1 Dekade Evolusi Sociolla, dari Sekadar Jualan Produk Jadi Wadah Berkembangnya Ekosistem Kecantikan Lokal

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Tepat 25 Maret 2025, Sociolla genap berusia sepuluh tahun. Selama satu dekade, brand e-commerce kecantikan lokal ini berevolusi cantik dari hanya sekadar jualan produk secara online menjadi omnichannel yang menyediakan layanan end-to-end untuk para bestie, sapaan akrab bagi para membernya.

Co-Founder & CEO Social Bella, Christopher Madiam mengenang kembali perjalanan perusahaan ketika bertemu dengan media pada pembukaan Sociolla Beauty Museum di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2025. Pada awalnya, Sociolla, singkatan dari Social Bella, muncul seperti kebanyakan situs e-commerce, yakni fokus menjual produk kecantikan.

Seiring waktu, mereka belajar bahwa mempertahankan keberlanjutan bisnis tidak bisa hanya mengandalkan jualan produk, tetapi 'willingness to understand the customer'. Pandangan tidak hanya diarahkan pada konsumen yang membeli produk di etalase, tetapi juga ekosistem kecantikan lokal lain yang juga punya andil besar.

"Kita melihat stakeholder kita keseluruhan, di mana di situ juga terdapat brands, kemudian ada beauty enthusiast, ada blogger, ada selebriti, dan macam-macam. Jadi dari sana, kita terus-menerus mengembangkan apa yang kita sebut sebagai ekosistem pada hari ini," kata pria yang akrab disapa Chris.

Dari sekian banyak elemen penting penopang ekosistem, keberadaan brand kecantikan lokal tak luput dari perhatian. Meski Chris mengaku tak membeda-bedakan perlakuan antara brand lokal dan asing, dukungan nyata diberikan khusus agar ekosistem kecantikan brand lokal maju berkembang.

Salah satunya dengan menyediakan saluran penjualan untuk brand-brand lokal yang lolos kurasi dalam payung kampanye Love Lokal. Kurasi diperlukan untuk menjamin konsumen mendapatkan produk yang sudah tersertifikasi dan aman.

Dalam kampanye tersebut, setiap Agustus, Sociolla menggelar promo menarik demi memberi kesempatan pada brand lokal agar bisa unjuk gigi dengan produk-produk kecantikan yang ditawarkan. Dari hanya 10 brand lokal pada 2015, kini lebih dari 100 brand bergabung dengan Sociolla untuk menjangkau pasar lebih luas. Bahkan, tiga brand kecantikan lokal, yakni ESQA Cosmetics (2020), Avoskin (2022), dan Carasun (2022) ke pasar Vietnam, negara pertama yang menjadi target ekspansi Sociolla di Asia Tenggara.

Promosi 1

Beri Insight Lewat Data Komprehensif

Dukungan lain yang diberikan Sociolla kepada brand kecantikan lokal adalah data. Dengan menyatakan diri sebagai beauty-tech company, data menjadi basis utama dalam proses pengambilan beragam keputusan penting dii perusahaan. Itu pula yang melatari peluncuran Insight Factory by SOCO pertama pada awal Agustus 2024.

Mereka mengolah big data yang didapat dari lebih enam juta SOCO Member untuk mendapatkan gambaran kondisi sebenarnya industri kecantikan Indonesia yang disebut 'terus tumbuh secara resilien'. Berbekal data pula, Sociolla berharap para pelaku industri kecantikan lokal dapat mengambil keputusan strategis untuk bersama-sama mengakselerasi kemajuan sektor kecantikan.

"Salah satunya yang kita share juga tentang tren-tren yang akan terjadi, kemudian kebutuhan-kebutuhan apa sih yang masih bisa di-fill, dan gapnya antara demand and supply," ungkap Chris.

Lewat laporan pertama berjudul Beauty Consumer Behavior and Trend Report tersebut, tercatat peningkatan signifikan pada brand lokal sebanyak 49 persen pada 2024 dibandingkan 2015, dengan komposisi yang hampir setara dengan jumlah brand mancanegara. Salah satunya lokal parfum yang terus menarik perhatian tinggi dari para beauty enthusiast sepanjang tahun dengan pertumbuhan tiga kali lipat sejak kategori ini pertama dihadirkan pada 2015.

"Hal ini mencerminkan kepercayaan konsumen terhadap produk lokal yang inovatif dan berkualitas tinggi," imbuh Co-Founder & CMO Social Bella, Chrisanti Indiana, dalam keterangan terpisah kepada Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Wadah Pembelajaran bagi Brand-brand Lokal

Hasil laporan juga menemukan bahwa konsumen kecantikan Indonesia, terutama Gen Z, makin cerdas dan selektif dalam memilih produk dengan meningkatnya pengetahuan tentang kandungan dan efektivitas pembelian. Salah satunya ditunjukkan dengan 77 persen konsumen membaca ulasan tentang produk yang diincar sebelum membelinya.

"Sociolla secara konsisten menyediakan platform yang memberikan kemudahan akses untuk ratusan brand lokal dalam berkomunikasi langsung dengan para beauty enthusiast melalui SOCO Review," imbuh Santi.

Dengan temuan itu, brand dan pelaku industri lainnya didorong menjadi lebih kreatif, inovatif, dan relevan dengan preferensi para bestie tersebut. Sociolla pun menyediakan wadah pembelajaran bagi brand lokal maupun start-up yang memiliki berbagai ide baru di dunia kecantikan lewat program akselerator bernama Beauty Idea Lab.

"Tujuannya adalah menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan industri beauty-tech melalui inovasi, kolaborasi, serta pengembangan talenta, khususnya masyarakat Indonesia yang memiliki ketertarikan dalam industri kecantikan," jelas Santi.

Terlebih, mayoritas brand kecantikan lokal tergolong UMKM, merujuk data Badan Pengawasan Obat dan Makanan. "Dari 519.746 kosmetik yang memperoleh notifikasi (izin edar) dari BPOM dalam lima tahun terakhir, 69 persen di antaranya merupakan notifikasi untuk kosmetik lokal. Sebagian besar dari produk-produk tersebut merupakan produksi dari UMKM," kata Kepala BPOM Taruna Ikrar, pada Agustus 2024, dikutip dari laman pom.go.id.

Gunakan Teknologi Kembangkan Distribusi hingga Pergudangan

Kepala BPOM juga menyebut para UMKM kecantikan itu kebanyakan belum menguasai cara memasarkan produknya lewat e-commerce. Padahal, kemampuan itu semakin penting dimiliki agar bisa beraing dengan produk dari industri besar, terutama karena industri kecantikan lokal yang setidaknya dalam empat tahun terakhir digempur produk-produk kosmetik asal Tiongkok.

Sociolla pun meresponsnya dengan terus meng-upgrade ekosistem bisnisnya dengan berbagai perangkat pendukung. Di antaranya dengan mengembangkan sistem distribusi berkonsep omnichannel, yakni tidak hanya aktif secara online tetapi juga membuka gerai fisik. Total ada 100 cabang toko sudah dibuka di 45 kota di seluruh Indonesia.

Omnichannel dinilai sebagai opsi terbaik lantaran baik offline dan online bisa saling menopang lajunya bisnis di masa depan. Konsumen bisa mendapatkan pengalaman belanja yang lebih dengan omnichanel, yakni kesempatan menyentuh, melihat, dan membaui produk yang akan dibeli di toko fisik, dan kepraktisan dengan memesan via daring.

Keputusan itu jelas menimbulkan konsekuensi. Dengan total lebih dari 400 brand kecantikan baik dalam dan luar negeri yang bergabung di ekosistem, Sociolla harus menangani ribuan SKU yang perlu dikelola secara efisien. "Kita juga terus-menerus mengembangkan in-house technology di mana kita akan jauh lebih efisien, karena otherwise, bisnis kita yang kompleks ini enggak akan bisa ke-handle secara efisien," terang Chris.

Perusahaan juga memperbarui sistem pergudangan yang awalnya hanya terletak di ruko satu lantai dengan operasi yang dijalankan manual, menjadi gudang terintegrasi seluas 12ribu meter persegi di Cikupa, Tangerang. Mereka memanfaatkan teknologi terkini yang dinamakan Sociotech untuk mendukung kelancaran ekosistem kecantikan Sociolla. 

"Jadi, hopefully juga bisa membantu ekosistem logistik yang lainnya juga," imbuh Chris.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |