Australia Dilanda Krisis Kepercayaan pada Produk Sunscreen, Apa yang Terjadi?

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Produk sunscreen di Australia disorot publik setelah otoritas kesehatan menarik hingga 18 produk dari pasaran karena masalah keamanan. Negara yang dikenal memiliki kasus kanker kulit tertinggi di dunia ini kini menghadapi krisis kepercayaan terhadap produk tabir surya yang seharusnya menjadi garis pertahanan utama warganya terhadap paparan sinar matahari ekstrem.

Kasus ini berawal dari temuan lembaga advokasi konsumen pada Juni 2025 yang mengungkap bahwa beberapa merek tabir surya terkenal dan berharga tinggi tidak memberikan perlindungan sesuai klaim mereka. Salah satu produk yang menjadi sorotan utama adalah Ultra Violette Lean Screen Skinscreen, yang diklaim memiliki faktor perlindungan kulit (SPF) 50+.

Hasil pengujian menunjukkan produk itu hanya SPF 4. Produk tersebut akhirnya ditarik secara sukarela dari pasaran pada Agustus 2025.

Investigasi yang dilakukan badan pengawas obat dan terapi Australia, Therapeutic Goods Administration (TGA), lalu diperluas dan menemukan sekitar 20 produk lain yang menggunakan formula dasar serupa, melansir BBC, Sabtu, 4 Oktober 2025. Hal itu menimbulkan kekhawatiran besar terhadap standar pengujian SPF di industri sunscreen global.

Dugaan Kesalahan Formula Dasar

Menurut informasi terbaru dari TGA, "Pengujian awal menunjukkan bahwa formula dasar ini kemungkinan besar tidak memiliki SPF lebih dari 21," dan untuk beberapa produk nilainya bahkan bisa serendah empat.

Dari 21 produk yang disebutkan TGA, delapan di antaranya telah ditarik atau dihentikan produksinya sepenuhnya, sementara penjualan 10 produk lainnya ditangguhkan dan dua masih dalam tahap peninjauan. Satu produk yang diproduksi di Australia namun tidak dijual di dalam negeri juga termasuk dalam daftar tersebut.

Australia, dengan paparan sinar ultraviolet yang tinggi sepanjang tahun, memiliki regulasi tabir surya paling ketat di dunia. Namun, temuan ini mengguncang kepercayaan publik terhadap industri yang seharusnya menjamin keselamatan konsumen.

TGA menyebut bahwa produsen formula dasar yang bermasalah adalah Wild Child Laboratories Pty Ltd, yang kini telah menghentikan produksinya. CEO perusahaan tersebut, Tom Curnow, mengatakan dalam pernyataannya bahwa TGA tidak menemukan adanya masalah manufaktur di fasilitas mereka. Ia menambahkan, "Perbedaan hasil uji yang dilaporkan belakangan ini merupakan bagian dari masalah yang lebih luas di seluruh industri."

Kecurigaan terhadap Laboratorium Pengujian

Selain pada produsen, sorotan juga tertuju pada laboratorium pengujian yang digunakan untuk menentukan nilai SPF, yaitu Princeton Consumer Research Corp (PCR Corp) yang berbasis di Amerika Serikat. Dalam pernyataan resminya, TGA mengungkapkan, "Keprihatinan serius terhadap pengujian yang dilakukan oleh PCR Corp."

Banyak perusahaan yang menggunakan formula bermasalah tersebut juga mengandalkan hasil uji dari laboratorium yang sama untuk mendukung klaim SPF produk mereka. Menanggapi hal ini, Tom Curnow menyebut bahwa pihaknya telah menghentikan kerja sama dengan PCR dan menyerahkan formulanya untuk diuji ulang di laboratorium independen yang terakreditasi.

Dalam tanggapannya kepada BBC melalui email, PCR Corp berargumen bahwa perbedaan hasil uji dapat disebabkan oleh faktor eksternal. "Kinerja tabir surya yang diukur di laboratorium mencerminkan kondisi sampel pada saat itu," kata pernyataan tersebut.

Mereka juga menjelaskan bahwa variabilitas produksi antar batch, perbedaan bahan baku, kemasan, kondisi penyimpanan, usia produk, dan penanganan di pasaran dapat memengaruhi SPF produk yang dijual kemudian.

Klaim Palsu Sunscreen Australia

Sebelumnya, sejumlah sunscreen paling populer di Australia, yang juga hits di Indonesia, seperti Bondi Sands, Banana Boat, dan Cancer Council, diklaim tidak memenuhi tingkat perlindungan kulit yang tertera pada botol, menurut temuan investigasi Choice.

Melansir The Guardian, Jumat, 13 Juni 2025, kelompok advokasi konsumen tersebut menguji 20 tabir surya SPF 50 atau 50+ yang populer dari berbagai pengecer dan harga di laboratorium khusus yang terakreditasi. Dari situ, mereka menemukan 16 di antaranya tidak memenuhi klaim SPF.

SPF di tabir surya, yang merupakan faktor perlindungan matahari, mengukur seberapa baik produk tersebut melindungi kulit dari sengatan matahari dengan menunjukkan seberapa banyak radiasi ultraviolet yang dapat mencapai kulit. Misalnya, SPF30 diperkirakan menyaring 96,7 persen radiasi UVB, sedangkan SPF50 diperkirakan menyaring 98 persen.

Tabir surya dan klaim SPF-nya diatur Therapeutic Goods Administration (TGA). Lean Screen SPF 50+ dari Ultra Violette memberi hasil terburuk dari semua tabir surya yang diuji Choice, dengan hasil pengujian yang menunjukkan produk tersebut hanya memiliki SPF empat.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |