6 Fakta Menarik Gunung Buleud yang Pernah Jadi Lokasi Ekspedisi Ilmuwan Dunia

6 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Buleud merupakan salah satu pegunungan tersier di Pulau Jawa. Lokasinya berada di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, titik puncaknya pun tepat berada di garis perbatasannya.

Mengutip dari laman Bandung Bergerak, Selasa, 4 Februari 2025, sisi selatan Gunung Buleud berada di Desa Cibodas, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sementara sisi utara gunung ini berada di Kampung Bahubang, Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat.

Puncak Gunung Buleud memiliki ketinggian 1.182 meter di atas permukaan laut (mdpl), berdasarkan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Masih banyak hal mengenai Gunung Buleud selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Buleud yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber. 

Gunung Buleud sangat layak untuk disambangi, sebab keindahan alamnya, memiliki lingkungan sejuk dan warga yang ramah. Adapun akses menuju Gunung Buleud dapat dicapai melalui jalur Desa Cibodas, atau memilih melalui jalur Desa Situwangi.

Kedua jalur ini sama-sama bisa dimulai dari jalan raya Soreang-Cipatik. Kondisi jalan cukup baik karena sudah diaspal, walau pada beberapa bagian sudah ada yang berlobang. Kondisi kawasan Soreang Bandung yang memiliki banyak gunung, membuat perjalanan akan sering menemui tanjakan dan turunan cukup curam. Pastikan kendaraan yang digunakan dalam keadaan layak jalan, baik motor maupun mobil.

2. Pernah Jadi Lokasi Expedisi Ilmuwan Dunia

Dalam catatan sejarah, Gunung Buleud pernah menjadi salah satu gunung yang masuk dalam daftar ekpedisi pengetahuan kelas dunia. Pada 19 Mei 1858, Dr. Höchstetter dan Dr. Eliza de Vrij sempay ke Gunung Buleud untuk meneliti formasi batuan yang berada di pinggir jurang dengan ukuran tinggi menjulang.

Ekspedisi ini dinamakan Ekspedisi Novara yang dipelopori oleh Kerajaan Austria menggunakan sebuah kapal laut jenis fregat yang diberi nama kapal SMS Novara. Ekspedisi Novara dimulai pada 30 April 1857 hingga 26 Agustus 1859. Selama melakukan perjalanan mengelilingi dunia, tercatat 30 kali mereka berhenti di berbagai penjuru dunia, salah satunya di Nusantara.

Di Nusantara mereka membuat penelitian di beberapa tempat. Gunung Gede, Gunung Tangkubanparahu, Gunung Buleud, Curug Halimun, Curug Jompong dan beberapa tempat lainnya di sekitar perbatasan Distrik Rongga (sekarang Cililin) dengan Cianjur termasuk di antaranya.

Cerita ekspedisi secara lengkap ada di Buku Naturalis Jerman di Tanah Priangan yang ditulis oleh Muhammad Malik Ar Rahiem. Disebutkan bahwa hasil dari ekpedisi Novara ini sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. 

3. Ada Batu Susun hingga Hutan Pinus

Selain Batu Susun yang sekarang dikenal dengan sebutan Batu Nini, Gunung Buleud juga memiliki  hutan pinus yang masih cukup rimbun. Hutan pinus ini bisa ditemui di perjalanan menuju puncak setelah melewati Batu Nini.

Di kawasan sebelum puncak juga sedang disiapkan kawasan bumi perkemahan. Apabila cuaca cerah dapat menikmati pemandangan malam, misalnya, kedipan lampu-lampu kota (citylight) yang membentang sepanjang cekungan kota Bandung dan Bandung Barat. Pun demikian, pemandangan matahari terbit akan sangat indah dinikmati dari sini.

4. Tempat Incaran Elang Mencari Mangsa

Gunung Buleud juga merupakan kawasan burung elang mencari makan. Banyak binatang-binatang berukuran kecil yang menjadi incarannya. Di antara kerimbunan semak-semak dijumpai beberapa sarang burung, ada yang sudah kosong, tapi ada juga yang masih berisi telur. Telur-telur ini adalah milik sejenis burung lokal, masyarakat menyebutnya burung jogjog, atau merbah cerukcuk, disebut juga trucukan nama ilmiahnya Picnonotus goiavier.

5. Asal-usul Nama Gunung Buleud

Gunung Buleud, sesuai namanya buleud dalam bahasa Sunda artinya bulat. Penamaan gunung ini bisa jadi mengikuti bentuknya yang membulat.

Ada pun batu susunnya diberi nama Batu Nini karena jika dilihat dari salah satu sudutnya seperti perwujudan seorang nenek, atau dalam bahasa Sundanya nini. Selain itu, menurut penuturan warga kadang-kadang ada penampakan nenek-nenek di tempat itu. Tetapi hal itu sudah lama dan jarang terjadi, kecuali kalau kawenehan atau kebetulan saja.

6. Bisa Sampai Puncak dengan Sewa Motor

Untuk mencapai puncaknya, dari arah Kampung Bahubang Situwangi pendaki bisa memilih jalan mendaki melewati perkebunan dan rimbunnya alang-alang. Namun Anda dapat juga memilih menggunakan kendaraan, khususnya roda dua, dan langsung parkir tidak jauh dari lokasi batu susunnya.

Jika datang dari Desa Cibodas juga sama, Anda bisa memilih berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua. Bahkan kalau melalui jalur Desa Cibodas, kendaraan roda dua bisa mencapai puncaknya langsung. Tetapi biasanya para penggemar hiking, tentu akan memilih mendaki secara perlahan sambil menikmati alam sekitar Gunung Buleud.

Warga keturunan Tionghoa membersihkan patung budha dan area ibadah lainnya di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Rabu (22/1/2025). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |