Belajar dari Tragedi Pendakian Puncak Cartensz Pyramid 2016 yang Berujung Kematian 1 Pendaki

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Enda Kaban, perempuan yang berprofesi sebagai penulis, sontak berduka. Kabar meninggalnya dua pendaki perempuan dalam pendakian Puncak Cartensz Pyramid pada Sabtu, 1 Maret 2025, membuka kembali luka lamanya. Insiden serupa pernah dialaminya dan rombongan saat mendaki salah satu Seven Summit pada April 2016.

"Saya tidak kenal secara personal (dengan korban), tetapi saya cerita ke temen saya sampai nangis," katanya saat dihubungi Lifestyle Liputan6.com, Senin (3/3/2025).

Kejadian yang dialami rombongan pendaki dengan salah satunya ada Fiersa Besari membuka kembali memori lamanya. Ia mengatakan saat itu rombongannya terdiri dari 21 orang, satu orang lebih sedikit dari rombongan yang terkena musibah akhir pekan lalu. Namun, mereka yang selamat hanya 19 orang, termasuk Enda, sedangkan seorang lagi meninggal dunia.

"Bedanya, kami menginap di Teras Besar sebelum Summit (half way to Summit), sementara mereka dari Basecamp Yellow Valley langsung menuju Summit," ujar Enda.

Pendakian itu dilakukan dengan persiapan serius. Enda menyebut ia termasuk 12 atlet perempuan yang dilatih kurang lebih enam bulan sebelum mendaki. Tidak hanya fisik, pengetahuan mengenai mountaineering juga dipelajari. Hal itu sangat penting dimiliki mengingat medan pendakian Cartensz yang sulit.

"Dari basecamp sampai ke summit hanya batuan terjal dan tajam sehingga kemampuan menggunakan figure of 8 dan kemampuan SRT (tali temali) harus dikuasai dengan baik. Selain itu, cuaca yang sangat tidak terprediksi dan dapat berubah dalam hitungan detik, dari cuaca panas bisa menjadi hujan dan salju," Enda menguraikan tantangan.

Penyebab Kematian Pendaki Cartensz pada 2016

Enda menjelaskan insiden yang dialaminya setelah sampai puncak. Ia dan rombongan saat itu terkena badai salju ketika turun. Teman pendaki yang tak selamat saat itu terkena hipotermian. "Dikarenakan jumlah peserta yang mendaki terlalu banyak, sehingga antrean turun menggunakan tali menjadi panjang," katanya.

"Ditambah cuaca buruk, menyebabkan situasi semakin tidak terkendali," imbuhnya.

Belajar dari pengalaman pendakian Enda dan kawan-kawan, Freeport selaku pengelola kawasan memberlakukan aturan baru yang lebih ketat. Menurut Enda, jumlah rombongan pendaki dibatasi. Idealnya 8--10 orang pendaki dalam sekali pendakian dengan kemampuan yang merata.

"Lebih dari itu, risiko terburuk adalah terkena AMS/ hipotermia di cuaca buruk, seperti badai salju/hujan, atau dehidrasi di cuaca yang sangat panas. Di pendakian ke Pyramid yang pertama, saya terkena dehidrasi karena naik dan turun cuaca sangat panas," terang Enda.

Karena itu, ia mempertanyakan mengapa bisa rombongan pendaki yang mengalami kejadian nahas kemarin bisa lebih dari kuota. Terlebih, ia meyakini kejadian kemarin sebenarnya bisa dhindari bila disiplin terapkan aturan.

Minta Agen Pendakian Bertanggung Jawab

Ia meminta agen pendakian bertanggung jawab atas insiden tersebut. "Sebenarnya agent pendakian ini mencari apa sih? Uang ywh? Lalu mengabaikan nyawa keselamatan manusia?? ALAM MEMBACA MODUS kalian.. Dijawab dengan nyata," tulis Enda di Instagram Story-nya menanggapi insiden yang berulang.

Ia juga mendesak otoritas kembali menegakkan aturan seraya mendorong masyarakat lokal berperan kembali menjadi agen pendakian setempat. Ia menyebut insiden itu tak terlepas dari agen-agen pendakian luar daerah yang liar.

"Kalian bawa manusia hidup dan mengembalikan tanpa nyawa kepada keluarga mereka! Sedih banget..," sambungnya.

Kisah tragedi tersebut dirangkai Enda dalam buku Cartensz Pyramid: Titik Di 4884 MDPL. "Tujuannya agar orang-orang bisa belajar dari pengalaman kami, tetapi berulang dan hampir sama kejadiannya. Makanya saya sedih banget, seperti deja vu jadinya," tuturnya.

Sementara itu, Kepolisian Resor (Polres) Mimika, Papua Tengah, mengonfirmasi bahwa musisi Indonesia Fiersa Besari dan rombongannya telah dievakuasi setelah mendaki di Puncak Cartensz Pyramid. "Saat ini, Fiersa Besari dan rombongan telah berada di salah satu hotel di Timika," ujar Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman, dikutip dari Antara, Minggu, 2 Maret 2025.

2 Pendaki Puncak Cartensz Pyramid Dievakuasi ke Jakarta

Kapolres Mimika menyampaikan bahwa dua jenazah pendaki Puncak Cartensz Pyramid diterbangkan ke Jakarta menggunakan maskapai Lion Air, Senin (3/3/2025) pukul 10.45 WIT. Kedua korban bernama Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono meninggal dunia karena mengalami hipotermia dalam pendakian.

"Kedua jenazah berhasil dievakuasi ke RSUD Mimika menggunakan helikopter," kata AKBP Billyandha, melansir Antara.

Jenazah Elsa Laksono dievakuasi pada Minggu, 2 Maret 2025, kemudian langsung dibawa ke RSUD Mimika. Sementara, jenazah Lilie Wijayanti Poegiono dievakuasi pada keesokan paginya, pukul 06.53 WIT. "Evakuasi kedua jenazah berjalan dengan lancar meski terkendala cuaca buruk," ujarnya.

Elsa Laksono meninggal dunia saat perjalanan turun dari Puncak Carstenz Pyramid karena indikasi terkena gejala acute mountain sickness (AMS). Korban dievakuasi ke RSUD Mimika sekitar pukul 06.10 hingga 09.26 WIT. Lilie Wijayanti Poegiono dinyatakan meninggal dunia terkena gejala AMS pada saat turun dari Puncak Gunung Carstenz Pyramid pada Sabtu, 1 Maret 2025, sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh rekan dan guide pendamping di Teras Dua.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |