Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang memperlihatkan murid sekolah dasar (SD), belajar renang di lapangan sedang banyak dibahas warganet Video itu beredar luas di media sosial dan viral, salah satunya di akun Instagram @moood.jakarta pada Sabtu, 22 Februari 2025.
Dalam video tampak para siswa melakukan gerakan renang di atas lantai lapangan tanpa adanya air. Kejadian ini terjadi setelah sejumlah orangtua murid disebut memprotes dugaan pungutan biaya untuk kegiatan pelajaran renang.
Keterangan dalam unggahan tersebut menyebutkan bahwa pembelajaran renang dipindahkan ke lapangan setelah pihak sekolah menghentikan kegiatan renang akibat protes dari para orangtua mengenai iuran atau pembayaran. Video yang kemudian viral itu memicu beragami reaksi dari warganet.
Banyak yang mempertanyakan keputusan pihak sekolah, terutama mengenai pemakaian dana operasional yang seharusnya mencakup kegiatan seperti pelajaran renang. Beberapa komentar netizen menyoroti adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dialokasikan pemerintah setiap tahunnya untuk mendukung kegiatan pendidikan, termasuk ekstrakurikuler seperti renang. Sampai berita ini ditulis, pihak sekolah belum memberikan pernyataan resmi terkait kejadian tersebut.
Dari informasi keterangan yang ditulis oleh akun Instagram tersebut. Diketahui, pemerintah telah mengalokasikan dana BOS dan Program Indonesia Pintar (PIP) untuk mendukung pendidikan gratis bagi siswa dari tingkat SD hingga SMA/SMK. Bantuan itu berlaku untuk sekolah negeri dan swasta.
Yang jelas unggahan itu mendapat bergaam komentar dari warganet. Banuak yang mempertanyakan langkah yang diambil pihak sekolah. Namun tak sedikit juga yang mendukung tindakan pihak sekolah.
Pendapat Warganet Terbelah
"Yaelah bu, namanya renang yaaa bayar laaaa... lu masuk waterboom aja gak gratis 🤣🤣🤣 kasian bgt malah praktik di lapangan," komentar seorang warganet.
"Mungkin ada yg bisa jelaskan, penggunaan dana bos pada ekskul renang di bagian mana ya???" tanya warganet lain.
"Hahaha dana bos pake nanya kemana ?? guru2 aja gatau apalagi anak murid wkwkwk," jawab yang lain.
"Gimana perasaan ortu siswanya lihat begini??...padahal kalo bayar siswa jadi tau teknik renang..siswa juga senang bisa sambil bermain...karena belajar ga melulu di ruang kelas," sahut pengguna yang lain.
"Klo menurutku ortunya aja sih yg kebangetan.. namanya renang pasti ada tiket masuk dan transport lah," sahut warganet lain. "Yg pnting kan makan gratis," timpal warganet lainnya.
Ada juga yang mengaitkan kejadian tersebut dengan Gubernur Jawa Barats. Beberapa pekan lalu sebelum dilantik, Dedi Mulyadi, melarang sekolah mengadakan kegiatan yang memungut biaya. Termasuk kegiatan seperti study tour dan renang.
Dalam sebuah unggahan di akun Instagramnya @dedimulyadi71 pada Jumat, 7 Februari 2025, Dedi menyatakan, "Sekolah tidak boleh menyelenggarakan kegiatan study tour yang di dalamnya ada pungutan, termasuk kegiatan seperti renang dan sejenisnya yang di dalamnya ada pungutan pada siswa."
Menurut Dedi, sekolah bukanlah tempat transaksi perdagangan. Praktik tersebut dapat menimbulkan kecurigaan yang berujung pada tekanan psikologis bagi para guru.
Gubernur Jawa Barat Larang Pungutan Tambahan
"Sekolah jangan jadi ladang untuk melakukan proses transaksi perdagangan. Sekolah tidak boleh jual buku, sekolah tidak boleh lagi jual LKS, sekolah tidak boleh lagi jual seragam," tegasnya.Dedi ingin menekankan pentingnya menjaga integritas dan fokus pendidikan di sekolah.
Mantan Bupati Purwakarta ini juga menjelaskan bahwa anggaran bantuan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat akan difokuskan pada kegiatan yang benar-benar penting. Video belajar renang di sekolah itu sepertinya hampir mirip dengan kejadian di masa Pandemi COVID-19. Ketika itu segala kegiatan mengajar dan belajar di sekolah dialihkan melalui layar virtual. Kita tidak dapat lagi melihat pemandangan guru menulis materi pembelajaran di papan tulis.
Yang menyedihkan, Anda juga tidak dapat mengobrol dengan teman sekelas ketika pelajaran tengah membosankan. Kini, keadaannya berubah semua kegiatan tersebut terasa hampa karena hanya bisa dinikmati lewat layar handphone maupun laptop.
Meski sekolah daring, lantas tidak membuat pekerjaan rumah (PR) semakin mudah. Tugas-tugas yang diberikan malah semakin kompleks dan bervariasi. Yang biasanya, hanya berbasis tulisan kini mulai ada versi visual berupa video.
Seperti yang dialami salah satu siswa yang mengutarakan isi hatinya lewat akun X (dulunya Twitter) @bookimbab mengaku trauma dengan tugas yang diberikan oleh gurunya. Meski telah diberi contoh, hal tersebut tetap membuatnya merasa bingung.
Tugas Gerakan Renang di Kasur
Pasalnya, ia diminta untuk membuat video tutorial macam-macam gerakan renang tapi dilakukan di atas kasur. Melansir kanal Citizen6 Liputan6.com, 26 Agustus 2020, video tersebut menampilkan adegan seorang lelaki memperagakan jenis-jenis gaya renang di kasur.
Kemunculan video tersebut mengundang tawa bagi pengguna jejaring sosial. Sebab, video tersebut bukannya terlihat seperti perenang, tetapi layaknya orang yang kerasukan. "Wkwkwk plis nder kaya lagi pembasmian setan," cuit akun @cee_238.
Murid tersebut bersama teman-teman sempat tidak setuju dengan tugas yang diajukan oleh guru olahraga. Namun, sayangnya guru tersebut tetap menyuruh anak didiknya membuat video yang dicontohkan. Dengan berat hati, mereka pun melakukannya.
Pengalaman serupa juga dialami oleh akun @Greavitears, tetapi perbedaannya ia disuruh untuk menyanyikan lagu sunda dengan lirik lagu yang diubah jadi kumpulan rumus matematika trigonometri. Pembelajaran yang serba daring menambah tingkat kesulitan yang lebih kompleks.
Jika pandemi COVID-19 tidak ada, pengalaman-pengalaman yang seperti ini menjadi kenangan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Melihat unggahan tersebut mengundang tawa publik. Banyak dari mereka merasa terhibur dan menanggapinya dengan berbagai respons.