Toko Kopi TUKU Siap Buka Cabang di Belanda, Brand Kuliner Indonesia Kian Mendunia

5 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Toko Kopi TUKU akan segera bertetangga dengan warga Amsterdam, Belanda. Ya, brand kuliner Indonesia yang baru saja genap berusia 10 tahun itu tengah memperseiapkan dua ekspansi strategis pada 2025.

Selain Kota Sejuta Sepeda, pionir tren kopi susu gula aren tersebut juga akan membuka cabang di Bali tahun ini. Didirikan pada 2015 dari kios kecil berukuran 16 meter persegi di Cipete, TUKU kini mengelola jaringan lebih dari 1.040 barista, menjual rata-rata 78 ribu gelas kopi per hari, serta siap menutup 2025 dengan 72 toko di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta.

"Ekspansi ke Amsterdam bukan sekadar pencapaian, tapi bentuk pembuktian bahwa cerita dan rasa dari Indonesia bisa diterima di panggung global," kata CEO dan Founder TUKU, Andanu Prasetyo, melalui rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Selasa (1/7/2025). "Kami datang bukan hanya untuk membuka toko, tapi membawa nilai-nilai yang sejak awal kami jaga."

Sebagai bagian dari strategi pertumbuhan menyeluruh, TUKU tidak hanya fokus di hilir. Melalui unit Beragam, pihaknya menjalin kemitraan berkelanjutan dengan 630 petani kopi dan 275 petani gula aren.

Semangat Gotong Royong dari Hulu ke Hilir

TUKU juga meluncurkan program Bersemi─sebuah inisiatif agroforestri yang telah menanam lima ribu pohon di tiga wilayah konservasi. "Kami percaya, pertumbuhan yang kuat adalah pertumbuhan yang dilakukan bersama. Itulah menapa kami membangun TUKU dengan semangat gotong royong dari hulu sampai hilir," sebut Chief Experience Officer TUKU, Vella Siahaya.

Merek ini juga melaporkan performa organisasi yang sehat. Survei Employee Net Promoter Score (eNPS) mencatat skor 73. Sebanyak 94 persen karyawan menyatakan TUKU berdampak positif pada pengembangan diri mereka, dengan tingkat pergantian karyawan hanya tiga persen.

Dari lini retail TOSERBAKU hingga F&B group SUKA yang membawahi TOHO, Futago, dan Minarwati, PT Karya Tetangga Tuku kini membentuk ekosistem bisnis yang tidak sekadar menjual produk, tapi memperkuat makna hidup keseharian.

"Ini baru permulaan. Selama masih ada tetangga yang bisa disapa, dan cerita yang bisa dibagi, kami akan terus berjalan. Dengan kopi, dengan hati," ujar Vella.

Pertumbuhan Positif

Memasuki usia ke-10 tahun, TUKU mencatat pertumbuhan profit tahunan mencapai 356 persen. Dengan rata-rata pertumbuhan laba bersih sebesar 141 persen dalam tiga tahun terakhir, PT Karya Tetangga Tuku menegaskan posisi mereka sebagai salah satu brand kopi lokal dengan pertumbuhan tercepat dan paling berkelanjutan di Indonesia.

Tidak hanya profit, pendapatan pun melonjak. Laporan keuangan yang diaudit menunjukkan pertumbuhan pendapatan tahunan sebesar 88 persen, dan rerata pertumbuhan tiga tahun mencapai 49 persen. Pertumbuhan ini tidak datang dari ekspansi semata, melainkan kekuatan model bisnis yang menyatukan kehangatan komunitas dengan efisiensi operasional dan keberlanjutan.

"TUKU adalah contoh nyata bahwa bisnis bisa tumbuh besar tanpa kehilangan nilai-nilainya. Ini bukan hanya soal angka, tapi integritas dalam menjalankan usaha," sebut Komisaris Utama PT Karya Tetangga Tuku, Aryo Widiwardhono.

Sebelumnya, TUKU jadi headline karena membeli hak penamaan Stasiun MRT Cipete Raya. Kini, stasiun tersebut dikenal dengan nama Cipete Tuku, langkah strategis yang menunjukkan ambisi besar dalam memperluas pengaruh merek di Jakarta, lapor kanal Bisnis Liputan6.com.

Eksposur Brand

Langkah Toko Kopi TUKU mengamankan hak penamaan stasiun MRT Cipete Raya merupakan bagian dari strategi branding yang inovatif. Dengan nama stasiun yang disebut berulang kali oleh pengguna MRT, merek ini mendapat eksposur tinggi di tengah masyarakat urban.

Namun, strategi ini tentu tidak datang tanpa biaya. Hak penamaan stasiun MRT adalah salah satu sumber pendapatan utama bagi MRT Jakarta.

Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, Farchad Mahfud, menyebut bahwa naming rights menyumbang hingga 50 persen dari total pendapatan non-fare box perusahaan. "Kontribusi pendapatan non-fare box MRT sebagian besar berasal dari pengusahaan hak penamaan stasiun," ungkap Farchad.

Menurut Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi MRT Jakarta, Tuhiyat, biaya hak penamaan stasiun sangat bervariasi, tergantung pada lokasi dan karakteristik stasiun. Cipete Tuku, misalnya, mencatat nilai kontrak hak penamaan yang diperkirakan berkisar antara Rp3─5 miliar.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |