Tudingan Perundungan Muncul Usai Pangeran Harry Mundur dari Organisasi Amal yang Didirikannya untuk Kenang Putri Diana

2 days ago 19

Liputan6.com, Jakarta - Drama baru tercipta kembali di hidup Pangeran Harry yang terasing dari keluarga Kerajaan Inggris. Ia memutuskan mundur dari Sentebale, organisasi amal yang didirikannya bersama Pangeran Seeiso untuk mengenang warisan nilai hidup Putri Diana dengan wilayah kerja di Afrika.

Pengumumannya disampaikan pada Rabu, 26 Mei 2025, mengutip Hello Magazine, Minggu (30/3/2025). Ia dan Pangeran Seeiso menyatakan akan mundur dari jabatan mereka sebagai patron, sebagai wujud solidaritas terhadap dewan wali amanat yang mengumumkan mundur lebih dulu.

Dalam pengumuman tersebut, Pangeran Harry menyatakan bahwa 'hubungan antara wali amanat dan ketua dewan telah rusak dan tidak dapat diperbaiki, menciptakan situasi yang tidak dapat ditoleransi'. Menurut The Times, pangkal masalah pelik di Sentebale berpusat pada hilangnya kepercayaan dan keyakinan terhadap ketua dewan wali amanat, Dr. Sophie Chandauka.

Ia ditunjuk sebagai ketua pada tahun lalu setelah menjabat sebagai anggota dewan Sentebale pada 2008--2014. Belakangan, para anggotanya - Timothy Boucher, Mark Dyer, Audrey Kgosidintsi, Dr. Kelello Lerotholi, dan Damien West - memutuskan mengundurkan diri dengan alasan bahwa hal itu akibat 'hilangnya kepercayaan dan keyakinan kami terhadap ketua dewan'.

Tidak terima dengan keputusan pada anggotanya, Sophie menyerang balik dengan melaporkan para wali amanat ke Komisi Amal Inggris. Ia menuding mereka melakukan penyalahgunaan kekuasaan, perundungan, seksisme, dan rasisme.

Serangan balik juga dilancarkan Sophie pada Pangeran Harry dengan menyebar tudingan soal Meghan Markle yang ikut campur. Hal itu dipandang sebagai fitnah oleh sumber yang mengetahui masalah internal Sentebale.

Promosi 1

Pangeran Harry Disebut Toksik oleh Ketua Dewan Wali Amanat

Dalam wawancara dengan Financial Times, Sophie yang merupakan seorang pengacara kelahiran Zimbabwe mengklaim bahwa perselisihannya dengan Pangeran Harry bermula pada April 2024. Saat itu, ia menolak permintaan tim Pangeran Harry untuk membela Meghan Markle di depan publik setelah liputan media yang negatif.

Dalam sebuah video yang direkam oleh HELLO! pada April tahun lalu, Sophie dan Meghan terlihat berinteraksi secara canggung di atas panggung setelah pertandingan polo amal Sentebale. Ia menyatakan, "Saya menolak permintaan tersebut karena kami tidak boleh menjadi perpanjangan dari mesin PR Sussex."

Sophie berpendapat bahwa sentimen publik yang tidak stabil terhadap Pangeran Harry pasca-kepindahannya ke Amerika Serikat, dampak perilisan buku Spare pada 2023 dan dokumenter Netflix pada  2022, memengaruhi kemampuan Sentebale untuk melakukan diversifikasi dan mempekerjakan karyawan senior.

"Saat kami mulai mewawancarai calon karyawan, mereka mengajukan pertanyaan tentang pesan-pesan yang beragam mengenai patron kami," ucapnya.

Mengutip People, dalam wawancara berbeda, Sophie bahkan menyebut, "Risiko nomor 1 untuk organisasi ini adalah toksiknya brand pemimpin patron." Itu merujuk pada Pangeran Harry sebagai pendiri organisasi, padahal Harry berkontribusi signifikan pada keuangan organisasi.

Merasa Jadi Korban Perundungan dan Pelecehan

Dalam wawancara lain dengan Sky News, yang akan ditayangkan secara penuh pada Minggu, 30 Maret 2025, Chandauka mengaku telah mengalami "pelecehan dan perundungan dalam skala besar" setelah Harry dan yang lainnya meninggalkan organisasi tersebut.

"Satu-satunya alasan saya ada di sini ... adalah karena pada suatu saat di hari Selasa, Pangeran Harry mengizinkan perilisan berita yang merusak ke dunia luar tanpa memberi tahu saya atau country director saya, atau direktur eksekutif saya," kata Chandauka kepada Trevor Phillips dari Sky News.

"Dan dapatkah Anda bayangkan apa yang telah dilakukan serangan itu terhadap saya, terhadap saya dan 540 individu dalam organisasi Sentebale dan keluarga mereka?" lanjutnya. "Itu adalah contoh pelecehan dan perundungan dalam skala besar."

Sophie juga menuduh dewan amal melakukan "misogini dan misoginioir," atau kebencian terhadap perempuan kulit hitam, atas perlakuan mereka terhadapnya sebagai seorang pemimpin. Namun, sumber People menyebut bahwa konflik internal itu bermula dari masalah tata kelola, bukanlah urusan pribadi. 

Klaim Sophie tentang intimidasi, bias rasial, hingga diskriminasi gender adalah 'tidak berdasar dan berpotensi mencemarkan nama baik'. Pernyataan itu diperkuat pernyataan anggota wali amanat lainnya, Dr. Kelello Lerotholi yang menyangkal menyaksikan perilaku tersebut.

Pertandingan Polo Amal Terakhir

Harry dan Pangeran Seeiso dari Lesotho mendirikan Sentebale pada 2006 sebagai jawaban terhadap kebutuhan anak-anak dan remaja yang tinggal di negara Afrika bagian selatan. Nama badan amal tersebut, Sentebale, berarti jangan lupakan saya dalam bahasa Sesotho di Lesotho dan mewakili janji untuk mengingat dan membantu anak-anak yang rentan.

Sejak 2010, organisasi itu secara rutin menggelar pertandingan polo tahunan yang telah mengumpulkan lebih dari 11 juta pondsterling untuk mendukung upaya Sentebale dalam menangani anak-anak dan remaja yang terdampak kemiskinan, kesenjangan dan HIV/AIDS di Afrika bagian selatan.

Mengutip Hello Magazine, Minggu, 14 April 2024, pertandingan polo amal terakhir digelar di Royal Salute Polo Challenge di Wellington, Florida pada Jumat, 12 April 2024. Tim Sentebale yang dibela Harry bertanding melawan tim teman lamanya, Nacho Figueras. 

Sentebale memenangkan babak pertama dengan skor 1-0 meski Harry tak menyumbang poin. Pada babak kedua, Pangeran Harry berhasil mencetak satu poin dan memastikan posisi timya sebagai juara hari itu. 

"Kerja bagus semuanya," kata Meghan Markle saat menyelamati tim Sentebale seraya menyerahkan trofi kemenangan. Hadiah uang dari pertandingan tersebut selanjutnya didonasikan kepada badan amal Harry, Sentebale. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |