Liputan6.com, Jakarta - Film dokumenter No Other Land yang menceritakan aktivis Palestina yang berjuang menjaga komunitas mereka dari kehancuran oleh tentara Israel menjadi film Palestina pertama yang memenangkan piala Oscar. Film tersebut jadi pemenang kategoru Film Dokumenter Terbaik di Oscar 2025.
Kemenangan tersebut ternyata ikut menyeret aktris Israel, Gal Gadot yang juga hadir di acara penghargaan Academy Awards 2025 atau Oscar 2025, di Dolby Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu, 2 Maret 2025 waktu setempat atau Senin, 3 Maret waktu Indonesia. Beredar kabar di media sosial kalau awalnya Gal Gadot dijadwalkan bertindak sebagai presenter penghargaan untuk kategori Film Dokumenter Terbaik di Oscar 2025.
Namun, Gal Gadot ternyata tidak mengumumkan pemenang di kategori tersebut karena tema film tersebut mengkritik Israel,Film dokumenter itu merupakan kolaborasi antara pembuat film Palestina dan Israel, bercerita dalam sudah pandang dan kegiatan aktivis Basel Adra saat ia mendokumentasikan penghancuran kampung halamannya di Tepi Barat oleh Pasukan Pendudukan Israel (IDF).
Sebelum acara, menurut sejumlah akun seperti akun X, @JenPerelman24, mengklaim Gadot telah terdaftar sebagai salah satu presenter untuk membacakan pemenang kategori Film Dokumenter Terbaik.
Namun, saat tiba saatnya pengumuman pemenang, bukan pemeran Wonder Woman itu yang hadir. Samuel L. Jackson dan Selena Gomez yang ternyata membacakan nominasi dan pemenang di kategori tersebut.
Gadot kemudian dikabarkan menolak tugas tersebut dan kemudian dialihkan untuk mempersembahkan penghargaan kategori Efek Visual Terbaik, sehingga menimbulkan spekulasi tentang apakah perubahan itu benar adanya. Pihak Academy belum mengomentari dugaan mengenai pergantian tersebut, dan Gadot pun belum membahasnya secara terbuka.
Gal Gadot Pendukung Setia Israel
Namun, spekulasi penugasan ulang tersebut telah memicu kontroversi di media sosial.Beberapa pihak menyatakan bahwa pemindahan tersebut disengaja, mengingat tema film tersebut yang 'menampar' Israel.
Namun menurut beberapa fakta yang diperoleh Newsweek, Senin, 3 Maret 2025, Gal Gadot memang tidak pernah diungkapkan akan membacakan pemenang di kategori apa. Perwakilan aktris berusia 39 tahun itu mengatakan pada Newsweelk tidak pernah ada penunjukan untuk membacakan pemenang Film Dokumenter Terbaik.
Jadi untuk sementara bisa disimpulkan, Gal Gadoy tidak nenolak membacakan pemenang Film Dokumenter Terbaik karena tidak pernah ada tawaran untuk itu. Gadot diketahui pernah bertugas di Pasukan Pertahanan Israel yang secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap negara tersebut selama genosida di Gaza. Pada 2023, ia bergabung dengan tokoh masyarakat lainnya dalam menandatangani surat terbuka yang mendukung Israel di tengah perang di Gaza.
Film No Other Land disutradarai Yuval Abraham, Basel Adra, Rachel Szor dan Hamdan Ballal dan belum didistribusikan di Amerika Serikat. Seperti dilansir Arab News, kolaborasi antara pembuat film Israel dan Palestina ini mengikuti aktivis Basel Adra yang menghadapi risiko penangkapan untuk mendokumentasikan penghancuran kampung halamannya, yang dirobohkan oleh tentara Israel untuk digunakan sebagai zona pelatihan militer, di tepi selatan Tepi Barat.
Kolaborasi Jurnalis Israel-Aktivis Palestina
Permohonan Adra tidak didengarkan sampai dia berteman dengan seorang jurnalis Yahudi Israel yang membantunya memperkuat ceritanya. "Sekitar dua bulan yang lalu, saya menjadi seorang ayah, dan saya berharap putri saya tidak harus menjalani kehidupan yang sama seperti yang saya jalani sekarang. Selalu takut akan pemukim ilegal, kekerasan, pembongkaran rumah, dan pemindahan paksa," kata Adra.
"No Other Land” menjadi pesaing utama setelah sukses tampil di sirkuit festival film. Namun, produk tersebut tidak menemukan distributor di Amerika Serikat, meski didistribusikan di 24 negara. Untuk Oscar, film tersebut mengalahkan “Porcelain War,” “Sugarcane,” “Black Box Diaries” dan “Soundtrack to a Coup d’État.”
Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun antara 2019-2023. Mereka mengakhiri produksi beberapa hari sebelum Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memulai genosida Israel di Gaza.
Dalam film tersebut, jurnalis Israel Yuval Abraham bergabung dalam komunitas yang memerangi pengungsian. Namun, ia menghadapi penolakan dari warga Palestina karena hak istimewanya sebagai warga negara Israel.
Dibuat Selama 4 Tahun
Adra mengatakan dia tidak bisa meninggalkan Tepi Barat dan diperlakukan seperti penjahat, sementara Abraham bisa datang dan pergi dengan bebas. Film ini sangat bergantung pada rekaman kamera dari arsip pribadi Adra. Dia meream tentara Israel yang membuldoser sekolah desa dan mengisi sumur air dengan semen untuk mencegah orang membangun kembali sekolah tersebut. Film dokumenter ini dibuat selama empat tahun antara 2019-2023.
Mereka mengakhiri produksi beberapa hari sebelum Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memulai genosida Israel di Gaza. Dalam film tersebut, jurnalis Israel Yuval Abraham bergabung dalam komunitas yang memerangi pengungsian.
Namun, ia menghadapi penolakan dari warga Palestina karena hak istimewanya sebagai warga negara Israel. Adra mengatakan dia tidak bisa meninggalkan Tepi Barat dan diperlakukan seperti penjahat, sementara Abraham bisa datang dan pergi dengan bebas.
Film ini sangat bergantung pada rekaman camcorder dari arsip pribadi Adra. Dia meream tentara Israel yang membuldoser sekolah desa dan mengisi sumur air dengan semen untuk mencegah orang membangun kembali sekolah tersebut.