Koleksi Adrian Gan Couture untuk Banjir Sumatera

Liputan6.com, Jakarta - Sendu runway koleksi couture Adrian Gan jadi refleksi sempurna dari duka mendalam akibat banjir Sumatera. Tidak semata nuansa, sang desainer memperpanjang empatinya dengan menyisihkan sebagian hasil penjualan koleksi tersebut untuk para korban banjir di Pulau Emas, yang disalurkan melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Bertajuk "Seance," yang berarti "duduk bersama," rangkaiannya menandai 40 tahun perjalanan kreatif Adrian. Koleksi ini ditafsirkan sebagai ruang untuk mempertemukan kembali fragmen masa lalu—karya, klien, pengalaman, dan mimpi—yang ia hidupkan kembali dalam bentuk visual baru.

Koleksi ini jadi undangan bagi siapa pun untuk memasuki ruang dialog antara masa lampau dan masa kini. Memperkuat dorongan itu, Adrian menggabungkan berbagai inspirasi.

Visual "Seance" merefleksikan kekangan elegan era Victorian, atmosfer Gothic, kebebasan surealisme, romantisme, serta kekuatan akar budaya Indonesia. Potongan demi potongannya mengeksplorasi struktur desain, layering, permainan tekstur, dan pertemuan bahan antik dengan material modern.

Melalui pendekatan ini, Adrian berupaya menembus batas waktu, menghubungkan memori dengan potensi masa depan. Koleksi ini menegaskan kecintaan Adrian pada material vintage yang sarat makna dan sejarah.

Ia kembali melakukan perburuan dan restorasi bahan antik, mulai dari renda hingga patchwork era Victorian. Sentuhan lace khususnya mendominasi gaun-gaun, entah dalam siluet structure maupun mengalir, yang jadi pembuka fashion show di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025.

Meski selama ini dikenal melalui kreasi cheongsam dan nuansa Chinoiserie, Adrian memilih menanggalkan elemen tersebut untuk koleksi teranyarnya. Ia mengangkat kontradiksi cahaya dan kegelapan, dua kutub yang ia olah jadi tampilan yang lebih kontemporer dan relevan.

Sentuhan surealisme hadir dalam siluet asimetris dan motif-motif unik. Di antaranya, ada wayang, peralatan makan, serta reinterpretasi batik, yang semuanya memberi karakter Indonesia pada estetika surreal. Detailnya bisa ditemukan di bagian rok dengan kereta cukup panjang nan menyapu lantai.

Keduanya keluar dengan topeng yang memenuhi seluruh kepala─kelinci putih untuk model perempuan dan penutup hitam untuk si pria. Pada akhirnya, "Seance" bukan sekadar presentasi fesyen, tapi perjumpaan intim antara luka dan keindahan, belenggu dan kebebasan, serta antara diri dan sejarah yang terus berbicara.

Koleksi ini mengundang penonton untuk tidak semata menyaksikan, tapi ikut duduk dalam lingkaran, menjadi bagian dari ritual, ingatan, dan jiwa yang Adrian hadirkan melalui karya empat dekade perjalanan kreatifnya.

Merujuk Weddingku, kecintaan Adrian Gan akan dunia fesyen bermula dari kesukaannya menggambar. Ia menuangkan imajinasinya lewat goresan sketsa yang kadang disertai detail-detail yang atraktif.

Susan Budihardjo jadi gurunya untuk mempertajam keahlian merancang busana. Dari situ, ide dan kreativitasnya terbuka dan semakin berkembang.

Dikenal sebagai salah satu perancang cheongsam terbaik di Indonesia, kecintaannya akan budaya dan kegemaran mengoleksi benda antik dari China dan negara Asia lain memberinya banyak inspirasi dalam berkreasi. Namun, ia juga banyak menggali tradisi dan budaya Indonesia untuk dituangkan dalam hasil karya yang indah.

Sang desainer telah berkarya sejak 1984, dengan peragaan busana pertamanya berlangsung tahun 2000. Awalnya bekerja di rumah produksi ready-to-wear, ia kemudian lebih fokus pada couture.