Stasiun Pengumpulan Sampah Plastik Mulai Tersedia di Jakarta Aquarium & Safari, Pengunjung Diminta Bawa Tumbler Pribadi

2 days ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Penanganan sampah plastik perlu peran dari semua pihak. Memanfaatkan Hari Daur Ulang Sedunia, Jakarta Aquarium & Safari (JAQS) meluncurkan Waste Station pada Sabtu, 22 Januari 2025. Inisiatif itu merupakan lanjutan komitmen JAQS yang sejak 18 Maret 2025 tidak lagi menyediakan tempat penitipan botol plastik, tetapi membolehkan pengunjung bawa tumble pribadi guna mengurangi sampah plastik.

Itu adalah fasilitas khusus bagi masyarakat untuk mengumpulkan sampah plastik yang nantinya akan diproses menjadi produk yang lebih bermanfaat. Atraksi wisata yang berlokasi di Jakarta Barat itu menggandeng Plasticpay dan Le Minerale untuk mengjajak masyarakat berperan aktif dalam mengelola sampah plastik.

"Sebagai bagian dari ekosistem konservasi, kami percaya bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Kolaborasi dengan Le Minerale dan Plasticpay ini menjadi langkah nyata dalam mengedukasi masyarakat serta mendorong kebiasaan daur ulang demi masa depan yang lebih hijau," kata Angela Stella, General Manager JAQS, dalam rilis kepada Lifestyle Liputan6.com.

Acara peluncuran tersebut juga diramaikan dengan program edukasi interaktif tentang pentingnya daur ulang plastik dengan materi tentang siklus hidup botol plastik, pengelolaan sampah, produk berkelanjutan, dan pentingnya peran masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terkait pelestarian lingkungan.

Dalam kesempatan tersebut, Jakarta Aquarium & Safari juga merilis tumbler sebagai produk terbaru yang tersedia di Ocean Wonder, toko suvenir dan merchandise resmi JAQS. Produk tersebut diklaim sebagai sebagai solusi untuk meminimalisir penggunaan sampah plastik sekali pakai.

Promosi 1

Menteri LH Bakal Tagih Tanggung Jawab Brand Penyumbang Kebocoran Sampah Plastik

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan pendekatan berbeda untuk mengatasi masalah sampah plastik yang mencemari lingkungan, yakni dengan menggunakan konsep polluter pays principle.

"Jadi siapapun yang mencemarkan lingkungan, termasuk brand-brand itu, harus bertanggung jawab. Untuk tanggung jawabnya bagaimana nanti ada semacam tuntutan bisa diselesaikan melalui di luar pengadilan sebagaimana diatur dalam Undang Nomor 32 Tahun 2009, maupun melalui pengadilan," jelas Menteri LH saat meninjau pengelolaan sampah Rest Area KM 57, Rabu, 26 Maret 2025, dikutip dari Antara, Minggu, 30 Maret 2025.

Pemerintah sebelumnya sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen sebagai bagian dari Extended Producer Responsibility (EPR) atau tanggung jawab produsen yang diperluas, menyasar produsen sektor manufaktur, jasa makanan dan minuman serta ritel.

Dengan pendekatan itu, pihaknya akan menuntut pertanggungjawaban produsen yang sampah kemasan plastiknya mencemari lingkungan. "Saya tidak main-main, saya akan serius untuk mengurangi itu. Karena kalau itu bisa dilaksanakan, akan mengurangi beban sampah kita," imbuhnya.

Hasil Audit Brand Report 2025 Sungai Watch

Hanif menyatakan bahwa kebijakan lebih tegas diambil setelah berkunjung ke Bali. Ia menemukan banyak sampah di pesisir yang berasal dari sejumlah produsen besar dan masih menggunakan kemasan plastik sekali pakai, termasuk kemasan saset dan kemasan multilayer. Total sampah yang diangkut dari sejumlah pantai di Bali juga mencapai puluhan ton selama musim angin muson barat lalu.  

Pada Februari 2025, organisasi lingkungan berbasis di Bali, Sungai Watch, resmi merilis Brand Audit Report 2024. Edisi kelima laporan tahunan ini disebut "lebih dari sekadar data," karena merupakan "peringatan bagi perusahaan, pembuat kebijakan, dan konsumen tentang merek yang mendominasi sampah plastik."

Dalam laporannya, dikutip Kamis, 27 Februari 2025, Sungai Watch menulis, "Tahun ini (2024), kami telah memperluas operasi pembersihan kami di Jawa Timur, dengan mengambil sampel terbesar dan paling beragam secara geografis. Dengan perluasan ini, kami melihat tren perubahan dalam polusi plastik."

Satu, kata mereka, ada pemimpin baru di antara perusahaan-perusahaan paling berpolusi, menandai perubahan peringkat pertama dalam empat tahun terakhir. Kedua, ketergantungan yang meluas pada wadah air minum plastik, mengungkap tantangan yang sedang berlangsung dalam akses ke air bersih.

Daftar Produsen dan Brand Penyumbang Sampah Plastik yang Cemari Lingkungan Terbanyak

Hasil analisis Sungai Watch yang dipaparkan dalam laporan menunjukkan bahwa kesenjangan antara kebijakan dan aksi masih lebar. Padahal, Rencana Aksi Nasional Indonesia menargetkan pengurangan sampah laut sebesar 70 persen pada 2025. 

"Laporan ini dirancang untuk mendorong percakapan yang konstruktif dan perubahan yang berarti. Kita membutuhkan aksi yang mendesak dan sistemik, bukan sekadar janji," mereka menyatakan.

Berdasarkan Brand Audit Sungai Watch tahun 2024 di Banyuwangi dan Bali, dengan total sampel 623.021 item, berikut 10 perusahaan induk penyumbang sampah plastik terbanyak tahun lalu:

Wings (52.600)

Danone (39.480)

Indofood (34.043)

Unilever (32.372)

Mayora (30.209)

Ultrajaya (29.543)

OT (24.531)

Nestle (17.678)

Yakult (17.243)

Sosro (16.419)

Berdasarkan komparasi data 2023 dan 2024, merek yang naik level sebagai polutan plastik terbanyak adalah Wings, Unilever, Mayora, dan Yakult. Di sisi lain, yang turun peringkat, yakni Danone, Ultrajaya, dan OT.

Sementara itu, dari jajaran brand, berikut 10 merek penyumbang sampah plastik terbanyak berdasarkan Brand Audit Sungai Watch tahun 2024 di Banyuwangi dan Bali, dengan total sampel 623.021 item:

AQUA, Danone (36.826)

Indomilk, Indofood (21.641)

Ultramilk, Ultrajaya (19.254)

Teh Gelas, OT (18.444)

Yakult (17.243)

You C 1000 (12.331)

Teh Pucuk, Mayora (12.219)

Cimory (10.890)

Red Bull (9.908)

Pepsodent, Unilever (9.724)

Seorang pria mengumpulkan sampah di pantai Pulau Pombeba, Teluk Guanabara, Rio de Janeiro, Brasil, Senin 17 Februari 2025. (Pablo PORCIUNCULA/AFP)
Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |