Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Seoul mengumumkan pada Jumat, 28 Februari 2025, bahwa mereka secara resmi menerapkan kebijakan untuk membatasi kunjungan wisatawan ke area khusus pengelolaan di Bukchon Hanok Village yang bersejarah, mulai 1 Maret 2025. Mereka yang melanggar pun terancam didenda.
Kebijakan itu bertujuan untuk mengatasi masalah overtourism yang kerap melanda destinasi-destinasi wisata populer di dunia. Di bawah kebijakan tersebut, para turis hanya diizinkan untuk mengunjungi area khusus pengelolaan Bukchon yang terletak di belakang Perpustakaan Jeongdok, antara Istana Gyeongbok dan Istana Changdeok di Distrik Jongno tengah, dari pukul 10 pagi hingga 5 sore.
Mereka yang memasuki area yang dijuluki zona merah untuk tujuan wisata di luar jam-jam tersebut akan dikenakan denda sebesar 100.000 won, sekitar Rp1,2 juta, menurut Kantor Distrik Jongno. Pengecualian diberikan kepada para penduduk yang tinggal di zona merah, keluarga mereka, kenalan, pelanggan toko di zona tersebut, pedagang, tamu akomodasi di zona tersebut, orang-orang yang hanya melewati zona tersebut tanpa beraktivitas wisata, serta kendaraan yang tidak digunakan untuk tujuan wisata.
Jam malam bagi wisatawan di zona merah mulai diujicobakan pada November 2024 untuk mencegah berbagai gangguan terhadap penduduknya. Kantor tersebut menjelaskan bahwa aktivitas wisata yang diatur selama jam-jam jam malam meliputi mengambil foto atau video, tinggal dan mengamati lingkungan sekitar, atau berjalan-jalan di jalan-jalan untuk tujuan wisata, terlepas dari penggunaan toko.
Ditetapkan Sebagai Daerah yang Dikontrol Khusus
Melansir Korea Joongang Daily, Kamis, 4 Juli 2024, Kantor Distrik Jongno mendaftarkan desa seluas 1,128 juta meter persegi itu sebagai "daerah yang dikontrol secara khusus" di bawah Undang-Undang Promosi Pariwisata Korea Selatan pada Senin, 1 Juli 2024. Itu termasuk wilayah Samcheong-dong dan Gahoe-dong.
Ketetapan itu memungkinkan kantor distrik mengontrol wisatawan di wilayah tersebut, yang rencananya akan dilakukan melalui tiga zona berkode warna. Zona merah di sekitar Bukchon-ro 11-gil, tempat sebagian besar hanok berada, menarik jumlah wisatawan terbanyak.
Bukchon-ro 5ga-gil dan sebagian Gyedong-gil, lokasi restoran, kafe, dan beberapa hanok berada, telah ditetapkan sebagai zona oranye yang tidak memiliki jam malam. Tapi, staf pejabat distrik akan hadir memantau aktivitas.
Bukchon-ro 10-gil telah ditetapkan sebagai zona kuning. Pejabat distrik akan mengamati arus wisatawan di wilayah tersebut dan meningkatkan status zonanya jika diperlukan.
Uji coba zona berkode warna ini akan dimulai pada Oktober 2024. Distrik Jongno juga berupaya membatasi bus umum di dalam Desa Bukchon Hanok.
Ratusan Keluhan Warga Terkait Perilaku Wisatawan
Pada Januari 2026, kantor distrik berencana menghilangkan halte bus di sepanjang 1,5 kilometer bentangan Bukchon-ro, mulai dari Stasiun Anguk hingga pintu masuk Taman Samcheong. Uji coba dijadwalkan pada Juli 2025.
Peraturan wisata baru ini menyusul keluhan bertahun-tahun dari penduduk Bukchon Hanok Village. Dengan daerah tersebut dikunjungi sekitar 6,44 juta wisatawan setiap tahun, kantor distrik setempat mengatakan bahwa mereka menerima 202 keluhan warga tahun lalu mengenai perilaku buruk turis di desa tersebut.
Hal ini termasuk pengunjung yang terlalu berisik, meninggalkan sampah di jalan, dan parkir liar. Sekitar 6.100 penduduk lokal tinggal di desa tersebut, menurut data pejabat setempat, tahun lalu.
Awal pekan ini, Korea Selatan juga memperkenalkan peraturan lebih ketat untuk mengurangi tur kelompok besar asal China, yang juga dikenal sebagai "tur dumping." Hal ini lantaran grup turis dengan harga murah tersebut telah diidentifikasi sebagai penyebab utama keluhan wisatawan, menurut Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata setempat.
Praktik Tur Dumping oleh Agen Perjalanan China
Mengutip Korean Times, Senin, 1 Juli 2024, tur dumping mengacu pada praktik agen perjalanan menarik wisatawan dengan harga rendah. Mereka kemudian memasukkan aktivitas belanja tanpa henti sehingga mendapatkan komisi dari vendor di sepanjang perjalanan.
Kementerian merevisi pedoman bagi agen perjalanan yang dirancang untuk menarik wisatawan grup asal China. Ini bermaksud mengambil tindakan administratif terhadap pelanggar peraturan guna menghilangkan paket wisata berbiaya rendah yang mencakup belanja mulai Juli ini.
Secara khusus, otoritas setempat akan menindak agen perjalanan yang memaksa wisatawan dalam grup belanja dan tidak membayar biaya yang sah saat melakukan tur. Kementerian akan meninjau dan memeriksa struktur keuntungan yang dilaporkan agen perjalanan untuk melihat apakah mereka terlalu bergantung pada biaya belanja untuk cuan.
Selain itu, Asosiasi Agen Perjalanan Korea, Asosiasi Toko Bebas Bea Korea, dan toko bebas bea akan bekerja sama dengan kementerian untuk memeriksa apakah agen perjalanan mengikuti peraturan di situs belanja. Hal ini disinyalir bisa meminimalisir apa yang selama ini dikeluhkan wisatawan.