Liputan6.com, Jakarta - Popularitas boneka Labubu dari Pop Mart popularitas dari selebritas global seperti BLACKPINK dan Rihanna. Mainan yang awalnya dijual seharga 15 USD atau hampir setara Rp200 ribu, kini memiliki harga jual kembali yang mendekati 726 USD atau sekitar Rp11 jutaan.
Mengutip Kbizoom, Sabtu (12/7/2025), semua itu berkat antusiasme yang melanda para penggemar dan kolektor di seluruh dunia. Labubu, karakter berbulu halus bertelinga kelinci dengan sembilan gigi tajam dan seringai nakal, diciptakan oleh ilustrator Hong Kong Lung Ka Sing.
Dirancang untuk menangkap emosi kompleks anak-anak, karakter ini diproduksi oleh raksasa mainan Tiongkok, Pop Mart, dan dijual sebagai barang kotak buta. Sistem penjualan ini memicu obsesi global, menjadikannya aksesori terhangat musim panas ini.
Fenomena ini semakin menguat setelah Rose dan Lisa BLACKPINK, serta ikon pop Rihanna, terlihat membawa gantungan kunci Labubu yang terpasang di tas tangan mewah mereka. Lisa bahkan mengunggah foto Labubu di media sosialnya dengan caption Labubu imut banget, yang menyebabkan lonjakan volume pencarian hingga 517 persen dan kenaikan harga jual kembali di pasar barang bekas.
Harganya Jadi Tidak Rasional
Meskipun harga ecerannya hanya 21 ribu won yang setara Rp250 ribu, beberapa versi edisi terbatas Labubu telah terjual dengan harga fantastis—satu unit mencapai 800 USD atau setara Rp12,9 juta. Situs web Pop Mart Korea melaporkan penjualan habis, sementara platform Gift Shop Kakao mengadakan tiga putaran penjualan terbatas pada 9 Juli 2025, menarik lebih dari 200.000 orang ke antrean online.
Setiap pembeli hanya diperbolehkan membeli dua buah Labubu: The Monster Highlight Series, dengan harga masing-masing 24.000 won atau Ro 300 ribuan. Popularitas Labubu juga mendorong Pop Mart untuk memperkenalkan figur setinggi 131 cm, yang dilelang dengan harga fantastis 130 ribu dolar AS atau setara Rp2,1 miliar.
Demam Labubu bahkan menyebar ke sektor perbankan, di mana sebuah bank di Tiongkok menawarkan gantungan kunci Labubu sebagai hadiah untuk pemegang rekening baru. Namun, promosi ini terpaksa dihentikan setelah mendapat kritik dari otoritas pemerintah karena dianggap pemasaran yang tidak rasional.
Wang Ning Pendiri Pop Mart Jadi Miliarder Gara-gara Labubu
Sebelumnya diberitakan, sosok Wang Ning, pendiri perusahaan mainan Pop Mart, telah menjadi perbincangan hangat di dunia bisnis dan hiburan. Di usianya yang baru 38 tahun, Wang Ning telah mencatatkan namanya sebagai salah satu miliarder termuda di Tiongkok, berkat kesuksesan fenomenal boneka Labubu.
Mengutip dari First Post, Jumat, 4 Juli 2025, dengan kekayaan bersih sebesar 22,7 miliar USD (setara Rp367,6 triliun), Wang kini sejajar dengan tokoh-tokoh besar seperti Zhang Yiming dari ByteDance dan Ma Huateng dari Tencent. Boneka Labubu, yang dikenal dengan mata besar dan senyum lebar, telah menjadi ikon budaya pop global.
Meski mungkin bagi sebagian orang karakter ini tampak aneh, Labubu telah mencuri hati banyak kolektor dan selebritas di seluruh dunia, termasuk Rihanna dan Kim Kardashian. Kesuksesan Labubu tidak hanya membangun kerajaan Wang Ning tetapi juga membawa Pop Mart ke panggung internasional.
Popularitas Naik pada 2019
Kegilaan terhadap Labubu dimulai dari imajinasi Kasing Lung, seniman Belgia yang berbasis di Hong Kong. Karakter ini pertama kali muncul dalam buku bergambar The Monsters pada 2015.
Namun, popularitas Labubu benar-benar lepas landas pada 2019 ketika Pop Mart melisensikan karakter tersebut. Mereka memasukkannya ke dalam koleksi blind box mereka, sebuah format yang sangat digemari oleh Gen Z dan milenial.
Faktor misteri dari kotak buta dan desain unik Labubu mendorong para kolektor untuk berburu boneka ini. Dari gantungan kunci hingga mainan mewah, Labubu tersedia dalam berbagai desain dengan beberapa edisi terbatas yang dijual hingga ribuan dolar di pasar sekunder.
Popularitasnya yang meledak juga membuat Labubu menjadi bagian dari strategi pemasaran, seperti yang dilakukan sebuah bank di Tiongkok untuk menarik nasabah baru. Di balik kesuksesan Labubu, Wang Ning memanfaatkan momentum ini dengan mengembangkan Pop Mart dari toko kecil di Beijing menjadi raksasa global.