Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara kembali menyelenggarakan Maraton Internasional Pyongyang, sebuah acara yang telah menjadi tradisi sejak diluncurkan pada 1981. Maraton ini diadakan setiap tahun pada bulan April untuk merayakan kelahiran pemimpin dan pendiri negara, Kim Il Sung.
Mengutip dari laman BBC, Senin (7/4/2025), tahun ini sekitar 200 pelari asing turut ambil bagian dalam acara yang diadakan di jalan-jalan ibu kota yang tertutup rapat. Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, maraton terakhir diadakan pada tahun 2019 dengan partisipasi 950 pelari asing.
Namun, sejak 2020 Korea Utara memilih untuk mengisolasi diri demi mencegah penyebaran virus. Baru pada pertengahan 2023, negara ini mulai mengurangi pembatasan Covid-19 dan membuka diri secara perlahan.
Untuk menyelenggarakan maraton ini, pelari asing harus memasuki Korea Utara sebagai bagian dari kelompok tur yang terorganisasi, seperti yang dilakukan sebelum pandemi. Koryo Tours, sebuah agen perjalanan yang berbasis di Beijing dan terdaftar sebagai mitra eksklusif di situs web acara tersebut.
Mereka menawarkan tur maraton selama enam hari dengan harga 2.406 dolar AS atau setara Rp40,3 juta, termasuk penerbangan ke dan dari Beijing. "Pyongyang Marathon merupakan pengalaman yang sangat unik karena menyediakan kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk setempat," tulis Koryo Tours di situs web mereka.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga menjadi kesempatan bagi para pelari untuk merasakan langsung kehidupan di Korea Utara. Rute maraton yang digelar pada hari Minggu membawa para peserta melewati berbagai tempat terkenal di seluruh kota.
Antusiasme Pelari
Para pelari memulai dan menyelesaikan lomba mereka di stadion Kim Il Sung, yang dipenuhi penonton yang bersorak dan melambaikan bendera kertas berwarna emas. Rute ini juga melewati Arch of Triumph, yang dibangun untuk mengenang peran Kim Il Sung dalam melawan kekuasaan Jepang, serta Mirae Future Scientists' Street, distrik permukiman bagi para ilmuwan dan insinyur.
Pak Kum Dong, seorang pelari Korea Utara yang ikut serta dalam acara tersebut, mengungkapkan kepada kantor berita Reuters bahwa dukungan dari penonton memberikan semangat tersendiri baginya. "Mata orang-orang kami yang tertuju kepada saya membantu saya menghadapi kesulitan setiap kali saya merasa lelah," ujarnya.
Meskipun acara ini berhasil digelar, tidak ada informasi yang tersedia untuk umum mengenai hasil lomba. Namun, kembalinya maraton ini menandai langkah penting dalam upaya Korea Utara untuk kembali membuka diri kepada dunia internasional. Dengan keberhasilan pelaksanaan Maraton Internasional Pyongyang, diharapkan akan lebih banyak langkah positif menuju pembukaan kembali negara ini di masa mendatang.
Sempat Hentikan Kunjungan Wisatawan Asing
Sebelumnya diberitakan, Korea Utara (Korut) sempat mendadak menghentikan kunjungan wisatawan asing, hanya beberapa minggu setelah untuk pertama kalinya dalam lima tahun turis Barat diizinkan masuk ke negara tersebut. Mengutip kanal Global Liputan6.com Jumay, 7 Maret 2025, sejumlah operator tur mengonfirmasi bahwa perjalanan ke Korut kini dibatalkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Melansir BBC, Korut menutup perbatasannya sejak awal pandemi COVID-19 pada 2020 dan baru mulai melonggarkan pembatasan pada pertengahan 2023. Pada 2024, negara ini mulai menerima wisatawan asal Rusia, sementara turis Barat baru diizinkan masuk bulan lalu, khususnya ke kota Rason di bagian timur.
Tetapi, belum lama setelah itu, perusahaan tur mulai membatalkan perjalanan ke negara tertutup tersebut. Pyongyang tidak memberikan alasan atas keputusan mendadak ini.
"Baru saja mendapat kabar dari mitra kami di Korea bahwa Rason ditutup untuk semua orang. Kami akan terus memberikan informasi terbaru," tulis agen perjalanan KTG Tours, yang berbasis di China, dalam unggahan Facebook pada Rabu 6 Maret 2025.
Kunjungan Turis Terbatas
Operator tur lain seperti Young Pioneer Tours dan Koryo Tours juga mengumumkan pembatalan. Young Pioneer Tours bahkan mengimbau pelanggan yang merencanakan perjalanan ke Korut pada April dan Mei agar menunda pemesanan tiket pesawat hingga ada kejelasan lebih lanjut.
Pada 20 Februari lalu, sekelompok turis Barat mulai mengunjungi Rason—zona ekonomi khusus yang dipilih pemerintah Korut untuk menguji kebijakan keuangan baru. Namun, perjalanan ini dikawal dengan sangat ketat, bahkan lebih terbatas dibanding tur sebelum pandemi.
Para wisatawan memiliki sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk lokal atau berjalan bebas di jalanan. Selain itu, mereka tidak dapat mengakses sinyal telepon atau internet selama berada di negara tersebut.
Seorang pemimpin tur mengatakan kepada BBC bahwa Rason kemungkinan dipilih sebagai tujuan wisata karena wilayahnya relatif mudah dikontrol oleh pemerintah. Bahkan dengan kabar tersebut pendaftaran internasional untuk Pyongyang Marathon sempat khawatir batal terlaksana dengan kebijakan tersebut.