Liputan6.com, Jakarta Parade Wastra Nusantara 2025 yang digelar oleh Fimela.com pada 8-10 Agustus lalu memang telah usai. Namun, gema perayaannya masih terasa hingga kini. Tak sekadar perhelatan mode, ajang tahunan ini menjadi ruang istimewa bagi para pelaku UMKM lokal untuk memperkenalkan karya terbaik mereka ke hadapan publik yang lebih luas.
Salah satu cerita menarik datang dari Dua Moong Tenun, UMKM binaan Pemerintah Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Lewat tangan-tangan terampil, mereka menghadirkan keindahan tenun ikat dengan motif batik khas Tarakan yang sarat makna filosofis. Mari kita telisik lebih jauh keunikan motif-motifnya!
Angkat Motif Khas Tarakan dengan Makna Mendalam
Dalam Parade Wastra Nusantara 2025, Dua Moong Tenun membawa tiga motif unggulan yang tak hanya indah dipandang, tetapi juga kaya akan cerita budaya.
1. Motif Pakis
Motif pertama terinspirasi dari tumbuhan pakis yang banyak tumbuh di Tarakan maupun daerah lain di Kalimantan Utara. Tumbuhan ini kerap dijadikan sayur oleh masyarakat setempat, sehingga memiliki kedekatan emosional dalam kehidupan sehari-hari.
"Tumbuhan ini sangat banyak ditemui di Tarakan, bahkan di Kalimantan Utara. Biasanya sering dijadikan sayur oleh masyarakat setempat," ujar Mersia, pengrajin Dua Moong Tenun.
Bentuk simetris dari motif pakis melambangkan keseimbangan, kesetaraan, dan keakraban, nilai-nilai yang erat kaitannya dengan harmoni kehidupan masyarakat Tarakan.
2. Motif Batug Semendak
Selanjutnya, ada motif Batug Semendak. Dalam bahasa Tidung, batug berarti anyaman, sementara semendak merujuk pada anak gadis.
Motif ini terinspirasi dari anyaman tradisional yang biasa digunakan untuk membuat tikar, dengan makna filosofis sebagai simbol harapan indah di masa depan.
"Motif batug semandak ini seperti yang kemarin digunakan oleh Pak Wali Kota Tarakan Khairul saat Parade Wastra Nusantara kemarin. Motif ini memang kebanyakan menjadi motif dinding atau tikar, lalu saya tuangkan ke dalam kain tenun," jelas Mersia.
Makna mendalam yang tersirat dari motif ini seakan mengingatkan bahwa sebuah karya bukan hanya ornamen visual, tetapi juga doa dan harapan bagi generasi penerus.
3. Motif Tabur Bintang
Motif terakhir yang diperkenalkan adalah Tabur Bintang, sebuah motif dekoratif yang berasal dari hiasan potongan kertas atau kain berbentuk bintang.
Bintang dalam motif ini melambangkan kesucian dan tujuan mulia, sekaligus mencerminkan keakraban masyarakat Tarakan yang selalu menjunjung nilai kebersamaan.
"Motif ini seperti yang dipakai Ibu Wali Kota Tarakan Sitti Rujiah. Biasanya motif ini jadi hiasan yang ditempel di dinding. Ini juga melambangkan keakraban masyarakat," urai Mersia.
Tak hanya indah dipandang, motif tabur bintang juga menghadirkan nuansa hangat yang merepresentasikan karakter masyarakat Tarakan itu sendiri.
Ajang yang Membuka Jalan UMKM Lokal
Lebih dari sekadar panggung mode, Parade Wastra Nusantara 2025 menjadi wadah yang mempertemukan pelaku UMKM dengan audiens yang lebih luas. Bagi Mersia dan tim Dua Moong Tenun, kesempatan ini sangat berharga.
"Acaranya sangat luar biasa, sangat mendukung UMKM seperti kami. Semoga tenun-tenun batik kami juga semakin dikenal masyarakat luas," pungkasnya penuh harap.
Keikutsertaan Dua Moong Tenun menjadi bukti bahwa setiap motif wastra Nusantara bukan sekadar kain, melainkan warisan budaya yang hidup, bernapas, dan terus berkembang. Lewat setiap helai tenun ikat, ada cerita tentang alam, harapan, hingga filosofi hidup masyarakat Tarakan yang kini bisa diapresiasi oleh lebih banyak orang.