Turis Indonesia Gondok Ditolak Masuk ke Pulau Jeju Korea Selatan, Ditahan Selama 4 Hari

2 days ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Dengan label "destinasi bebas visa," Pulau Jeju, Korea Selatan, telah jadi salah satu destinasi populer di kalangan turis Indonesia. Namun demikian, rencana liburan ke pulau bersimbol Dolhareubang itu nyatanya tidak selalu sesuai ekspektasi.

Setidaknya itulah pengalaman yang diceritakan seorang wisatawan Indonesia yang mengaku "ditolak masuk" ke Pulau Jeju, menurut serangkaian unggahan Instagram Story akunnya @jojojhonjoseph. Si pelancong menyebut ia pergi liburan ke pulau terbesar di Korea Selatan itu pada akhir Desember 2024.

"Kami berangkat ke Jeju berenam," kata dia. "Sudah prepare semua. Beli tiket (pesawat) pergi-pulang, hotel, kami ambil tour di Jeju. Kami juga bawa uang, masing-masing satu juta won (sekitar Rp11 juta), supaya aman di imigrasi."

Ia menyambung, "Kami mendarat di Jeju, aku yang pertama maju ke imigrasi. Aku sempat ditanya (petugas) imigrasi, 'Kamu sama siapa?' Aku bilang sendiri, karena emang masuknya sendiri-sendiri. Setelah itu, aku langsung digiring masuk ke ruangan interview."

"Teman-temanku awalnya ngira aku lolos, tapi ternyata kita ketemu lagi di ruang interview yang tertutup itu. Kami gantian masuk buat diiinterview selama sekitar satu sampai dua jam. Terus aku bilang (ke petugas imigrasi), kami ke sini mau liburan. Pertanyaan yang bikin dia menolak (izin) masuk itu karena aku ditanya, 'Hari pertama mau ke mana?'"

Turis Indonesia itu mengaku, "Aku kan enggak hafal, aku buka itinerary di handphone aku. Terus pas aku lagi mau buka, dia langsung bilang, 'Kamu liburannya enggak jelas. Jadi, kamu tolong tanda tangan di sini untuk penolakan masuk (Pulau Jeju).'"

Ditahan Selama 4 Hari

Turis Indonesia itu merasa petugas imigrasi Pulau Jeju tidak memberinya kesempatan lebih lanjut untuk menjelaskan liburan yang sudah direncanakan. Saat itu, kata dia, ada total 13 orang pelancong Indonesia yang ditolak masuk ke pulau wisata tersebut.

"Waktu itu ada turis dari Indonesia dan India," kata dia. "Kami dipindah ke ruang karantina yang tetutup. Jadi itu ruangan, dalam ruangan, dalam ruangan. Tidak ada jendela, enggak bisa lihat matahari. Gue ada di bandara, tapi enggak bisa dengar pesawat, kebayang ya setertutup apa."

Tidak lagi berharap bisa masuk Pulau Jeju, ia dan teman-temannya mengaku hanya ingin pulang ke Indonesia keesokan harinya. Namun, keenamnya "ditahan" sampai tanggal kepulangan mereka.

Rombongan turis Indonesia ini mengaku menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul untuk meminta tolong dimajukan waktu kepulangan mereka. Namun, pihak KBRI menyebut tidak bisa melakukan apa-apa, karena itu merupakan "otoritas penuh dari imigrasi setempat."

Pesan KBRI

"KBRI cuma pesan, 'Ikutin aja perintah mereka, maunya gimana, ikutin aja, supaya bisa pulang lebih cepat,'" kata dia. Selama empat hari berada di ruangan karantina, wisatawan Indonesia itu mengaku benar-benar tidak bisa ke mana-mana, bahkan "belanja" di area bandara.

"Selama empat hari itu kami dapat makan berat dua kali. Paginya sarapan cuma dikasih sandwich sama jus. Siang sama malamnya makan nasi sama kimchi, enggak ada daging atau ayam sama sekali," keluh dia.

Dia mengaku terus berusaha menerima keadaan sampai akhirnya waktu kepulangan mereka tiba, yakni Jumat pagi, 27 Desember 2024. "Nyeseknya," ia menyambung. "Kami pulang itu dikawal polisi udah kayak kriminal. Terus dikasih penjelasan, nantinya sampai di Singapura (untuk transit), kami harus duluan keluar, dicek xray juga pertama."

"Di Singapura itu kami juga dikawal, kali dikiranya sama penumpang lain mah ini VIP guest, padahal 'lulusan' imigrasi Jeju," celotehnya. Lebih lanjut, ia mengaku mengobrol dengan pihak imigrasi Singapura yang berkata, "Ngapain liburan ke Jeju?"

Tuduhan Rasis

Menurut pelancong tersebut, si petugas imigrasi di Singapura menuduh staf di imigrasi Jeju "rasis." Wistawan Indonesia itu mengklaim bahwa kebanyakan pelancong yang ditolak masuk ke Pulau Jeju adalah "orang Asia."

"Ada satu ibu-ibu imigrasi Singapura itu malah bilang, 'Kalian masih beruntung landing di Singapura langsung pulang. Kadang-kadang dari imigrasi Jeju minta mereka (pelancong yang ditolak masuk Jeju) ditahan lagi 1--3 hari. Enggak masuk akal banget," menurut dia.

Akhir kata, turis itu mengajak sesama pelancong untuk jangan liburan ke Pulau Jeju. "Mendin lu ke tempat lain, liburan keliling Indonesia deh," ia menyarankan.

Lifestyle Liputan6.com sudah menghubungi wisatawan tersebut, namun belum mendapat respons sampai artikel ini tayang. Kami juga telah meminta komentar Korea Tourism Organization (KTO) di Jakarta.

Di kolom komentar, tidak sedikit warganet yang mengakui ketatnya imigrasi Pulau Jeju. "Kayaknya curiganya kerja ilegal, karena banyak yang begitu," kata salah satu pengguna.

Ada juga yang berkomentar, "Memang ketat banget sih imigrasi Jeju. Pengalaman September kemarin ke sana. Pas di imigrasi, mereka telpon ke hotel yg kita booking, mastiin beneran kita beneran booking dan udah bayar tu hotel.. Terus bukti bukingan tiket pulang kita juga mereka ga mau kalau cuma dari print kertas. Jadi harus ditunjukin secara online langsung dari aplikasi."

"Jadi mereka cek sendiri di hp kita. Mungkin untuk meminimalisir adanya bukti tiket pesawat dah hotel palsu, mengingat banyak org masuk Jeju buat kerja ilegal kali ya. Sekitar 20 menitan waktu itu di imigrasi.. Bareng org indo 2 org dan org Vietnam 1 org. Syukurnya lolos imigrasi semua," akunya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |