya. Khan mengatakan bahwa merupakan "kehormatan" bagi Raja dan Ratu mengunjungi restoran tersebut.

Ia menambahkan, "Kehadiran mereka hari ini merupakan pengingat indah tentang pentingnya kasih sayang, amal, dan kebersamaan selama Ramadan." Restorannya, yang terletak di Kingly Court, London tengah, dikelola tim yang semuanya perempuan.

Pernyataan Kerajaan

Setiap tahun selama Ramadan, Khan menyumbangkan seluruh hasil penjualan untuk amal dan menyediakan paket makanan bagi rumah sakit. Di kesempatan itu, para bangsawan juga bertemu penggalang donasi yang menyediakan barang dan layanan bagi komunitas Muslim yang tinggal di perumahan sementara.

Mereka juga bertemu Sadiya Ahmed, yang membantu mendokumentasikan keberadaan dan kontribusi Muslim di Inggris Raya. Setelah kunjungan tersebut, akun media sosial resmi keluarga kerajaan menulis di sebuah unggahan, "Sejumlah atlet profesional hingga artis dan pemimpin di dunia korporat, Raja dan Ratu menghabiskan waktu bersama sekelompok wanita luar biasa saat mereka mempersiapkan diri untuk Ramadan."

"Ramadan adalah waktu yang sangat penting bagi umat Muslim di mana kehidupan sehari-hari tetap berjalan seperti biasa, tapi fokus spiritual semakin meningkat. Memperingati Ramadan dapat berarti berbagai hal; pertemuan ini akan jadi kesempatan untuk merayakan keberagaman dan kreativitas wanita Muslim, serta keindahan Bulan Suci," lanjut pernyataan tersebut.

Kunjungan itu dilakukan pada hari yang sama ketika Piccadilly Circus London dihiasi dekorasi Ramadan untuk tahun ketiga berturut-turut. Lampu Ramadan ini merupakan inisiasi Aziz Foundation dan dinyalakan Sir Sadiq Khan, Wali Kota London.

Ramadan di Gaza

Sementara itu, warga Palestina di Gaza bersiap menyambut Ramadan dengan berat hati, karena risiko kembalinya serangan Israel, serta kekurangan makanan dan kebutuhan pokok. Mereka menyebut, "Ramadhan tidak seperti sebelumnya." Panen kurma, bersama produksi pangan lainnya, telah hancur total.

Beberapa masjid yang hancur sedang diperbaiki oleh penduduk setempat untuk menyambut Ramadan dan melaksanakan salat tarawih. Dekorasi buatan tangan, bulan sabit yang bersinar, dan lampu warna-warni mulai tergantung di antara bangunan terkepung reruntuhan.

Namun bagi banyak orang, persiapan ini jadi pengingat akan ketahanan dan kekuatan spiritual dalam menghadapi kesulitan, lapor Middle East Monitor. Keluarga-keluarga tampaknya bertekad menjunjung tinggi semangat Bulan Suci dan melanjutkan kebiasaan Ramadan.

Tapi, bagi banyak orang yang kini kehilangan tempat tinggal akibat perang, kendala keuangan membuat mereka tidak dapat membeli dekorasi atau mempersiapkan diri seperti biasa untuk Ramadan. Seorang pemilik toko Hosam Al-Ajooz mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, Ramadan adalah waktu paling menguntungkan, namun tahun ini keadaannya jauh lebih lambat.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |