(8:02) Kalau Bapak ingin lebih mewah dari itu, (8:04) ya bukan makan bergizi gratis.
Prof. Dr. Epi Taufik, S.Pt., M.P.H.V., M.Si, Tim Dewan Pakar Badan Gizi Nasional
2. Pritha, Chief Marketing Officer PT So Good Food
3. Arif Tirtana, Guru & Content Creator
Ya, begini ya, saya kan juga belum ke lapangan. (0:30) Melihat semua, tapi gini, (0:33) bahwa BGN mengeluarkan standar Gizi, (0:38) nah nanti menunya, kan namanya SPPG ya, (0:43) atau Central Kitchen itu namanya SPPG kan, (0:47) Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi. (0:50) Di setiap SPPG itu, (0:53) sekarang kan memang di awal kemarin masih rekanan ya, (0:57) artinya pihak tiga, karena kan anggaran juga baru turun, (1:01) nanti mekanismenya reimburs ya.
(1:05) Nah ini rata-rata kan memang punya rekanan BGN, (1:09) tapi BGN sudah memberikan standar, standar dapurnya, standar masaknya, standar gizinya, (1:16) di setiap SPPG itu oleh BGN dikirim tiga orang. (1:21) Tiga orang itu yang dari Sarjana Pengerak Pembangunan Indonesia itu, SPPI, (1:25) yang sudah di training di Unhan juga di IPB itu terkait teknisnya. (1:31) Nah tiga orang ini di setiap SPPG itu, (1:34) satu kepalanya, Kepala Kasatpol disebutnya, (1:39) dua ahli Gizi, (1:41) yang ketiga untuk keuangan, akutansi.
Jadi nanti yang menerjemahkan menjadi menu setiap hari di widayah masing-masing, (1:51) itu yang tadi. (1:53) Kasatpol dibantu oleh yang ahli Gizi. (1:56) Sebenarnya kontek itulah kemarin ketika Pak Dadan mengungkapkan, (2:01) mungkin di Papua tidak senang nasi atau di Maluku senangnya sagu, (2:06) ya sagu karbohidratnya.
(2:12) Makanya BGN tidak menetapkan menu, (2:15) tapi menetapkan kandungan gizi sesuai pahawut SD, SMP, SMA. (2:21) Nah kalau ditanya tadi, apakah sudah sesuai semua? (2:24) Kan ada evaluasi tiap saat dengan para Kasatpol itu.
Itu dibawah Deputi Pemantoan dan Pengawasan yang mengontrol itu. (2:33) Apakah menunya... (2:35) Nah kemarin kan ada kejadian kita akui, (2:37) ayamnya kurang matang kan. (2:39) Namanya baru segala sesuatu dimulai, (2:42) dan menyiapkan setiap hari 3000 porsi itu kan bukan... (2:47) Mereka itu, ibu-ibu itu dari jam 3 pagi.
(2:51) Datang, nyuci sayuran, motong gitu ya. (2:54) Nah itu ya bagian dari evaluasi, (2:56) karena kan juga baru mulai. (2:59) Kemudian staf BGN sendiri belum full.(3:03) Belum bahkan kantornya aja kan masih numpang. (3:05) Tanda kutip ya. (3:07) Artinya semua kita harus mulai, (3:10) tetapi pasti ada kekurangan, ada kelemahan, (3:14) itu kita perbaiki, kita kontrol.
Setiap hari kita ada evaluasi. (3:19) Kan ada Deputi Pemantoan Pengawasan tugasnya itu. (3:23) Jadi... (3:25) Dan kalau ada apa-apa ya Kasatpolnya itu yang kita tanya, kita tegur ya.(3:30) Tapi kan secara umum, (3:32) kayak kemarin yang keracunan 40 orang ya, (3:35) dari hari itu yang menerima 800 ribu orang. (3:39) Ya bukan memudahkan, (3:40) tapi ya itu kejadian yang kita evaluasi kan artinya. (3:45) Dan setelah itu kan tidak terjadi lagi aman.
(3:48) Jadi mohon dilihatnya umum gitu ya, secara umum. (3:52) Termasuk yang ada lupa lauknya kan, pernah kan viral. (3:56) Nanti kan teman-teman jangan... (3:59) Ya yang gini-gini yang ekspos yang bagus.
Jadi namanya membagi 3 ribu terai, (4:06) kelewat 1 kan di hari pertama, (4:09) ya kita akui lah kewajar kan. (4:11) Setelah itu kan tidak. (4:12) Jadi semua karena ini dari nol dari awal, (4:17) semakin kesini insyaAllah semakin ini.(4:20) Sistem juga semakin baik. (4:22) Kan dari nol ini semua digitalisasi, (4:25) kan nanti itu setiap siswa juga di-fingerprint. (4:29) Yang sudah nerima fingerprint, sudah nerima fingerprint.
Supaya apa? Pemantoan tadi. (4:34) Jangan sampai ada tanda kutip korupsi ya, (4:38) dilaporkannya 3 ribu anak, (4:40) padahal yang nerima 1 ribu. (4:41) Dengan fingerprint, Pak Kepala BGN dari Jakarta (4:45) bisa mantau dari monitor.(4:47) Itu sudah ada, tapi ya tentu belum merata. (4:52) Jadi semuanya bertahap. (4:54) Jadi kalau ditanya secara umum, sudah.
(6:24) Itu yang dipantau oleh (6:27) deputi pemantauan, pengawasan. (6:33) Selama ini sih, (6:36) ya tadi mungkin yang keracunan itu kan (6:38) yang sekali itu ya, 40 orang. (6:40) Habis itu tidak ada lagi, (6:42) terus yang ketinggalan lauknya, (6:45) ya baru satu itu.
Ada yang tidak suka, (6:48) ya pasti ada ya dari sekian (6:50) ratus ribu anak, (6:52) tetapi justru yang kita dengar (6:54) dari Simele, (6:56) ya pulau Simele di sana ujung barat (6:57) dari Papua, (6:59) yang kita dengar cerita-cerita sedih, (7:02) karena ada anak yang tidak mau makan. (7:04) Dipaksa tidak mau, nangis. (7:06) Karena ingat ibunya belum makan, (7:08) adiknya belum makan, (7:09) jadi mereka mau bawa pulang.
(7:12) Sampai dirayu makan setengahnya saja. (7:14) Nanti sisanya boleh dibawa. (7:17) Ada juga yang di Jakarta ini, (7:19) kebetulan (7:22) ayahnya bekerja di kementerian, (7:24) kementerian pertanian, (7:25) dan kenal saya, itu protes.(7:27) Kok menu-nya cuma gini? (7:29) Saya bilang, ya Allah Bapak, (7:31) itu sudah lengkap Pak. (7:32) Ada sayur, nasi, (7:34) daging ayam, (7:37) buah, jeruk, (7:38) sama susu. (7:39) Saya bilang di beberapa daerah belum lengkap tuh, (7:42) susunya belum ada, (7:43) karena ketersediaannya belum ada.
(7:47) Yang Bapak maksud, (7:48) kok cuma gini tuh apa? (7:49) Saya bilang, (7:50) kan kita melihat secara gizinya, (7:54) sudah terpenuhi. (7:56) Serat, komposisi karbohidrat, (7:58) protein, lemak, (8:00) serat, sudah terpenuhi. (8:02) Kalau Bapak ingin lebih mewah dari itu, (8:04) ya bukan makan bergizi gratis.
Protein (10:48) tidak harus daging sapi. (10:51) Itu, itu (10:52) intinya itu. Kalau di sana sukanya ikan, (10:54) ya ikan.
(17:03) Prof, boleh minta nomor kontaknya dulu nggak Prof? (17:06) Punya pengalaman nih ya, (17:08) terkait bawa bekal, (17:10) anak-anak bawa bekalin. Itu kalau (17:11) ngelihat proporsinya, apa yang (17:14) biasanya paling banyak mereka bawa di (17:15) kotak bekal masing-masing? Masih banyak (17:18) emis sih. Masih banyak emis sama (17:20) kue-kuean, tapi yang kecuali di hari Jumat itu, karena (17:22) memang kalau di hari Jumat itu, sekolah kami (17:24) mewajibkan dari kelas 1 sampai kelas 6 (17:25) membawa anak itu, emang ada programnya (17:28) satu hari makan makanan sehat.
Nah, kalau itu (17:29) kami cek, ya benar-benar semuanya ada. (17:31) Dari segini karmogennya, protein, serat itu ada. (17:33) Tapi dilebihnya dari Senin sampai Kamis, (17:35) ya balik lagi.Kayak suka-suka orang tua (17:37) mau ngasih makanan. (17:39) Terima kasih banyak ya, Pak. (17:41) Kayak gitu.
(17:43) Itu dari kapan program Uptime One (17:45) di sekolah? Kalau itu (17:47) sudah mulai dari tahun 2023. (17:50) Karena, kan selama ini kita COVID-nya ya. (17:52) Dari 2022 COVID, terus (17:53) 2023, sekolah kami menumpang (17:55) karena ada pembangunan.Jadi (17:57) pas baru 2023-2004, kami baru (17:59) balik ke sekolah kami yang asin, dan di situ baru mulai program. (18:02) Jadi kita, (18:03) apa namanya, untuk menunjung program itu, kami juga (18:05) bekerjasama dengan pihak luar untuk memberikan (18:08) tempat makan, tempat minum (18:09) sendok darpu. Jadi mereka udah gak mikirin (18:11) lagi nih tempat makannya apa, jadi mereka udah punya sendiri.
(18:14) Bisa dibawa pulang gitu? (18:15) Bisa dibawa pulang memang untuk mereka. (18:17) Kalau misalnya (18:19) alasannya kenapa sih orang tua gak sih (18:21) mie lagi, mie lagi gitu? (18:23) Mungkin karena gampang (18:25) dan juga kurangnya edukasi (18:27) tentang protein tadi. (18:28) Jadi yang menurut... Bener-bener cuma mie gak pake (18:31) tambah sayur? Enggak, bener-bener (18:33) karbo doang, karbo-karbo doang.Jadi (18:35) kalau misalkan mie tambah sayur, it's okay, gak masalah (18:37) ya, masih ada seratnya. Misalkan mie (18:39) ada protein, ada laul ikannya, gak masalah. (18:41) Telurnya juga gak masalah.
Tapi ini bener-bener (18:43) tok mie doang, kayak gitu. Itu mungkin karena kurangnya (18:45) edukasi pengetahuan (18:47) tentang si orang tuanya terhadap kebutuhan (18:49) anak protein itu untuk apa, kayak gitu. Bahkan kayak (18:51) kalau ngeliat status orang tuanya tuh ada yang abis status (18:53) anaknya jajan ini, jajan ini.Seneng gitu (18:55) diajak anaknya jajan, misalkan jajan (18:57) cireng. Terus anaknya makan lahap (18:59) ih, makannya lahap, seneng. Padahal ya (19:00) gak baik gitu.
Sekolah kami tuh kecil (19:37) banget, gak ada kantin. Jadi jajanan itu di luar. (19:39) Di luar gerbang.(19:41) Jadi makanya setiap hari Jumat itu anak-anak (19:42) gak boleh keluar gerbang. Jadi (19:44) makannya di dalam sekelas. (19:46) Jadi tukang jualan pas hari Jumat (19:48) tidur ya? Tetep ada.Jadi (19:50) anak-anak jajanan malah pas pulang sekolah. (19:52) Jam sebelas ini tuh kayak waduh ya sama aja sih. (19:54) Tapi kita emang mulai pelan-pelan membiasakan (19:57) dan sekarang anak-anak udah mulai (19:58) ya paham juga sih.
Dan saya pun sekarang (20:00) udah mulai membiasakan bawa bekel (20:02) cuman memang sekarang lebih ke (20:04) umbi-umbian segala macem. Jadi anak-anak tuh tau (20:07) bahwa ini loh makanan yang (20:08) baik untuk kalian. (20:10) Terima kasih.