Merasa Populer Terlalu Cepat, Tex Saverio 'Menghilang' Hampir 5 Tahun demi Asah Kembali Craftsmanship

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Desainer fashion Tex Saverio berkibar dengan karyanya setelah mendandani Lady Gaga hingga Jennifer Lawrence di awal 2000an. Kemudian Tex juga masih menangani klien secara personal dan terakhir pada 2019, ia juga sempat berkolaborasi dengan lini perhiasan lokal untuk menciptakan desain.

Mengenai kesibukannya setelah lama tidak "muncul" dengan menelurkan koleksi, Tex mengaku mengalami proses kreatif yang berhasil dan gagal dalam berkarya. "Yang terlihat di media yang besar saja, padahal ada ratusan (project), ada barang yang tidak terkirim segala macem," ungkap Tex saat konferensi pers peluncuran Scarf TS di Intercontinental Jakarta, Jumat, 28 Februari 2025.

Mengaku kesuksesan yang didapatnya terlampau cepat setelah memenangkan penghargaan nasional Mercedes-Benz Asia Fashion Award pada 2005, Tex mengaku mengalami kelelahan dan hampir tidak beristirahat. "Dan itu yang saya rasa masih loaking off (melihat keluar) saat itu di tahun-tahun pertama karena saya terlalu cepet naik," terangnya.

Semasa 'menghilang', desainer yang dijuluki "Alexander McQueen of Indonesia" ini mengaku mempelajari banyak ilmu, termasuk craftsmanship, agar bisa menguasainya. "Saya perhatiin tokoh-tokoh besar, apalagi di bidang fashion, kalau kamu bener-bener cuma mau berkarier di situ untuk komersial doang, tapi kamu mau jadi legend, kamu tuh harus bisa menguasai segala aspeknya, termasuk craftsmanship yang paling dasar," paparnya. 

Ia menambahkan, "Kadang-kadang saya mikir karya saya tahun ini dan tahun depan kok saya masih kurang ini kurang itu jadi saya belajar. Kayak orang bertapa gitu, belajar craftsmanship lagi, bener-bener dirapihin karena itu dasar."

Tetap Sibuk Tangani Klien Personal

Meski terlihat vakum bertahun-tahun, Tex menyebut tetap sibuk dengan berbagai project bersama klien secara pribadi. Menyusul kemunculannya kembali, Tex merilis koleksi scarft dengan brand Scart TS yang berkolaborasi dengan Bubah Alfian dan Paula Verhoeven.

"Project ini scarf ya, tapi aku sebenernya sedang mengerjakan koleksi. Jadi nanti ada sedikit teaser untuk koleksi yang selanjutnya," beber Tex.

Pada peluncuran koleksi scarf-nya, ia juga mengganti kepanjangan brand TS yang semula TEXSAVERIO menjadi Testament of Soul sebagai pernyataan afirmasi positif yang tertera dalam koleksi scarf TS. Koleksinya terinspirasi dari pengalaman pribadi tentang manifestasi dan diperkuat penelitian Prof. Masaru Emoto, ilmuwan Jepang.

Tex turut menggandeng super model Paula Verhoeven dan makeup artist Bubah Alfian. Kolaborasi ketiganya bercerita tentang manifestasi diri dalam perjalanan hidupnya masing-masing.

"Sebenarnya (buat koleksi scarf) karena saya diledekin, bisa nggak saya bikin, karena jauh dari image personal dan brand. Makin ke sini makin kepikiran bisa ngga ya bikin ini," ungkap pria berusia 40 tahun tersebut.

Alasan Meluncurkan Koleksi Scarft

Seolah seperti manifestasi, keinginan membuat koleksi scarf makin kuat setelah sang kakak datang menghubunginya untuk memperbesar baju karena "kegendutan". Ide membuat scarf tercetus dan dengan bantuan sang kakak yang sudah sering menangani ribuan brand, hingga Tex yang merasa awam merasa lebih percaya diri. 

Tentu orang bakal bertanya-tanya, dengan koleksi scarf tersebut apakah Tex berencana untuk merambah bisnis fashion ke ranah modest? Tex menjawab dengan mengaku belum "PD" dan harus belajar lebih banyak lagi terkait ilmu menggaet pelangan modest fashion.

Tex mengajak kolaborasi Bubah Alfian, Makeup Artist yang sudah sering bekerja sama dengannya dan Paula Verhoeven, model yang ikut mempresentasikan koleksi fashionnya di awal karier Tex sampai bisa terkenal di kancah internasional.

"Paula kenal udah 10 tahun, jadi lebih personal experience pertama pakai Paula waktu itu masuk blog Paris Hilton," ungkapnya sambil mengaku sangat senang karena sebagai model bersedia kembali diajak bekerja sama.

Detail Koleksi Scarf TS

Tex mengatakan, setiap orang pasti punya kisah hidup dan perjalanan yang beragam, masa pasang dan surut, gagal dan berhasil, momen bahagia dan penyesalan, tersenyum dan terluka, tidak terkecuali dirinya, Paula dan Bubah. Berangkat dari pengalaman pribadi dan bagaimana melewati semua itu, Tex memimpikan, mencurahkan hati dan pikirannya, dalam sebuah karya yang bukan saja menjadi fashion statement dan nilai estetika belaka.

"Namun, juga makna dan tujuan yang mendalam, yaitu empowerment dan merayakan kehidupan setiap orang dengan kisah yang beragam," cetus Tex. 

Untuk koleksi, Tex yang pernah bekerja sama dengan Kim Kardashian ikut menerapkan ketelitian dan detail bahan scarf yang dibuatnya. Bahkan, pemilihan benang yang dapat menunjang bukan hanya dari segi estetika.

"Bahannya sendiri dipilih secara khusus agar saat dikenakan tetap bisa tegak berdiri, tidak terlihat kaku, serta warnanya tidak redup," sebut pria kelahiran 28 Agustus 1984 ini.

Tex ingin scarf tersebut juga secara fungsi terasa nyaman, breathable, tidak mengganggu pendengaran, dan tidak menyebabkan ketombe. Dalam proses pengembangan, Tex mengaku banyak melalui trial and error, karena proses pencetakan huruf ke atas kainyang sangat halus dan tipis, sangatlah berisiko tinggi dan rentan gagal menyebabkan tulisan tampak buram.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |