Tradisi Huhate ala Maluku, Kunci Emas Indonesia Menuju Pasar Tuna Premium yang Syaratkan Keberlanjutan

5 days ago 34

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, sebagai salah satu produsen tuna terbesar di dunia, memiliki modal strategis untuk memperkuat posisinya di pasar premium internasional. Salah satunya dengan menerapkan metode penangkapan ikan berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal warga Maluku yang dinamai huhate.

Dorongan untuk menerapkan kembali cara leluhur disampaikan Tuna Consortium (TC) dan Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI) saat peringatan World Fisheries Day. Tradisi huhate pada prinsipnya adalah memancing ikan satu per satu dengan joran, tali pancing, dan kail berumpan.

Teknik memancing satu per satu itu secara langsung berkontribusi pada stabilitas populasi tuna sekaligus memastikan kualitas hasil tangkapan yang unggul. Meski alat yang digunakan sederhanan, metode itu memiliki efisiensi, selektivitas tinggi, dan minim tangkapan sampingan (bycatch), yang menjadikannya sesuai standar keberlanjutan global. 

Permintaan global terhadap tuna yang ditangkap secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, terutama dari pasar-pasar utama seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, terus bertumbuh signifikan, diperkirakan di atas 15 persen per tahun. Kondisi ini membuka peluang besar bagi Indonesia.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), nilai ekspor tuna Indonesia pada 2022 mencapai USD 680 juta, sekitar Rp11 triliun. Namun, potensi untuk meningkatkan nilai ini melalui praktik berkelanjutan jauh lebih besar. Secara khusus, pasar Eropa dan Inggris menunjukkan permintaan yang kuat untuk tuna yang ditangkap dengan metode ramah lingkungan seperti huhate, mencapai lebih dari 26.000 metrik ton (MT).

Huhate, Aset Ekonomi dan Warisan Budaya untuk Keseimbangan Ekosistem

Tradisi memancing huhate telah teruji oleh waktu, melampaui sekadar teknik penangkapan ikan modern. Keunggulan utama huhate terletak pada cara kerja yang sangat selektif, nelayan memancing ikan satu per satu menggunakan joran, tali pancing, dan kail berumpan.

Setiap kapal dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti bak penampung umpan hidup, sistem percikan air untuk memancing tuna berkumpul, dan tangki pendingin untuk menjaga kualitas tangkapan. Teknik ini memastikan bahwa hanya ikan target yang tertangkap, sehingga secara signifikan meminimalkan dampak negatif terhadap spesies laut non-target dan menjaga ekosistem laut tetap lestari.

Huhate juga menawarkan jaminan ketertelusuran dan tanggung jawab yang sulit ditandingi metode penangkapan skala besar. Thilma Komaling, Program Lead Indonesia Tuna Consortium, menyampaikan pandangannya mengenai peranan ganda tradisi ini.

"Huhate bukan hanya warisan budaya, tetapi juga aset ekonomi yang membuka peluang besar bagi masyarakat pesisir dan industri tuna nasional melalui pemenuhan standar keberlanjutan global yang kini menjadi syarat utama akses pasar," ujar Thilma dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com pada Rabu, 26 November 2025.

Multiplier Effect dan Harga Premium untuk Tuna Bertanggung Jawab

Dampak ekonomi dari praktik perikanan huhate jauh melampaui hasil tangkapan di atas kapal; ia menciptakan efek berantai yang signifikan bagi ekonomi komunitas pesisir. Sebagian besar operasi pole & line di Indonesia dioperasikan oleh unit usaha berskala kecil dan menengah, yang sangat bergantung pada tenaga kerja lokal, mulai dari nelayan, unit pengolahan, hingga rantai distribusi.

"Ketika kita mendukung huhate, kita tidak hanya menjaga keberlanjutan stok tuna, tetapi juga memastikan ribuan keluarga nelayan memperoleh pendapatan stabil dan memiliki peluang untuk meningkatkan kesejahteraannya," ujar Abrizal Andrew Ang, Ketua AP2HI.

Ia juga mengatakan bahwa teknik huhate berdampak pada harga jual produk. Karena tuna yang ditangkap dengan metode pole & line memenuhi standar keberlanjutan yang ketat, produk ini dapat dipasarkan dengan harga jual 15--30 persen lebih tinggi di pasar ekspor dibandingkan dengan tuna yang ditangkap dengan metode konvensional.

Peningkatan harga ini mencerminkan nilai tambah pasar premium, yang bersedia membayar lebih untuk produk yang etis dan ramah lingkungan. Dengan demikian, huhate tidak hanya berkontribusi pada ketahanan pangan nasional tetapi juga memperkuat daya tawar Indonesia di industri perikanan premium.

Berdampak pada Reputasi Global

Tuna Consortium (TC) dan AP2HI secara kolektif menyimpulkan bahwa keberlanjutan ekonomi jangka panjang hanya dapat terwujud melalui komitmen yang teguh terhadap praktik penangkapan yang bertanggung jawab. Dengan mempromosikan pole & line yang didasarkan pada ilmu pengetahuan, ramah lingkungan, dan terbukti sangat selektif, Indonesia akan terus memperkuat reputasinya di mata dunia sebagai pemasok utama tuna berkelanjutan.

Reputasi ini merupakan mata uang penting di pasar internasional dan kunci untuk menjaga akses pasar yang menguntungkan. Karena itu, upaya kolaboratif ini juga menekankan peran vital media dalam mengomunikasikan narasi yang akurat dan positif mengenai pole & line.

Media diharapkan menjadi mitra strategis dalam menyebarluaskan informasi mengenai manfaat ekonomi dan ekologis dari praktik perikanan tradisional yang bertanggung jawab. Narasi yang kuat mengenai huhate sebagai tradisi yang tidak hanya melestarikan laut tetapi juga berdampak ekonomi positif bagi masyarakat pesisir, dapat menarik dukungan lebih luas, baik dari publik maupun dari para pemangku kepentingan, termasuk pembuat kebijakan dan sektor swasta.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |