Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) University sepakat bekerja dalam program bayi tabung untuk mengembangbiakkan badak Jawa dan Sumatera, Selasa, 2 September 2025. Mereka akan menggunakan teknologi reproduksi berbantu atau Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobanking.
"Jadi ini adalah sebuah teknologi seperti bayi tabung. Kita kembangkan bayi tabung untuk badak, karena badak ini memang sebuah spesies yang sangat rentan ketika hamil, sulit hamil, sulit juga melahirkan," kata Rektor IPB University Prof Arif Satria ditemui di Bogor, Selasa, 2 September 2025.
ART meliputi serangkaian teknologi reproduksi seperti inseminasi buatan, fertilisasi in vitro (IVF), transfer embrio, hingga kriopreservasi gamet dan embrio. Sementara itu, biobanking berfungsi sebagai penyimpanan material genetik (sperma, sel telur, embrio, bahkan jaringan) yang dapat digunakan untuk mendukung keberlanjutan program konservasi di masa depan.
"Saat ini jumlah Badak Sumatera yang ada di Indonesia sekitar 50-an ekor, nah kita terus berupaya agar jumlah ini bisa diperbanyak, dan salah satunya adalah dengan cara mereproduksi, melakukan teknologi-teknologi terkini," kata dia.
Fasilitas yang Masih Jarang
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyambut baik program bayi tabung badak Sumatra dan Jawa tersebut. Menurutnya, penerapan ART dan pengembangan biobanking merupakan terobosan penting dalam upaya melestarikan satwa liar yang terancam punah di Indonesia.
"Sehingga nanti, anak cucu kita masih tahu, masih bisa melihat secara langsung keanekaragaman hayati yang kita miliki, terutama soal badak, badak jawa dan badak sumatera," ujarnya.
Ia menyebut pusat teknologi reproduksi berbantu dan biobank milik IPB ini sangat penting karena jumlahnya belum banyak di Indonesia. "Jadi, Insya allah dengan biobank ini kita akan menjadi pusat untuk penyimpanan sumber daya genetik, untuk beberapa satwa liar," ujarnya.
Dosen FKH IPB, Muhammad Agil menambahkan penerapan ART dan biobank sudah dimulai sejak 2023 pada spesies Badak Sumatera melalui fasilitas pusat konservasi semi in-situ di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung, serta di Suaka Badak Kelian, Kalimantan Timur.
Konservasi Badak Sumatra Lebih Mendesak
"Kita terus lakukan upaya mencakup pengumpulan dan penyimpanan material genetik, serta pengembangan teknik reproduksi berbasis sains untuk meningkatkan peluang kelahiran," ujarnya.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko mengungkapkan penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan ini sangat penting mengingat jumlahnya saat ini hanya dua ekor.
"Saat ini hanya ada dua ekor betina. Karena itu OoC (ovum dan sel) sudah diambil untuk disimpan di biobank, dan suatu saat nanti dilakukan bayi tabung dengan pejantan dari Sumatera. Harapannya, populasi badak Sumatera di Kalimantan bisa berkembang kembali," jelasnya.
Dalam kesempatan berbeda, Menhut Raja Juli meluncurkan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa di Jakarta, pada Jumat, 29 Agustus 2025. Program itu disebutnya sebagai bentuk pertobatan ekologis atas makin banyak spesies berstatus terancam punah atau kritis di Indonesia, khususnya badak Jawa (Rhinoceros sondaicus).
Pertobatan Ekologis Lewat Translokasi Badak Jawa
Menhut menggunakan istilah pertobatan ekologis untuk menggambarkan perubahan perilaku manusia terhadap alam, yaitu dengan mengakui kerusakan yang sudah diperbuat selama ini. Menurutnya, aktivitas manusia selama bertahun-tahun telah mempersempit ekosistem satwa langka tersebut, sehingga keberadaannya semakin terdesak dan populasinya terus menurun.
"Saya kira itu adalah tanggung jawab kita dengan alasan apapun, apakah itu perumahan, pembangunan, perkebunan," ujar Raja Juli dikutip dari Antara, Selasa, 2 September 2025.
Badak Jawa kini masuk dalam kategori sangat kritis atau critically endangered dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Populasi satwa bercula satu ini bahkan saat ini hanya tersisa di satu lokasi, yakni di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Jumlahnya diperkirakan hanya 87--100 individu.
Lewat program translokasi, Kemenhut akan memindahkan sepasang individu badak Jawa dari habitat asli mereka di Semenanjung Ujung Kulon ke Javan Rhino Study and Conservation Area di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang. Kedua lokasi tersebut masih berada dalam wilayah Taman Nasional Ujung Kulon dan berjarak sekitar 14 kilometer dengan melintasi lautan.