Qatar Airways Digugat Anak Penumpang yang Tewas Tersedak Usai Disuruh Makan Daging

1 week ago 71

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Qatar Airways digugat anak penumpang pesawat yang tewas karena tersedak usai 'diperintahkan' memakan daging. Padahal, penumpang bernama Asoka Jayaweera (85) telah meminta disediakan makanan vegetarian.

Menurut laporan surat kabar Inggris The Independent, dikutip dari Strait Times, Sabtu (11/10/2025), insiden itu terjadi saat Asoka terbang dari Los Angeles ke Sri Lanka pada 1 Agustus 2023. Dalam dokumen gugatan yang diajukan Surya, putra Asoka, pria itu diberitahu pramugari bahwa tidak ada makanan vegetarian yang tersisa.

Ia pun diberikan makanan biasa dan dinsitruksikan 'untuk memakan daging tersebut'. Saat mencoba menelannya, Jayaweera mulai tersedak, tanpa dirinci dalam dokuman apa tepatnya yang membuat pria itu tersedak

Awak pesawat lalu menghubungi MedAire, layanan yang berbasis di Phoenix, Arizona, yang memiiki dokter gawat darurat terlatih untuk memandu staf maskapai dalam keadaan darurat medis di dalam penerbangan dari jarak jauh. Mereka meminta bantuan karena kondisi mendiang Asoka kemudian tidak sadarkan diri.

Penumpang Tidak Sadarkan Diri

Asoka dinyatakan tidak sadarkan diri selama lebih dari 3,5 jam hingga pesawat mendarat di Edinburgh, Skotlandia. Ia kemudian dibawa ke rumah sakit dan meninggal pada 3 Agustus 2023 karena pneumonia aspirasi, menurut gugatan tersebut. Ini adalah infeksi yang disebabkan oleh menghirup makanan atau cairan ke dalam paru-paru, alih-alih menelannya.

Dalam laporan pada 6 Oktober 2025, The Independent mengatakan bahwa dalam gugatan tersebut dinyatakan pilot tidak dapat mendarat darurat karena pesawat 'melewati Lingkaran Arktik/Samudra'. Namun, Surya Jayaweera, dalam pengaduannya, membantah keterangan itu dengan mengatakan bahwa pesawat berada di atas negara bagian Wisconsin di Midwest AS dan kemungkinan telah dialihkan.

The Independent mengatakan bahwa baik Qatar Airways maupun Jayaweera tidak menanggapi permintaan komentar.

Sebelumnya,  Qatar Airways juga disorot publik setelah pasangan penumpang asal Australia terpaksa duduk bersebelahan dengan seorang penumpang wanita yang meninggal di tengah penerbangan dari Melbourne ke Doha. Maskapai mengklaim bahwa awaknya "bertindak cepat, tepat, dan profesional" atas tindakan tersebut.

Kasus Penumpang Duduk di Sebelah Jenazah

Maskapai penerbangan tersebut mengeluarkan pernyataan kepada BBC pada Jumat, 28 Februari 2025, setelah pasangan tersebut mengatakan kepada Channel Nine Australia bahwa mereka trauma karenanya. Qatar Airways pun meminta maaf dalam pernyataan sebelumnya atas "ketidaknyamanan atau tekanan yang mungkin ditimbulkan oleh insiden ini".

Insiden tersebut memicu perdebatan mengenai prosedur penanganan kematian di dalam pesawat. Mitchell Ring dan Jennifer Colin, yang sedang bepergian ke Venesia untuk berlibur, mengatakan awak kabin meletakkan jenazah wanita yang ditutupi selimut itu, di sebelah Ring selama empat jam terakhir dari penerbangan selama 14 jam. Ring mengatakan awak kabin mengalami kesulitan memindahkan jenazahnya melalui lorong ke bagian kelas bisnis karena "dia adalah wanita yang cukup besar".

Mereka kemudian meminta Ring untuk pindah dan menempatkan wanita itu di kursi yang didudukinya. Sementara, Colin diajak penumpang lain untuk duduk di sebelahnya di seberang lorong. Ring mengatakan staf pesawat tidak menawarkan untuk memindahkannya ke tempat lain meskipun ada kursi kosong di sekitarnya.

Aturan Penanganan Jenazah dalam Penerbangan

Qatar Airways mengatakan bahwa penanganan kru atas kematian wanita itu "sesuai dengan pelatihan dan praktik standar industri".  "Merupakan kenyataan yang tidak menguntungkan bahwa kematian yang tidak terduga terkadang terjadi di dalam pesawat di seluruh industri penerbangan dan kru kami sangat terlatih untuk menangani situasi ini dengan rasa hormat dan martabat sebanyak mungkin," kata pihak maskapai dalam pernyataannya.

Pihak maskapai mengaku telah menawarkan dukungan dan kompensasi kepada keluarga almarhum dan penumpang lain yang "secara langsung terdampak" oleh insiden tersebut. Collin menanggapi pernyataan itu dengan menyatakan bahwa pihaknya tidak dapat meminta pertanggungjawaban atas kematian wanita tersebut, tetapi ia menuntut protokol penanganan yang lebih baik.

Menurut pedoman Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) tentang penanganan kematian di dalam pesawat, orang yang meninggal harus dipindahkan ke kursi, sebaiknya kursi yang hanya ada sedikit penumpang di dekatnya, dan ditutupi dengan selimut atau kantong jenazah hingga ke leher. Jenazah juga dapat dipindahkan ke area lain yang tidak menghalangi lorong atau pintu keluar. Setelah mendarat, asosiasi menyarankan agar penumpang lain turun sebelum jenazah ditangani otoritas setempat.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |