Putra Paula Verhoeven Ketakutan Lihat Ibunya, Warganet Berspekulasi Dampak Marahi Pasangan di Depan Anak

6 days ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Paula Verhoeven mengaku sedih bukan main melihat kontras interaksi dirinya dengan kedua anaknya sekarang. Dari semula "rebutan mama," anak bungsunya, Kenzo, terekam menangis ketakutan saat melihat Paula datang ke rumah Baim Wong.

Sebagai konteks, kedua kedua anak Paula kini ikut dengan Baim Wong saat keduanya memutuskan bercerai. Menurut video di akun Instagram Paula, Kamis, 6 Maret 2025, putranya tampak menangis ketakutan saat didatangi perempuan berusia 37 tahun tersebut.

Kenzo menyebut tidak mau ibunya datang, karena takut dimarahi Baim. "Mama jangan di sini, nanti papa marah. Nanti Mama dimarahin papa," ujar putra bungsu Paula sambil menangis. Ungkapan itu sontak menuai berbagai spekulasi warganet.

Sebagian menduga Baim pernah memarahi Paula di depan anaknya, atau keduanya bertengkar di hadapan buah hati mereka. Pertengakaran orangtua secara terbuka memang berdampak pada anak, lapor Healthline, dikutip Sabtu (8/3/2025).

"Anak-anak berlaku selaras dengan orangtua mereka," kata LeNaya Smith Crawford, seorang terapis keluarga, terapis bermain, dan pemilik Kaleidoscope Family Therapy. "Mereka dapat merasakan hal-hal yang mungkin tidak kita sadari, bahkan saat mereka masih bayi. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa bayi dapat merasakan saat ibu mereka stres."

Faktanya, kemampuan anak merasakan stres ibu mereka dimulai di dalam rahim. Sebuah penelitian tahun 2011 menunjukkan bahwa kortisol ibu, atau hormon stres, mampu masuk ke plasenta dan menciptakan tingkat stres lebih tinggi bagi bayi yang belum lahir. Bayi yang sering terpapar stres di dalam rahim ditemukan lahir dengan kadar kortisol lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu tidak terlalu stres.

Promosi 1

Apa Dampak Jangka Panjangnya?

Hal ini karena, jelas Chad Radniecki, seorang psikolog anak di Allina Health, "Sistem saraf berkembang bahkan sebelum bayi lahir dan dipengaruhi adanya stres." Sebuah studi tahun 2010 menyarankan bahwa pada usia enam bulan, bayi juga akan menunjukkan reaksi stres terhadap ekspresi wajah yang cemberut atau marah.

Bayi yang terpapar konflik dapat mengalami peningkatan detak jantung, yang juga memicu respons hormon stres. "Kata-kata bukanlah pemicu bagi bayi," kata Jennifer Tomko, psikoterapis dan pemilik Clarity Health Solutions. "Tapi nada, volume, dan ekspresi wajah akan lebih berdampak pada respons stres bayi.”

Menurut Tomko, dampak jangka panjang dari kondisi tidak ideal itu bergantung pada seberapa parah pertengkaran, frekuensi pertengkaran, temperamen bayi, serta persepsi bayi tentang rasa aman sebelum, selama, dan setelah pertengkaran.

"Jika mereka melihat orangtua menangis dan kesal, mereka cenderung akan mulai menangis," katanya. "Jika anak diberikan dukungan dan rasa aman melalui pembacaan cerita, nyanyian, digendong dan dipeluk, serta diajak bermain, rasa aman kemungkinan besar akan kembali dalam hitungan menit."

Menghadirkan Perasaan Aman

Namun, jika perasaan aman tersebut tidak dihadirkan segera, hasilnya akan berubah. Tomko mencatat, "Jika ada perasaan bahaya yang terus-menerus atau berulang pada anak, respons stres mungkin akan meningkat hampir sepanjang waktu."

Seiring waktu, stres yang meningkat pada anak dapat menyebabkan kecemasan akan perpisahan, rewel, dan masalah tidur. Namun, ada efek lebih nyata dari konflik yang terus-menerus terjadi di hadapan mereka.

"Begitu balita mengembangkan keterampilan bahasa, mereka meniru gaya bahasa dan komunikasi orang dewasa di sekitar mereka," jelas Tomko. "Ini dapat mencakup pemilihan kata, nada, dan volume. Balita akan menunjukkan pada Anda bagaimana mereka menafsirkan argumen dengan cara mereka berbicara pada orang lain saat marah."

Balita mungkin sering mengamuk, kesulitan berteman, atau, kata Crawford, kesulitan mengekspresikan perasaan atau ide yang rumit dengan cara yang tenang. Kemudian, anak-anak mungkin menunjukkan kesulitan berkonsentrasi, merasa cemas, atau mengalami masalah perilaku yang bisa saja berkelanjutan.

Ungkapan Paula Verhoeven

Di unggahan Instagram-nya, Paula menulis, "Bismillahirrahmanirrahim. Di bulan baik ini … Allah Maha Tahu segalanya, gimana perjuangan seorang ibu ketika mempertaruhkan nyawa melahirkan anak-anaknya."

"Mama sedih dan bingung dengan respon kalian ke mama sekarang. Rasanya hati mama tersayat-sayat, udah berapa banyak tangis kangen yang mama lewatin 6 bulan terakhir ini, mama udah ga tau lagi. Campur aduknya perasaan mama yang ga bisa tidur dan ingin peluk kalian 6 bulan lamanya."

"Sebelum tgl 13 sept’2024 hampir 24 jam waktu mama dedikasikan untuk merawat kalian. Sampe mama kerja kalian ikut, mama meeting kalian nemenin, hampir tiap hari mama selalu anter dan jemput kalian di sekolah dan les, kangen direbutin sama kalian, kangen moment tiap malam ber-3 sblm tidur kita di kasur cerita-cerita, bercanda, dan berdoa, itu semua adalah moment paling berharga yang mama punya selama 5 tahun terakhir sm kalian.🥹🥹"

"Di titik ini, hati mama terbesit, ingin rasanya menyerah, bukan karena mama tidak memperjuangkan kalian, tapi hati mama itu sedih dan hancur rasanya ngeliat kalian ketakutan setiap deket mama, perasaan asing sama anak-anak yang mama kandung dan lahirkan."

"Mama ga tau apa yg terjadi di 6 bulan terakhir dengan hidup kalian. Mama kasihan ngeliat kalian bingung dengan kondisi ini, maafin mama ya nak kita ada di kondisi sekarang 🥹 Segala ikhtiar mama lakukan untuk selalu bisa dekat dan bersama kalian nak, namun hasilnya kita serahkan ke Allah. Allah tau mana yang terbaik untuk kita."

"Mama ingin berpesan ke kalian, apapun hasilnya nanti keputusan Hakim di pengadilan minggu depan, Allah akan tetap selalu jaga hati kalian dan cinta kalian untuk mama. Mama akan selalu ada disini menunggu kalian pulang ke pelukan mama. 🤗🤗🤗❤️I love you Kiano, Kenzo❤️ Allah Maha Adil dan Allah Maha Baik," tandasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |