Liputan6.com, Jakarta - Bagaimana jadinya bila konsep dua board game populer disatukan? Pertanyaan itu akan terjawab saat Anda mendapati Hompimpah di seksi LittleDoodle versi mini di Jakarta Doodle Fest 2025.
Kreatornya, yang meupakan seorang desainer grafis, Tania Andria, menjelaskan bahwa permainan papan itu merupakan gabungan ular tangga dan monopoli. "Ini sebenarnya tugas akhirku sebagai mahasiswa DKV (Desain Komunikasi Visual) dan awalnya nggak berniat untuk dijual karena komponennya banyak banget, produksinya mahal," kata dia saat ditemui di booth festival tersebut di Jakarta, Kamis, 9 Oktober 2025.
"Aku iseng ngontenin, upload ke TikTok, tenyata ramai, pada tanya kenapa nggak dijual. Waktu itu (tahun 2023), nggak langsung aku seriusin. Setahun kemudian, aku kontenin lagi, dan viral lagi, terus aku pikir, sayang juga ya nggak diapa-apain, akhirnya aku putusin jual dalam jumlah terbatas tahun ini," bebernya.
Sambutan hangat untuk Hompimpah di LittleDoodle, yang telah berlangsung pada 26─29 Juni 2025, membuatnya mengikuti JDF 2025. "Tadi bawa 10 pieces board game dan habis dalam 15 menit," ujar Tania.
Alur Cerita Hompimpah
Alur cerita Hompimpah, Tania menjelaskan, mengisahkan sekelompok anak-anak yang bermain bersama sehabis pulang sekolah. Ada enam karakter di sana: Ibnu, Anto, Agus, Susi, Ani, dan Ita.
"Mereka berlomba-lomba mau ke gubuk, yang ada di petak ke-100, yang merupakan base camp mereka. Tapi, selama di perjalanan, ada petak-petak pelangi yang kalau mereka napak di situ, ada aksi yang harus diambil. Aksinya apa, itu tergantung dari keterangannya," Tania menjelaskan.
"Misalnya," ia mencontohkan. "Ada yang mesti nge-skip satu giliran bermain. Terus ada juga yang minta mengambil kartu 'Tahu' atau 'Tempe,' yang keterangannya macam-macam. Ada yang, 'Belum ganti baju sudah main, pulang dulu.' Jadi mesti balik lagi ke start."
Ada juga tantangan permainan tradisional. "Jadi, kalau keluar kartu ini, si pemain mesti nantangin satu temannya untuk main permainan tradisional."
6 Permainan Tradisional
Enam permainan tradisionalnya adalah congklak, bekel, ketapel, gasing, dan tangkap bola. "Petunjuk pemainannya juga disertakan dalam board game," tutur Tania.
Dengan demikian, komponen dalam Hompimpah terdiri dari papan permainan, kartu, petunjuk permainan, dadu, pion enam karakter, serta enam permainan tradisional. Kelengkapan inilah yang membuatnya menentukan harga jual Rp 750 ribu, mengingat biaya produksi yang cukup mahal.
"Sebenarnya aku dapat respons yang beda-beda terkait harga, karena aku ngontenin di TikTok, ada yang bilang, 'Rp 750 ribu mah worth it banget, dapetnya banyak. Ada juga yang bilang, 'Aduh kemahalan deh.' Terus ada juga yang bilang, 'Ini terlalu murah, idenya mahal lho.'"
Pembeli board game-nya, kata Tania, terdiri dari orangtua yang membelikan untuk anaknya dan orang dewasa dalam rasio 50:50. "Biar anaknya nggak (main) gadget terus," ujarnya.
Merchandise Menggemaskan
Ide itu jugalah yang membuat Tania membuat Hompimah. "Aku mau ngenalin dulu tuh seru lho main tanpa gadget," ucapnya, menambahkan permainan ini bisa dimainkan 3─6 orang berusia delapan tahun ke atas.
Dari board game, produk Hompimpah meluas ke berbagai merchandise menggemaskan. "Lagi-lagi, ini tuh request netizen karena lihat karakter-karakternya lucu banget, pipi mereka gembul-gembul. Itu memang sengaja kubuat begitu buat jadi ciri khas board game ini," ia menceritakan.
Produk merchandise-nya ada pouch, sticker, shoe charm, griptok, gantungan kunci, pin, scrunchie, jepitan, bahkan mystery box, dan blind box. Barang-barang berdesain menggemaskan ini dijual seharga mulai dari Rp 18 ribu hingga Rp 65 ribu.
Sementara board game-nya sudah habis terjual, Anda bisa membeli berbagai merchandise Hompimpah selama JDF pada 9─12 Oktober 2025 di Senayan City, Jakarta. Tertarik?