Liputan6.com, Jakarta - Bandung Zoo atau Kebun Binatang Bandung punya penghuni baru. Mereka kembali menambah koleksi satwanya setelah lahirnya seekor bayi orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dari pasangan Pehong dan Shakila.
Menurut Marketing Komunikasi Bandung Zoo, Sulhan Syafi’I, bayi orangutan ini berjenis kelamin jantan dan menambah jumlah koleksi orangutan Kalimantan di kebun binatang tersebut menjadi enam ekor. “Kelahiran ini jadi momen istimewa bagi kami. Saat ini, kami juga sedang mencari orang tua asuh bagi bayi orangutan ini. Kami harap yang mendaftar adalah mereka yang benar-benar mencintai satwa dan flora,” kata Sulhan di Bandung, Jumat, 21 Februari 2025, dilansir dari Antara.
Sulhan menyebut, Bandung Zoo membuka pendaftaran program orangtua asuh bagi bayi orangutan ini selama tujuh hari ke depan dengan melakukan wawancara untuk memilih orang yang paling tepat.
“Kami akan memilih orang yang tepat, yang memang mencintai satwa dan juga bisa mendukung Bandung Zoo untuk berkembang lebih baik lagi,” terangnya.Dia menambahkan, orangtua asuh yang terpilih nantinya akan menerima laporan berkala mengenai perkembangan bayi orangutan dan mendapatkan akses bebas masuk ke Bandung Zoo untuk melihat langsung satwa asuhannya.
“Kami sampai saat ini sudah memiliki enam orangtua asuh untuk satwa lain, terdiri dari dua harimau benggala dan empat tapir. Kami berharap dengan program ini, semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap satwa dan mendukung perkembangan Bandung Zoo,” ucapnya.
Sementara itu, Dokter Hewan Bandung Zoo, Dedi Trisasongko menjelaskan bahwa pihaknya menerapkan sistem perkembangbiakan alami bagi satwa yang ada, termasuk orangutan. Tiap ndividu diperkenalkan terlebih dahulu sebelum akhirnya disatukan dalam satu kandang jika mereka merasa cocok.Bayi orangutan tersebut berbobot 1,5 kilogram (kg) yang terlahir pada 13 Desember 2024.
a
“Kami tidak menggunakan inseminasi buatan atau artificial insemination. Proses reproduksi dilakukan secara alami dengan mempertimbangkan daya dukung lahan dan kesejahteraan satwa,” jelasnya.
Belum lama ini, lahan Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo disegel oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat. Penyegelan tersebut dilakukan usai Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung mengeluarkan surat penetapan sita.
Asisten Pidana Khusus Kejati Jabar, Dwi Agus Afrianto mengatakan penyegelan lahan Kebun Binatang Bandung telah dilakukan pada pekan lalu. Penyitaan tersebut mencakup enam titik aset milik Yayasan Margasatwa, termasuk kantor operasional, gedung, dan gudang. Meski telah dilakukan penyegelan, Kebun Binatang Bandung tetap diizinkan untuk beroperasi.
Selain itu, Dwi memastikan seluruh karyawan akan tetap beraktivitas seperti biasa. Kita pastikan baik karyawan maupun satwa tetap dalam kondisi baik. Sampai nanti ada pihak ketiga yang ditunjuk untuk mengoperasikan kebun binatang ini," ujar Dwi dalam keterangan tertulis, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com, Kamis,, 6 Februari 2025.
Kejati mengusulkan agar Kebun Binatang Bandung ke depannya dikelola oleh pihak ketiga yang lebih kompeten, mengingat beberapa pengurus yayasan saat ini tengah menghadapi dugaan tindak pidana korupsi.
Diketahui, Kejati Jabar telah menahan dua tersangka, Sri Devi (S) dan Raden Bisa Bratakusuma (RBB) dalam kasus dugaan penguasaan lahan Kebun Binatang Bandung secara ilegal. Keduanya diduga tidak pernah menyetorkan keuntungan dari pengelolaan kebun binatang ke kas daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.
a
Lahan Kebun Binatang Bandung yang berlokasi di Jalan Kebun Binatang Nomor 6 dengan luas 139.943 meter persegi dan di Jalan Kebun Binatang Nomor 4 seluas 285 meter persegi diklaim Pemkot Bandung sebagai Barang Milik Daerah (BMD).
Di sisi lain, Pemkot Bandung mengklaim tidak akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para karyawan Kebun Binatang Bandung.Pj Wali Kota Bandung, A Koswara mengatakan, hanya pihak pengelola yang akan mengalami perubahan. Sedangkan, karyawan dipastikannya akan tetap bekerja seperti biasa.
"Kalau pengelola ini kan badan usahanya atau pengelolanya yang diganti, kalau karyawan masih yang lama, tidak ada yang diganti," katanya dalam keterangan tertulis pada Rabu, 5 Februari 2025.Lebih lanjut, Koswara mengatakan bahwa permasalahan hanya ada pada badan pengelola, sehingga nantinya apakah badan pengelola akan tetap berbentuk badan usaha atau yayasan.
"Kalau mau ganti, kami serahkan kepada persatuan Kebun Binatang untuk menyeleksi pengelola yang baru," ujarnya.
Di bulan lalu, seekor orangutan tewas tersengat aliran listrik hingga jatuh ke parit di Jalan Raya Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Kejadian pilu itu viral di media sosial, usai warga menggunggah video tersebut.
Orangutan Tersengat Listrik
Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Persada Agussetia Sitepu, membenarkan kejadian tersebut berada di wilayah kerjanya. Ia menjelaskan, pihaknya pertama kali mendapatkan informasi dari laporan masyarakat.
"Setelah tiba di sana, orangutannya sudah tersengat dan jatuh ke parit. Terus kami periksa denyut nadinya sudah tidak ada," ungkapnya, Jumat, 31 Januari 2025, mengutip kanal Regional Liputan6.com.
Menurut Agussetia Sitepu, orangutan tersebut berjenis kelamin jantan dengan usia sekitar 14 tahun. Ia menduga mamalia tersebut keluar dari hutan lindung yang berada di daerah Rungan lewat perkebunan masyarakat. Sementara itu, jasad orangutan yang tewas tersebut dibawa ke laboratorium milik Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF). Hal ini guna dilakukan nekropsi terhadap jasadnya.
"Sebenarnya kondisinya (hutan) masih cukup baik. Mungkin kalau hujannya deras banjir karena daerah perlintasan sungai. Orangutan kan gak bisa basah," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan jika tewasnya orangutan tersengat aliran listrik di Kalteng merupakan kejadian pertama. Apalagi kejadian itu berada di jalan lintas nasional yang ramai dengan kendaraan bermotor."Kami juga sedang menganalisis, sebab belum pernah ada kejadian sebelumnya," pungkasnya.