Liputan6.com, Jakarta - Fashion desainer Tex Saverio yang terkenal setelah 'mendandani' Lady Gaga, Jennifer Lawrence, dan sejumlah selebriti Hollywood meluncurkan sederet koleksi scarf. Pada peluncurannya, ia juga mengganti kepanjangan brand TS yang semula TEXSAVERIO menjadi Testament of Soul sebagai pernyataan afirmasi positif yang tertera dalam setiap scarf TS.
Koleksi scarf terinspirasi dari pengalaman pribadi tentang manifestasi dan diperkuat oleh penelitian Prof. MASARU Emoto, ilmuwan Jepang. Tak sendirian, Tex turut menggandeng super model Paula Verhoeven dan makeup artist Bubah Alfian. Kolaborasi ketiganya bercerita tentang manifestasi diri dalam perjalanan hidupnya masing-masing.
"Sebenarnya (buat koleksi scaft) karena saya diledekin, bisa nggak saya bikin, karena jauh dari image personal dan brand. Makin ke sini makin kepikiran bisa ngga ya bikin ini," ungkapnya dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Jumat, 28 Februari 2025.
Seolah seperti manifestasi, keinginan membuat koleksi scarf makin kuat setelah sang kakak datang menghubunginya untuk memperbesar baju karena "kegendutan". Ide membuat scarf tercetus dan dengan bantuan sang kakak yang sudah sering menangani ribuan brand, hingga Tex yang merasa awam merasa lebih percaya diri.
Tentu orang akan bertanya-tanya, dengan koleksi scarf tersebut apakah Tex berencana untuk merambah bisnis fashion ke ranah modest? Tex menjawab dengan mengaku belum "PD" dan harus belajar lebih banyak lagi terkait ilmu untuk menggaet pelangan modest fashion.
Ajak Paula Verhoeven dan Bubah Alfian Kolaborasi
Tex mengajak Bubah Alfian, Makeup Artist yang sudah sering bekerja sama dengannya dan Paula Verhoeven, model yang ikut mempresentasikan koleksi fashionnya di awal karier Tex hingga bisa terkenal di kancah internasional.
"Paula kenal udah 10 tahun, jadi lebih personal experience pertama pakai Paula waktu itu masuk blog Paris Hilton," katanya sambil menyebut sangat senang karena sebagai model bersedia kembali diajak bekerja sama.
Tex mengungkapkan, setiap orang pasti memiliki kisah hidup dan perjalanan yang beragam, masa pasang dan surut, gagal dan berhasil, momen bahagia dan penyesalan, tersenyum dan terluka, tidak terkecuali dirinya, Paula dan Bubah. Berangkat dari pengalaman pribadi dan bagaimana melewati semua itu, Tex memimpikan, mencurahkan hati dan pikirannya dalam sebuah karya yang bukan saja menjadi fashion statement dan nilai estetika belaka.
"Namun, juga makna dan tujuan yang mendalam, yaitu empowerment dan merayakan kehidupan setiap orang dengan kisah yang beragam," cetusnya.
Detail Bahan Scarf dan Pemilihan Benang
Untuk koleksi, Tex yang pernah bekerja sama dengan Kim Kardashian juga menerapkan ketelitian dan detail bahan scarft yang dibuatnya. Bahkan, pemilihan benang yang dapat menunjang bukan hanya dari segi estetika.
"Bahannya sendiri dipilih secara khusus agar saat dikenakan tetap bisa tegak berdiri, tidak terlihat kaku, serta warnanya tidak redup," sebut pria kelahiran 28 Agustus 1984 tersebut.
Selain itu, Tex ingin scarf tersebut juga secara fungsi terasa nyaman, breathable, tidak mengganggu pendengaran,dan tidak menyebabkan ketombe. Dalam proses pengembangan, Tex mengaku banyak memerlukan trial and error, karena proses pencetakan huruf ke atas kainyang sangat halus dan tipis, sangatlah berisiko tinggi dan rentan gagal menyebabkan tulisan terlihat buram.
Itu sebabnya scarf juga melewati proses finishing, yang membutuhkan teknik pelapisan khusus sehingga dapat menghasilkan sensasi sentuhan yang sangat halus dan lembut, dan kualitas tersebut dapat bertahan lama.
Desain Unik yang Diusung Tex Saverio
Design yang unik dan berbeda adalah suatu hal yang sangat identik dengan karya-karya Tex. Kali ini pun, Tex menciptakan desain dengan sentuhan teknologi mix 3D design print yang belum pernah ada sebelumnya.
Salah satu hal yang menjadikan koleksi scarf TS berbeda adalah adanya design charms atau bandul yang dapat dilepas-pasang atau detachable secara custom menyesuaikan keinginan, personality pemakai, ataupun menyesuaikan kebutuhan acara saat pemakaian.
Kualitas charms tersebut pun menggunakan bahan copper dengan finishing chromatic sehingga hasil terlihat lebih berkualitas dan tahan lama. Untuk packaging limited Edition Box, Tex memilih menggunakan Tin Can Metal Box yang di chrome semi-matte, yang membuat tampilan jauh lebih eksklusif dan juga secara fungsi akan lebih awet untuk menyimpan scarf sehingga tidak mudah lembab dan usang.
Dengan keseriusan Tex menelurkan koleksi scarf, harga yang ia banderol untuk karyanya tersebut terbilang masih terjangkau. Meski terbilang premium, range koleksi scarf-nya berkisar Rp300.000-Rp500.000.