Liputan6.com, Jakarta - Kerusakan kereta gantung di Tianmen Mountain Scenic Area, Provinsi Hunan, China, menyebabkan puluhan wisatawan melayang di udara selama lebih dari satu jam. Insiden tersebut terjadi pada 5 Oktober 2025 sekitar pukul 18.40, waktu setempat, akibat kerusakan listrik dan kegagalan mengomunikasikannya, lapor publikasi Tiongkok, Sohu, dikutip dari VN Express, Jumat, 10 Oktober 2025.
Beberapa video yang direkam wisatawan jadi viral di Douyin, memperlihatkan dua kereta gantung berayun hebat di udara. Setiap kereta berisi sekitar 10 penumpang, yang semuanya tampak panik dan ketakutan, lapor The Paper.
Seorang korban menggambarkan pengalaman menakutkan tersebut, mengatakan bahwa kereta gantung terus-menerus menyala dan berhenti, "seperti berayun di ayunan tinggi di langit, yang sangat berbahaya." Di video lain, seorang turis wanita terlihat berteriak saat kereta gantung bergetar hebat.
Beberapa orang mengaku "jantung mereka hampir berhenti" saat melihat rekaman tersebut, sementara yang lain mengatakan, "akan sangat mengerikan jika ada angin kencang." Manajemen kawasan wisata mengaktifkan rencana darurat untuk memastikan keselamatan para turis.
Berhasil Dievakuasi
Sistem kereta gantung akhirnya behasil diperbaiki pada pukul 20.00 dan para penumpang yang terlantar dibawa ke tempat yang aman. Kawasan wisata itu mengeluarkan permintaan maaf publik dan berjanji untuk melakukan peninjauan menyeluruh guna mencegah terulangnya insiden tersebut.
Gunung Tianmen terletak di Taman Nasional Gunung Tianmen, dan kereta gantung tersebut dipasang pada 2005 di antara puncaknya dan Stasiun Kereta Api Zhangjiajie di dekatnya. Telpher Gunung Tianmen sepanjang 7.455 meter sering disebut dalam publikasi pariwisata sebagai "kereta gantung penumpang terpanjang di dunia yang melintasi pegunungan tinggi."
Bulan lalu, kereta funikular Gloria tergelincir di Lisboa, Portugal, mengakibatkan 16 orang meninggal dunia dan melukai sekitar 20 lainnya. Beberapa di antaranya kritis akibat kecelakaan yang terjadi di dekat Avenida da Liberdade, pada Rabu malam, 3 September 2025.
Kecelakaan Kereta Ikonis
Melansir BBC, 5 September 2025, seorang saksi mata, Helen Chow, yang berada di kaki bukit saat kejadian, menuturkan bahwa kereta gantung itu "kehilangan kendali," turun dengan kecepatan penuh dan jatuh miring. Ketika kereta menabrak sebuah gedung, suaranya terdengar seperti bom dan diikuti "keheningan yang mengerikan."
Chow, yang berasal dari Kanada, mendengar derit keras dan melihat gerbong paling bawah "berhenti mendadak" di ujung rel. Ia melihat puing-puing hitam dan mendengar orang-orang berteriak ketika masinis bergegas membuka gerbang masuk.
"Ada asap hitam pekat. Setelah menghilang, Anda melihat persis apa yang terjadi," ujarnya. Orang-orang panik dan menangis, sementara yang lain berlarian membantu. "Mengerikan sekali", sambung dia. "Saya terguncang."
Video yang diverifikasi publikasi itu menunjukkan kereta kuning-putih yang menabrak gedung di tikungan bukit, dengan kereta funikular lain berhenti di bawahnya.
Pengakuan Saksi Mata
Para saksi mata menggambarkan bagaimana gerbong di dekat dasar bukit yang mulai menanjak, terbanting mundur beberapa langkah sebelum gerbong di atasnya melesat menuruni lereng dan menabrak gedung. Saksi lainnya, Rasha Abdo sedang berada di gerbong di bawahnya ketika tiba-tiba "rem di kereta gantung kami tidak berfungsi, turun dengan cepat, dengan akselerasi, seolah-olah kehilangan kendali".
Kereta itu berhenti dengan benturan yang "sangat keras" dan orang-orang saling bertabrakan, ujarnya.
Abel Esteves, seorang warga Lisboa, juga berada di gerbong paling bawah bersama hampir 40 orang ketika melihat gerbong lainnya "turun dengan kecepatan tinggi." "Saya berteriak pada istri saya, 'Kita semua akan mati di sini,' karena saya pikir kereta gantung itu akan turun dan menabrak kereta kami," ujarnya. "Orang-orang melompat keluar dari jendela trem."